BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Ujang Pembantu

Malam ini begitu gerah. Mungkin karena memasuki pergantian musim kemarau, ataukah karena pengaruh global warming, yang akhir akhir ini begitu santer didengungkan. Karena habis minum kopi, mataku belum mau diajak terpejam. Dan kebiasaanku, jika tidak bisa tidur, aku nonton TV atau keluar mencari udara segar. Karena chanel TV tidak ada yang menarik, kuputuskan keluar kamar.

Sewaktu melewati ruang keluarga, kulihat TV masih menyala dan nampak Ujang tertidur di sofa. Mungkin Ujang kecapean setelah membersihkan kamar mandi dan mengerjakan pekerjaan rumah. Atau mungkin karena acara TV membosankan, sehingga tertidur di ruang kelaurga. Meski Ujang bekerja sebagai pembantu di rumah ini. Namun sebenarnya secara fisik, badan dan tubuh Ujang cukup menarik Mungkin karena terbiasa melakukan pekerjaan keras, sehingga otot tubuhnya terbentuk dengan baik. Ditambah lagi, kulitnya yang cukup bersih, karena memang Ujang masih keturunan Sunda.
Posisi tidur Ujang telentang dan Ujang hanya memakai celana pendek gombor yang tipis. Bagian bawah celana pendek ini tersingkap, sehingga nampak jelas bulu-bulu lebat di kaki dan paha putih Ujang. Bahkan sekilas nampak jika Ujang tidak memakai celana dalam. Aku berusaha mengintip di sela-sela celana gombor itu, nampak kemaluan Ujang terkulai dengan rambut hitam halus kecoklat-coklatan lebat sekali di pangkal. Rambut ini nampak jelas merata dan meyambung ke perut hingga ke dada Ujang yang cukup berotot ini. Apalagi kaos singlet yang dikenaka Ujang, tersingkap bagian perutnya.
Dada Ujang yang cukup gempal dan padat itu terlihat jelas disela-sela kaos singletnya. Lama aku mengagumi tubuh dan kulit Ujang yang bersih, dengan bulu-bulu halus yang cukup lebat hampir disekujur bagian tubuhnya. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur.

Terlihat Ujang agak bergeliat dan bergumam, mungkin Ujang sedang mimpi sesuatu yang mengasikkan. Aku melakukan kegiatanku mengelus gundukan kemaluan Ujang dengan hati-hati, karena takut Ujang terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD Ujang yang menutupi kemaluannya mulai bergerak perlahan. Rupanya Ujang sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan.
Aku makin terangsang melihat pemandangan itu. Cepat-cepat kuselipkan tagan kiriku ke balik celana pendekku. Kugenggam penisku yang 17 cm itu, dan kini telah berdiri kencang menganguk-angguk. Kukocok pelan kontolku dengan jariku dan sesekali kuremas lembut. Sedang tanganku yang kanan, mulai gerilya di daerah kemaluan Ujang. Kemudian perlahan-lahan aku berdiri dan memuka laci di lemari deket TV. Kudapati gunting, lalu kuambil dan kugunting celana pendek gombor Ujang. Sekarang kemaluan Ujang terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Wow…kontol dengan ukurang yang hampir sama dengan punyaku, sekitar 17 cm juga. Namun Kontol Ujang lebih banyak uratnya dan sunatannya tidak rapi, sehingga masih ada sisa sisa potongan kulit. Sungguh kontol yang unik.
Kontol itu telah berdiri teracung, meski belum terlalu keras karena belum ereksi penuh. Perlahan-lahan kedua kaki Ujang kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas Ujang.

Aku dengan perlahan menggenggam kontol Ujang yang teracung ke atas itu. Kuremas pelan dan mulai kugeser genggamanku. Dan ternyata kontol Ujang menunjukkan reaksinya, perlahan secara pasti kontol itu berdenyut denyut dan mulai mengeras secara penuh. Meski tertidur, kontol Ujang bisa tegang dan ereksi secara penuh. Nampak urat-urat di sekujur batang kontol itu. Bekas sunatan nampak jelas dan nampak ada sisa kulup yang tersisa. Mungkin cara sunatan desa, sehingga sisa potongan kulup masih nampak dan ada bergelambir. Namun justru itu kulihat sangat seksi dan menggairahkan, karena tidak seperti kontol yang sunat penuh.
Karena tidak kuasa menahan gelora yang terus berdebur di dadaku jika hanya meremas dan mengocok kontol Ujang. Kuberanikan diri mendekatkan mulut dan lidahku menjulur menjilati ujung kontol Ujang. Kusentuh batang kontol berurat itu dengan ujung lidahku. Lalu kusapukan secara merata ke seluruh batang, hingga ke bagian lipatan kepala dan bekas sunatan. Hingga kepala kontol juga tak luput dari jilatan lidahku. Karena penasaran yang hebat segera kukulum kepala kontol Ujang di dalam mulutku.

Kurasakan kenyalnya kepala kontol itu, dan secara reflek lidahku pun menari nari dan menerobos ujung lubang keluarnya kencing. Kuputar putar ujung lidahku di mulut tempat keluarnya kencing itu. Kulihat Ujang melenguh dan menggeliat keras. Hingga badannya mengambil pososi akan berputar dan membalik.
Aku dengan cepat melepaskan kuluman pada kontol Ujang dan berusaha tubuhku tidak tersentuh Ujang ketika dia membalikkan badannya. Busyettt,……belum puas aku mengulum kontol dan menjilatinya, bagaikan menjilati es lolipop. Tapi kini mataku lebih terbelalak lagi. Karena gundukan bongkahan pantat Ujang sungguh padat berisi. Pantat yang putih itu sungguh montok dan kelihatan sangat lentur dan kenyal. Tak tahan, segera kusentuh dan kupegang kedua bongkahan pantat kenyal tersebut. Dan sungguh kurasakan kekenyalan pantat yang selama ini hanya tersembunyi di balik celana Ujang.
Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan bongkahan pantat Ujang. Perlahan-lahan tanganku mengelus-elus lagi bongkahan pantat Ujang dan juga turun ke bawah, pada bagian paha atasnya yang benar-benar putih dan sangat merangsang.

Kubuka celana dalamku, sehingga kontolku yang telah ereksi penuh itu nampak pada ujungnya mengalir cairan precum. Rupanya aku sangat terangsang, sehingga cairan bening itu menetes dan mengalir di mulut kontolku, tempat keluarnya kencing. Aku mengambil pelicin yang selalu kusimpan di dompet. Lalu kurobek pembungkus pelicin itu. Lalu aku mengambil posisi dan berjongkok di atas tubuh Ujang. Kedua lututku melebar di samping pinggul Ujang dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul Ujang. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan Ujang, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas Ujang.Tangan kiriku memegang batang penisku, sambil kulumri dengan pelicin yang telah kubuka. Kulumuri bagian kepala dengan pelan…Oh…rasa dingin jelly pelicin ini semakin membangkitkan gairah seksualku. Lalu secara merata kulumurkan elicin itu ke seluruh batang kontolku. Ada sensasidan rasa nikmat yang hebat kurasakan saat kulumuri rata seluruh bantang kontolku ini. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bongkahan pantat Ujang. Karena kaki Ujang terbuka dan agak menyamping sedemikian rupa, sehingga bisa masuk saat kuarahkan kepala penisku di belahan bongkahan pantat itu. Kepala penisku yang telah terlumuri pelicin itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bongkahan pantat Ujang dan menyentuh lubang anusnya. Pelicin itu pun akhirnya membasahi lubang anus Ujang. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Ujang dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup.

Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku menerobos lubang anus Ujang dengan pelan. Kutekan sedikit kontolku, sehingga ujung kepala kontolku masuk sedikit pada lubang anus Ujang. Sekarang kepala kemaluanku terjepit sedikit di antara bibir lubang anus Ujang. Dari mulut Ujang tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Kepalanya menoleh dan sedikit mendongak ke atas. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Ujang sadar, aku sudah harus menaklukan lubang pantat Ujang dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang anus Ujang. Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada lubang anus Ujang. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang anus Ujang.Kelihatan sejenak kedua paha Ujang bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang anusnya.

Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung antara sadar dan tidak. Ujang sekilas memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut Ujang agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang anus Ujang dengan cepat.
Badan Ujang tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan Ujang sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam lubang anusnya dengan tiba-tiba.
Meskipun Ujang meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan Ujang dengan kedua kaki Ujang yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam lubang anus Ujang terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam lubang anus Ujang.
Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan Ujang, kepalaku kuletakkan di samping kepala Ujang sambil berbisik kekuping Ujang.”Ujang.., ini aku Nando. Tenang Ujang.., sshheett.., shhett..Rasakan nikmatnya saja ya!” bisikku.

Ujang masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut Ujang, aku menjilat-jilat kuping Ujang dan tengkuknya. Sementara pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan Ujang yang tadinya tegang mulai melemah.Kubisikan lagi ke kuping Ujang, “Ujang.., tanganku akan kulepaskan dari mulut Ujang, asal Ujang janji jangan berteriak yaa..? Rasakan enaknya saja ya?”Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut Ujang.Kemudian Ujang berkata, “Nando.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah berbuat apa pada Ujang..!”Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat, sambil lidahku kujulur julurkan di tengkuk Ujang. Sementara tanganku kugerakkan mencari kontol ujang yang tertekan di bawah. Ternyata kontol itu masih terasa keras. Berarti Ujang tidak benar benar merasa sakit. Malah mungkin sudah mulai menikmati enaknya disodomi. Karena kalau sakit, pastinya kontol itu akan lemas dan tidak tegang. Tangaku yang satu juga kurebakan pada punggung dan memuar ke arah dada Ujang. Kini kudapati dada dan tetek Ujang. Aku mulai memijit-mijit dada Ujang, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras. Kupilin-pilin bagian yang memang membuat rangsangan hebat itu.

Rupanya meskipun wajah Ujang masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan Ujang ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut Ujang terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Nando.., Ndoooo..!”Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam lubang pantat Ujang dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang anus Ujang.
Kepalaku tepat berada di atas rambut kepala Ujang yang tergolek di atas kasur. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa Ujang telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam lubang pantat Ujang, aku berbaring setengah tidur di samping Ujang. Sebelah tanganku tetap mengelus-elus dan mengocok kontol Ujang.
“Eehh.., Nando.., kenapa kau lakukan ini kepada aku..!” katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan Ujang menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang Ujang menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Ujang.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Ujang, Ujang begitu manis dan imut..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiap kali melihat Ujang mandi, aku tidak dapat menahan diri. Ujang kan udah tau kondisi dan keberadaanku yang suka berteman dengan cowok saja, jadi Ujang jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri.
“Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya. Sambil dengan lembut kubelai rambut dan kepalanya, seakan ingin kuberikan kehangatan pada cowok pemalu ini. Rupanya Ujang dapat juga merasakan curahan perasaanku padanya melalui belaian tanganku. Sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan balas memelukku lebih erat. Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping Ujang, sehingga Ujang dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.”Iih.., gede banget barang kamu Ndo..! Itu sebabnya tadi Ujang merasa sangat penuh dalam badan Ujang.” Katanya.

Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus ke dadanya yang padat dan sedikit berotot itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan Ujang menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang penuh dengan bulu bulu halus itu. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada selangkangan di antara kedua paha yang putih itu.Pada bagian kemaluan Ujang, mulutku dengan cepat menempel ketat pada batang kemaluannya dan lidahku bermain-main di ujung kemaluan, tempat keluarnya kecing itu.

Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat seluruh batang kontol berurat itu, hingga kedua buah biji pelernya pun tidak luput dari sapuan lidahku. Segera terasa badan Ujang bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Ndoo.., oohh.. eunaakk.. Ndooo..!”Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala Ujang dan dengan setengah berjongkok.
Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala Ujang. Rupanya Ujang maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan Ujang dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara bibirnya yang hangat. Ketika ujung lidah Ujang mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluruh badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.

Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping Ujang. Kemudian sambil telentang aku menarik Ujang ke atasku, sehingga sekarang Ujang berada di atasku. Ujang kuposisikan duduk di atas perutku, namun masih bertumpu pada kakinya. Badan Ujang dengan pelan kudorong agak ke atas. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sejalan dengan kontolku kuarahkan ke lubang anusnya. Ujang kuhentakkan hingga menduduki ujung kepala kontolku dan kepala kontolku melesak perlahan menerobos lubang anusnya. Kini terasa kepala penisku itu langsung terjepit di antara dinding lubang anus Ujang.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat Ujang dan sentakan ke atas pantatku, maka seluruh batang penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang anus Ujang. Amblas semua batangku.
“Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut Ujang.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa Ujang merasakan nikmat yang begitu hebat. Ujang tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang kale dan matanya setengah terpejam. Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul Ujang yang sedang berayun-ayun di atasku.

Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika Ujang bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Aku juga tidak mau mendiamkan kedua tanganku. Sementara tangan kiri bergerilya dan menggerayangi dada dan memilin milin putting dada Ujang. Yangan kananku menggenggam, meremas dan mengocok batang kontol berurat milik Ujang. Dengan pelicin yang kulumurkan pada batang kontol itu, kubantu Ujang merasakan dua titik nikmat saat kontolnya dikocok-kocok dengan pelicin.
Hal itu membuat Ujang tambah nafsu dan semakin liar menggoyang dan menaik turunkan pantatnya, sehingga kontolku teraduk aduk dan terkocok oleh dinding anusnya. Rasa hangat dan sensasi luar iasa kurasakan dari goyangan pantat Ujang itu. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku seolah mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku.

Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan, menyemprot dengan keras ke dalam lubang anus Ujang, yang pada saat bersamaan pula terasa kontol Ujang dalam genggamanku berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Crottt…crottttttt srema Ujang menyembur mengenai mukaku, menyemprot ke leherku dan dadaku. Terakhir semprotan lemah memenuhi perutku dengan cairan putih nan kental dan berbau khas itu. Lalu kedua tangan Ujang mendekap badanku dengan keras
Memang, pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya Ujang tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut Ujang terlihat senyuman puas.”Nandoo.., terima kasih ya. Kau telah memberikan Ujang kenikmatan yang belum pernah Ujang rasakan..!”Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.



0 komentar: