BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Perawat Pria

Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Malang. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Malang selama 5 hari dan weekend di Batu. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, trus seorang perawat cowok, dan seorang pembantu. "Rumah yang asri" gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh pria semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya. "Pak Rafi ya..".
"Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di RS Dr Soetomo Surabaya kan?", jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja di RS terbesar di Jawa Timur itu.
"Iya..., saya dulu ambil study di UNAIR, jadi prakteknya di RS Soetomo. Tapi karena udah lulus, saya harus cari tempat kerja. Akhirnya saya kerja di sini..", Mataku memandangi sekujur tubuhnya.

Bayu (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, badannya tegap dan tinggi, wajahnya manis. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu.
Aku tergagap dan berkata, "Ee.., Mas Bayu, Bapak ada?".
"Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..".

Bayu menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Bayu merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Bayu yang sedang menunduk. Di daerah selangkangannya, tercetak jelas jendolan di balik resleting. Darahku terkesiap. Ahh..., perawat ganteng, gagah, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan dirinya, dengan tersipu-sipu Bayu cepat-cepat menyapuku lagi
"Semuanya sudah beres Pak..., silakan beristirahat..".
"Ee..., ya.., terima kasih", jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.

Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Bayu. Sore itu ia menggunakan baju putih dengan celana katun yang cukup ketat. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak setampan Bayu. Badannya bongsor dan motok. Andika namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku.

Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Andika sudah biasa mengurutku dan Bayu sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi pria muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Bayu merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga..., Bayu tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.

Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Bayu tersipu dan berlari ke luar kamar.
"Mas Bayu..", panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kupanggil dan kutawari dia.
"Mas Bayu..., mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..".
"Ah, ngga Pak..., malu aku..", katanya sambil melengos.
"Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?", Kataku seraya menariknya ke kamarku.
"Yuk kita nonton bareng yuk..", Bayu masuk kamar lalu duduk di ranjangku. Aku yang masih berdiri, lalu mengunci pintu kamarku.

Dengan santai aku duduk di samping Bayu sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 3 bintang porno (dua cowok dan satu cewek) itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas, yang cowok kadang saling menghisap dan terkadang gantian dengan yang cewek. Aku melirik Bayu yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan kulihat jendolan di selangkangannya mulai menonjol. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Bayu tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Bayu basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Bayu nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku merayap di atas baju dari arah samping dan atas. Tanganku mulai merasakan dada Bayu. Kubelai-belai seraya sesekali kupencet tepat pada posisi pentil dadanya.

Ketika kulihat tak ada reaksi dari Bayu, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam bajunya dari arah atas. Kugerayangi dada yang berbentuk itu, dan kupencet pentil teteknya.
"Ohh.., Pak..., jangan..", Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya.
"Sshh..., ngga apa-apa Mas..., ngga apa-apa..".
"Nanti ketauann..".
"Nggaa..., jangan takut..", Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting dada Bayu dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan.
"Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..", Bayu mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku.

Saat itu juga, kusambar tengkut di bawah jatuhnya rambutnya. Lehernya kujelujuri dengan ciuman, dan bulu kuduknya kurasakan berdiri, pertanda dia terangsang. Dengan sigap kubalikkan wajahnya dan kuraih bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih.
"Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..", Dengan nafas tersengal-sengal Bayu mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Bayu melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Bayu dengan buas. "aahh..Ouhh.." Bayu menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap baju putih perawat di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah atas dan kudapati pentil teteknya.

Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua pentil dada Bayu. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. kontolku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan Bayu mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas dadanya dengan keras. Bayu sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam celana kain putih itu melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Bayu saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kontolnya.
Hujan semakin deras saja mengguyur kota Malang. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang pria muda dengan gairah birahi yang tinggi. Bayu mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di pangkal kontolnya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh kontolnya yang sudah tegang sekali dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan kontol itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. "Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…".

Bayu sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika ujung kontolnya kupelintir dan kupermainkan. Seluruh badan Bayu bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda bulat panjang sebesar buah ketimun itu terasa nikmat di genggaman jari-jariku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan kontolnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi dadanya yang masih tertutupi oleh baju putih perawat itu.

Seolah mengerti, Bayu menyingkapkan bajunya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat dadanya yang gempal, kenyal dan berwarna putih itu terpeta di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap dada dan puting kecil itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu pria muda itupun sudah sampai di puncak. Bayu mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, "Enak Mas?". Sebagai jawabannya, Bayu membenamkan kembali kepalaku ke dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan kontolnya kini kuarahkan ke lipatan bawah selangkangannya. Bayu yang sudah menganga, agak mengakat pantatnya, sehingga jariku lebih mudah menemukan lubang pantatnya, apalagi dengan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan, "Auuhh.., PPaak.., hh". Bayu menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. "Terrusshh.., auhh..". Kugerakkan jariku keluar masuk di lubang pantatnya dan Bayu menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu.

Aku menghentikan ciumanku di dada Bayu dan mulai mengecup bibir ranum pria muda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Bayu ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh kontolku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Bayu meremas kontolku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, "Ahh.., Masss.., enaknya.., terusin..".

Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mas Bayu sudah ingin secepatnya beradu kontak secara penuh dalam kondisi telanjang denganku. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik kontolku dan mendekatkannya ke arah selangkangannya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, "Bayuuu..., Bayuuu..". Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari celananya, Bayu melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali baju perawatnya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.

Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu pria muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku.
"Mas Bayu?", Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Dadanya yang sedikit gempal itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang. Mas Bayu tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa kontolku sudah kembali menegang.
"Kita tuntaskan ya Mas?", Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mas Bayu sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas kontolku sehingga bergesekan dengan kontolnya juga..

Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Bayu, dan kutindih sehingga dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan kontolku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan kontol dia yang juga menegang. Aku menuntuk, mencoba mengulum dan menghisap kontol Bayu. Bau khas selangkangan pria yang tercium menambah birahiku semakin memuncak. Kumaju mundurkan bibirku menjelujuri batang kontol Bayu yang putih kemerahan itu. Sambil terus tanganku terus menggerayangi kedua pentil dadanya.
Lalu aku membalikkan badanku, sehingga kontolku tepat teracung di depan mulut Bayu. Agak ragu, bayu meraih kontolku dan dikulumnya dengan lembut. Meski terlihat masih ragu, namun karena pebisku terus kusorongkan ke mulutnya, mau tidak mau dia harus mengulum dan menghisap kontolku, seperti kontol dia yang kukulum dan kulumat habis. Setelah puas dengan kuluman di kontol, aku merubah posisi, dengan tetap mengeksploitasi daerah selangkangannya. Termasuk lipatan pahanya, serta lubang anusnya yang nampaknya belum pernah dimasuki sesuatu dari luar.
"Mas.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mas..", bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Bayu membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu.
"Ayo Pak.., masukkan sekarang…", Aku menempelkan kepala kontolku yang besar itu di selangkangan Bayu. Ku arahkan kontolku yang sudah kulumuri ludah itu ke lubang pantatnya. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, "aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..", rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh kontolku kubenamkan ke dalam lubang pantatnya. Setelah itu, "Blesss…", dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis kontolku diiringi jeritan erotisnya, "Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..".

Aku mulai memompakan kontolku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Bayu terdengar di kamarku. Pinggul pria muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. kontol Bayu yang terlihat teracung ke atas itu dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan! Secepat kilat kuraih kontol itu, sambil kugoyangkan pantatku, kukocok pula kontol Bayu. Dengan sedikit pelumas, kukocok kontol yang ujung kepalanya agak kemerahan itu.

Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas pria muda itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut "aahh..". Bayu menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan kontolku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa dijepit oleh lubang anus yang hangat. Dari wajahnya yang menyeringai, tampak pria muda itu tengah menghayati puncak birahi yang mungkin tidak pernah ia alami sebelumnya itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku.
"Mas.., goyang terus Mas.., aku juga mau keluar..", kataku memohon. Bayu kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.
"Keluarkan di dalam saja pak", bisik Bayu. Begitu Bayu selesai berbisik, aku melenguh.
"Mas.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..", dan..., "Crat.., crat.., craat", kubenamkan kontolku dalam-dalam di lubang anus pria muda itu. Seakan mengerti, Bayu mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku. Sejenak, kocokan jariku pada kontol Bayu juga merasakan denyutan-denyutan hebat, pertanda kontol putih agak kemerahan itu akan memuncrakan cairan hangatnya. Tak lama kemudian, “Pakkk aku juga mau keluaaa…arrrr. Aaaahhhhhhh”erang Bayu sambil cairan hangat muncrat ke arah muka, leher hingga dada dan perutnya. Woww…banyak sekali sperma Bayu yang muncrat. Seolah sudah lama tidak dikeluarin.

Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Bayu. Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Malang. Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Bayu. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

Ceritanya sebagai berikut: Bayu diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang perawat cowok itu dari belakang. Bayu terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Pria muda tampan itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya.
Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik celana perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai celana dalam, sehingga dengan mudah kudapati kontol berwarna kemerahan itu.
"Kok ngga pakai CD Mas..?" Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal.
"Supaya gampang diremas sama Bapak..". Benar-benar jawaban yang menggemaskan!

Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku keremas dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga pentil teteknya memerah. Bayu mulai mengerang kegelian, "Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..". Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Bayu mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.

kontolku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala kontolku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap celana pria muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di kontolnya.

Tanpa membuang waktu kuturunkan celana perawat itu, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu balikkan tubuhnya membelakangiku. Kuraih lehernya, dan kuciumi dengan buas serta kugigiti kecil di punggungnya. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan kontolku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Bayu sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku.

"Bayu.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…". Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Bayu sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, "Tenang Mas.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?" Ia mengangguk seraya tersenyum manis.
"Sebentar Pak..", teriaknya.
"Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…". Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala kontolku ke selangkangannya.

Perlahan-lahan kutempelkan kepala kontolku itu di lipatan lubang anusnya. Sambil kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. Bayu ternganga sambil terengah-engah, "aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..", dan, "aa…". Bayu menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh kontolku ke dalam lubang anusnya yang terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan kontolku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Bayu terguncang-guncang, sementara kontolnya bergayut ke kiri dan kanan mengikuti gerakan tubuhnya yang kusodok. Sementara itu jeritannya semakin menjadi-jadi menambah nafsu birahiku terpacu.

Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan pria perawat itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Pria muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menggigiti punggungnya, sehingga punggungnya hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Bayu menegang. Kini kendali kocokan pada kontol Bayu dilakukan sendiri oleh tangan Bayu. Sehingga aku dengan leluasa memompa dan menggenjot pantat pria perawat ini.

Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, "aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh", Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan kontolku ke dalam lubang anus pria muda itu sekeras-kerasnya dan, "Craat.., craatt.., craat".
"Ahh..., Massss", erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Bayu berbisik dengan suara serak.
"Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..". Aku tersenyum simpul.
"Mas., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?". Perlahan Bayu membuka pahanya agak lebar dan mencabut kontolku dari lubang anusnya..
"Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..". Benar-benar luar biasa libido pria muda ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang.

Setelah kejadian siang itu, aku dan Bayu seperti kakak beradik yang semakin lengket saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Bayu, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain. Bayu si pria muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya. Suatu hari, Bayu masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, "Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..".
"Lha.., kalau Mas pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?", tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan.
"Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mas Rony.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..". Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!!

0 komentar: