BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Masa Kecilku

Saat itu aku duduk di kelas dua SMP. Tubuhku masih belum menunjukkan tubuh orang dewasa. Yah, aku memang baru berusia 15 tahun. Masih anak-anak. Bulu jembutku pun belum lebat. Tapi kontolku sudah tumbuh besar.
Lebih besar dari kontol teman teman sekelasku. Kami sering menunjukkan kontol kami waktu sedang ngaceng saat berganti pakaian di kamar mandi setelah selesai berolah raga di sekolah. Kenakalan anak muda yang merupakan hal biasa. Tapi terkadang aku agak napsu juga melihat kontol temanku yang bentuknya unik dan berbeda dengan yang lain. Sejak usia 11 tahun aku sudah terbiasa bermain main dalam urusan sex dengan teman teman tetangga rumahku. Tapi permainan sex kami hanya sebatas telanjang sambil bertindihan sampai ngloco bareng sampai keluarnya sperma.
Saat itu kami merasakan pengalaman ini sebagai sesuatu yang biasa. Seperti yang mereka ucapkan padaku, ketika paman dan kakak mereka melakukan hal itu ada mereka. Dan itu terjadi saat keisengan kami muncul. Karena kadang kami berjanjian untuk mengajak temen cewek kami untuk melakukan seks bersama. Tetapi kadang kita sudah menunggu lelah di rumah temen sambil menonton video bokep. Bukannya si cewek dateng, malah yang terjadi akhirnya kami melakukan permainan itu lagi. Ngloco bareng lagi. Dan kejadian yang kemaren, malah salah satu temanku sudah mulai berani ngisep kontol temenku. Sedangkan aku masih lebih suka jika jepit paha sudah sangat enak.

Dan untuk kejadian yang kesekian kalinya, akhirnya kami melakukan lagi usai sepulang sekolah di salah satu kos temenku. Saat itu mereka mulai berani saling isep kontol temannya. Tapi aku belum mau mengisap kontol mereka walaupun mereka mau mengisap kontolku karena terkadang mereka kutraktir makan ataupun kubelikan sesuatu.Dan itu sangat sering kami lakukan. Kurasa itu hanya sekedar kenakalan kami yang belum begitu tahu tentang sex.

Dan kejadian itu kami simpan rapat rapat sebagai rahasia bersama. Bahkan Eyang Putriku yang kini tinggal denganku jangan sampai tahu. Karena akibatnya bisa berabe. Dan untuk itu, kami tidak pernah melakukan permainan itu di tempat tinggalku. Tetapi lebih sering di tempat kos temenku.

Memang aku tinggal di rumah Eyang putriku di daerah Dinoyo. Dan Eyang Putriku ini hanya seorang diri sejak eyang kakungku meninggal. Eyang ditemani oleh Om Koko yang sudah duda bersama anaknya yang bernama Andhika. Andhika saat itu sudah kelas 3 SMA. Suatu saat Om Koko dikirim belajar ke Jepang oleh perusahaannya. Karena di rumah sebesar itu hanya dihuni oleh Andhika dan Eyang putri, maka Mama dan Papa memintaku untuk tinggal di rumah Eyang sementara Om koko, adik Mama, ke jepang. Mulanya aku menolak, tapi karena rumah eyang dekat dengan sekolahku, maka aku sulit untuk menolak. Jadi aku bisa bangun agak siang karena jarak ke sekolah hanya 10 menit berjalan kaki. Sebulan pertama aku merasa tak betah. Itu semua gara gara Andhika yang tak pernah mau bicara padaku. Pandangannya sinis setiap kali aku di rumah. Apalagi kalau lagi asyik ngobrol dengan eyang. Maklum aku cucu kesayangannya. Mungkin dia iri hati. Apalaagi aku lebih tampan dan pintar pula di sekolah.
Masa bodoh dengan Andhika. Yang penting Eyang suka kepadaku. dan senang dengan kehadiranku. Aku menempati kamar di lantai atas, persis disebelah kamar Andhika. Tapi kamarku lebih besar dan ada balkonnya.Ini tentunya membuat Andhika lebih iri padaku. Mungkin saja demikian, tapi itu cuma asumsiku saja, karena sampai hari ini Andhika sama sekali belum pernah bicara sepatah katapun kepadaku.Aku benci sekali kepadanya. Mungkin dia anggap aku cuma seorang anak kecil. Masa bodoh.Peduli amat dengan Andhika. Padahal diam-diam aku mengagumi dirinya yang jantan dan perkasa. Sering kulihat dia hanya bercelana pendek ketat saat berolah raga di halaman belakang yang luas, atau kalau dia sedang berenang di kolam renang di halaman belakang. Malam itu hujan deras disertai angin kencang. Jam sembilan malam eyang sudah masuk kamarnya.
Malas nonton tv sendirian di ruang tamu, maka aku naik ke atas, ke kamarku. Satu jam main PS membuatku jenuh. Mendadak pikiran iseng muncul. Kuputar VCD bokep milik Yono, teman sekelasku. Dia takut menyimpannya di rumahnya, maka dititipkannya padaku. Ada tiga keping semuanya . Pelan pelan kubuka pakaianku hingga aku telanjang bulat.Kuelus2 kepala kontolku. Tapi terlalu malas untuk mengocoknya karena rasa kantuk mendadak muncul, dan akhirnya aku tertidur. Entah berapa lama aku tertidur sampai mendadak aku terbangun karena kurasakan ada tangan kekar memelukku dari belakang dan terasa kehangatan tubuh yang telanjang melekat erat ke tubuhku.Aku pikir itu Udin, pembantu eyang. Tapi Udin sudah dua hari pulang kampung karena ibunya meninggal.
Memang Udin pernah beberapa kali memijitiku sampai akhirnya berakhir dengan permainan sex. Udin berusia 18 tahun. Sejak kecil dia sudah tinggal dengan eyang dan di biayai sekolahnya. Sekarang Udin sudah kuliah , juga atas biaya eyang.Aku balikkan badanku untuk melihat siapa yang memelukku. Ternyata Andhika. Kudorong tubuhnya yang telanjang. Tapi dia tetap berusaha memelukku terus. Semakin aku berontak, semakin erat dia memelukku. Tenaganya jauh lebih kuat dariku. Maklum karena dia rajin berolah raga, dan dia karateka pemegang ban hitam. Aku tak berdaya melawannya lagi apalagi waktu dia mulai mencium bibirku dengan bibirnya. Lidahnya melanglang buana didalam mulutku, membuat birahiku memuncak, ditambah dengan kehangatan tubuhnya yang kekar, dan terutama hangatnya kontol Andhika yang ngaceng beradu dengan kontolku.
"Maaf, bumi.Tadi kulihat pintu kamarmu terbuka sedikit. Aku intip dan kulihat kamu tidur telanjang. Film bokep masih berputar. Untung bukan eyang yang melihat ini. Aku tidak tahan melihat kamu telanjang". Andhika terus mengoceh. Aku jadi malu sendiri. Tapi kurasa aku tadi sudah mengunci pintu kamarku. Aku yakin sekali. "Aku harap kamu mau memaafkan sikapku selama ini, Bumi. Sebenarnya aku pingin akrab denganmu, tapi aku cemburu waktu kebetulan aku lihat kamu sedang tidur berpelukan telanjang dengan Udin".lanjutnya.Aku terkejut mendengar pengakuannya. Jadi selama ini dia memperhatikanku, bahkan sampai tahu aku tidur dengan Udin. Bagaimana mungkin? Padahal aku selalu mengunci kamar setiap kali Udin tidur di kamarku.Bahkan kalau sedang sendirianpun aku selalu mengunci kamarku.
Jangan-jangan..... ah, malas aku memikirkannya. Yang penting sekarang aku sudah dalam pelukannya. Karena aku diam saja dan menyambut serangan ciuman dan pelukannya. maka dia semakin gencar menyerangku. Kontolku yang tidak sebesar kontolnya dilahap sampai masuk seluruh batang kontolku ke mulutnya. begitu hangat dan lembut mulut Andhika. Akupun tak kalah napsu. dalam posisi 69. kurenggut kontolnya, kurebakkan bulu jembutnya yang lebat. Hanya setengah kontolnya yang bisa kukulum ke dalam mulut. Lidahku berputar putar menyapu ujung kontolnya. Andhika memejamkan mata menikmati permainan lidahku pada kontolnya.Begitu pula sebaliknya.
Akhirnya kami hampir berbarengan menyemprotksn sperma. Kami menelan cairan hangat yang nikmat itu dengan lahap. Ternyata Andhika masih belum puas. Hanya lima menit berselang dia mengentoti lubang anusku. Perlahan dan lembut dia menindih tubuhku dari atas tubuhku yang tertelungkup. Terasa sakit pada awalnya, tapi rasa nikmat menyusul sesaat kemudian. Aku telah terbiasa dientot lubang anusku, dan aku menikmatinya.Apalagi bila yang mengentotiku adalah para lelaki muda dan gagah yang memang jadi idamanku. Andhika mengangkat tubuhku dengan mudah. Dia duduk dipinggir tempat tidur dan aku duduk dipangkuannya. Makin terasa seluruh batang kontolnya mendesak lubang anusku, dan semakin nikmat kurasakan. Pantatnya bergoyang seirama dengan goyanganku.
Tangannya mengocok kontolku. Sepuluh menit berjalan sampai akhirnya untuk kedua kalinya kami menyemburkan sperma hangat. Kali ini spermanya berhamburan di lubang anusku, sementara spermaku muncrat membasahi kaki kami, dan sebagian berceceran di karpet. Perlahan dicabutnya kontolnya dari anusku. Selanjutnya kami tertidur berpelukan. Kurasakan ciumannya di seluruh wajahku. Sampai akhirnya kami lelap. Hari demi hari kami lalui malam malam kami hanya dengan sex. Sering juga Udin kami ajak bergabung. Kalau tahu begini sejak dulu aku mau tinggal di rumah eyang. Ahhh, aku menikmati permainan sejenis ini sebagai variasi permainan seks yang ga mungkin aku lakukan dengan temen cewekku. Jika ketahuan, dan hamil, pasti aku akan malu dan keluarga si cewek menuntutku. Tapi dengan sesama cowok, aku lebih aman.

0 komentar: