BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Dokter Sekolahku

Sore itu, setelah semua pelajaran selesai aku bergegas pulang kerumah. Aku siswa kelas 3 IPA di salah satu SMUK Favourite di Kota Malang. Semua buku-buku sudah kumasukkan kedalam tas. Lalu dengan perasaan riang, aku menuju ke tempat parkir kendaraan. Kustart sepeda motorku menuju jalan raya.

Tapi di tengah perjalanan aku baru ingat, HP yang kunada silent tertinggal di dalam laci mejaku di dalam kelas. Aku kaget dan jantungku berdebar kencang, takut kalau-kalau HP ku diambil orang. Dengan tergesa-gesa aku balik lagi ke sekolahku. Untungnya HP ku masih ada di laci mejaku. Setelah mengambil kembali HP ku, aku keluar kelas dan berjalan melewati ruangan guru.

Ketika melewati ruangan UKS dan klinik sekolah, aku mendengar suara mendesah-desah disertai rintihan-rintihan kecil. Aku penasaran dengan suara-suara itu. Aku mendekati pintu ruangan, suara-suara itu semakin keras. Aku semakin penasaran dibuatnya. Kubuka pintu ruangan, dengan berjalan mengendap-endap, aku mencari tahu darimana datangnya suara-suara itu. Begitu mendekati ruangan Pak Iqbal, dokter sekolahku sedang mengocok-kocok kontolnya sendiri, dalam posisi berdiri. Aku akan masuk ke ruangan itu, tapi ternyata ada orang lain di dalam ruangan itu yang baru saja melepaskan baju dan celananya. Ternyata Kurniawan, pembina Pramuka yang terkenal galak dan tegas itu.

Lalu aku lihat, Kurniawan mendekati Pak Iqbal dan langsung mencium. Pak Iqbal membalas ciuman itu sambil terus mengocok kontolnya. Bibir mereka saling kecup. Lidah mereka saling sedot. Tangan Kurniawan meremas-remas pantat Pak Iqbal yang padat, sedangkan tangan Pak Iqbal melingkar dipinggang Kurniawan. Mereka yang sedang asik, dan tak tahu akan kehadiranku. Aku mendekati arah mereka. Aku membungkukkan badan dan bersembunyi dibalik meja, mengintip mereka dari jarak yang sangat dekat.

Mereka menyudahi bercumbu, kemudian Kurniawan duduk dipinggir meja, kakinya menjuntai kelantai. Pak Iqbal berdiri didepannya. Pak Iqbal mendekati Kurniawan, dengan buasnya dia menarik celana panjang Kurniawan. Tak ketinggalan celana dalam Kurniawan juga diembatnya. Hingga Kurniawan setengah telanjang. Pak Iqbal menguru-urut kontol Kurniawan. Kontolnya yang tidak begitu besar, sedikit demi sedikit menegang. Pak Iqbal membungkukkan tubuhnya, hingga wajahnya pas diatas selangkangan Kurniawan. Kontol Kurniawan diciuminya.

“Isep.. Pak.. isep.. kontolku” suruh Kurniawan.
Pak Iqbal tersenyum mengangguk. Dia mulai menjilati kepala kontol Kurniawan. Terus turun kearah pangkalnya. Pak Iqbal sangat pintar memainkan lidahnya di kontol Kurniawan.
“Oohh.. enakk..pakk.., teruss.., truss”.

Kurniawan mengerang ketika Pak Iqbal mengulum kontolnya. Seluruh batang kontol Kurniawan masuk kemulutnya. Kontol Kurniawan maju mundur di dalam mulut Pak Iqbal. Tangan Pak Iqbal mengurut-urut buah pelirnya. Kurniawan merasakan nikmat yang luar biasa. Matanya merem melek. Pantatnya diangkat-angkat. Aku sangat terangsang melihat pemandangan itu. Kuraba-raba kontolku yang menegang. Kubuka retsleting celanaku. Kukocok-kocok kontolku dengan tanganku sendiri. Birahiku memuncak. Ingin rasanya aku bergabung dengan mereka, tapi keinginan itu kutahan, menunggu saat yang tepat.

Lima belas menit berlalu, Kurniawan menarik dan menjambak kepala Pak Iqbal.
“Akhh.., akuu.. mauu.., ke.. keluar sayang” Kurniawan menjerit histeris.
“Keluarin aja di dalam mulutku Kur, aku ingin meminumnya” sahut Pak Iqbal.
Pak Iqbal tak mempedulikannya. Semakin cepat dikulumnya kontol Kurniawan dan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal kontol Kurniawan seirama kocokan mulutnya. Kontol Kurniawan berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.

Dan crott! crott! crott! Kurniawan menumpahkan spermanya didalam mulut Pak Iqbal. Pak Iqbal meminum cairan sperma itu. Kontol Kurniawan terus dijilatinya, hingga seluruh sisa-sisa sperma Kurniawan bersih. Kontol Kurniawan kemudian mengecil di dalam mulutnya, tapi masih terus dikulum kulum pak Iqbal. Kurniawan menggeliat kegelian.

Kurniawan yang sudah mencapai orgasme kemudian turun dari meja.
“Kamu puas dengan serviceku” tanya Pak Iqbal.
“Puas sekali, tapi kok terlalu cepat ya” jawab Kurniawan sambil tersenyum.
“Gantian ya, sekarang giliranmu memberiku kepuasan” pinta Pak Iqbal.
Pak Iqbal melepaskan celananya, juga pakaian atasnya, hingga dia telanjang bulat. Astaga ternyata Pak Iqbal tak memakai celana dalam. Aku dapat melihat dengan jelas lekuk tubuh atleris, putih bersih, otot dada dan lengan yang padat, juga kontolnya yang berurat dengan dihiasi bulu-bulu yang dicukur tipis dan rapi.

Pak Iqbal kemudian naik keatas meja, kakinya diselonjorkan ke lantai. Kurniawan mendekatinya. Kontol berurat Pak Iqbal diusap-usap dengan tangannya. Jari-jarinya memilin dan mencucuk-cucuk kontol Pak Iqbal. Pak Iqbal menjerit, entah merasa geli ataukah nikmat.
“Isep Kur, isep kontolku” pinta Pak Iqbal menghiba.
Kurniawan menurunkan wajahnya mendekati selangkangan Pak Iqbal. Lidahnya dijulurkan ke kontol berurat Pak Iqbal. Disibaknya paha Pak Iqbal, sehingga Kurniawan leluasa menghisap dan menjilati kontol berurat itu dengan lidahnya. Kurniawan terus mengulum dan menghisap kontol Pak Iqbal.
“Oohh.. teruss...., jilatin terus.., akhh” Pak Iqbal mendesah.
Kurniawan dengan lihainya memainkan lidahnya di batang kontol Pak Iqbal. Dihisapnya kontol Pak Iqbal dari bagian ujung hingga ke pangkal, bahkan biji-biji pelernya juga.
“Oohh.., enakk.., teruss.., truss..,Kur” jerit Pak Iqbal.

Hampir seluruh bagian kontol Pak Iqbal dijilati Kurniawan. Tanpa sejengkalpun dilewatinya.
“Ayoo..ayoo…dikeluarin..” erang Kurniawan
Kontol pak Iqbal yang berkedut-kedut terus dikulum, dihisap, dijilat dan dikocok dengan keras. Otot-otot kontolnya sejenak menegang. Dijambaknya rambut Kurniawan, dibenamkannya ke selangkangannya.
“Lebih keras lagi sedotannya”, Pak Iqbal menjerit histeris. Kurniawan terus menghisap dan mengulum hingga keringat bercucurna di dahinya. Tangannya pun terus mengocok dengan diselingi dihisap. Namun kontol Pak Iqbal tak kunjung mencapai klimaks. Hingga Kurniawan merasa kelelahan, karena terlalu lama Pak Iqbal mencapai ejakulasi. Lalu Kurniawan melepaskan hisapan pada kontol Pak Iqbal. Sehingga Pak Iqbal terkejut dan proses ejakulasinya semakin tertunda.
“Aku cape. Kenapa ga keluar keluar”, ujar Kurniawan pendek.
“Susah kalau Cuma diisep! Entot aku, aku ingin merasakan kontolmu” pinta Pak Iqbal.
“Maaf Pak! Aku tak bisa, aku harus pulang”ujar Kurniawan
“Nanti istriku curiga, aku pulang sore” sahut Kurniawan memberi alasan menolak.
“Kamu pengecut Kurniawan! Dikasih enak aja takut!” kata Pak Iqbal jengkel.
Matanya meredup, memohon pada Kurniawan. Kurniawan tak mempedulikannya. Dia mengenakan celananya, kemudian berlalu meninggalkan Pak Iqbal yang menatapnya sambil memohon.

Ini kesempatanku! Pikirku dalam hati. Nafsu birahiku yang sudah memuncak melihat mereka saling isap tadi, ingin disalurkan. Setelah Kurniawan menutup pintu, kudekati Pak Iqbal yang masih rebahan di atas meja, sambil tangannya mengocok pelan ke kontolnya. Kakinya menggantung ditepi meja dan wajahnya tampak kecewa sekali. Dengan hati-hati aku berjalan mendekat. Kulepaskan baju seragamku, juga celanaku hingga aku telanjang bulat. Kontolku yang sudah menegang, mengacung dengan bebasnya. Sampai di depan selangkangan Pak Iqbal, tanganku meraba-raba paha atletis itu. Rabaanku terus ke atas ke atang kontol yang tegangnya mulai menurun itu. Pak Iqbal melenguh. Kudekatkan mulutku ke selangkangannya. Kujilati batang kontol berurat Pak Iqbal itu dengan lidahku.

“Si.. siapa.., kamu” bentak Pak Iqbal ketika membuka mata, dan tau bukan Kurniawan yang melakukan jilatan pada kontolnya.
“Tenang Pak! Saya Doni murid Bapak! Saya Ingin memberi Bapak kepuasan, karena tadi masih tertunda”, sahutku penuh nafsu.
Pak Iqbal tidak menyahut. Mungkin dia merasa mendapat angin segar. Aku semakin berani saja. Nafsu birahi Pak Iqbal yang belum tuntas oleh Kurniawan membuatnya menerima kehadiaranku. Kini wajah kecewa itu surut dan mata Pak Iqbal memejam, menantikan aksiku padanya.

Aku melanjutkan aktivitasku menjilati batang kontol Pak Iqbal. Ujung batang kontolnya kucucuk dengan lidahku. Batang beruratnya kusedot-sedot.
“Oohh.., truss.. Don.., truss.. isep..” pintanya memohon.
Hampir setiap jengkal dari batang kontol Pak Iqbal kujilati. Pak Iqbal mengerang menahan nafsu birahinya. Kedua kakinya terangkat tinggi, menjepit kepalaku.

Lima belas menit berlalu aku menyudahi aktivitasku. Aku naik keatas meja. Aku berlutut di atas tubuhnya. Kontolku kuarahkan ke mulutnya. Kepalanya tengadah. Mulut terbuka menyambut kehadiran kontolku yang tegang penuh.
“Wow! Gede sekali kontolmu!” katanya sedikit terkejut.
“Isep Pak! Isep kontolku!” pintaku.

Pak Iqbal mulai menjilati kepala kontolku, terus ke pangkalnya. Pintar sekali dia memainkan lidahnya.
“Truss.. Pak.. teruss.., isepp” aku mengerang merasakan nikmat.
Pak Iqbal menghisap-isap kontolku. Kontolku keluar masuk di dalam mulutnya yang penuh sesak.

“Akuu.. tak.., tahann..,! Entot aku. Kamu bisa?” tanya Pak Iqbal.
“Ya.., ya.. Pak” sahutku.
Aku turun dari meja, berdiri di antara kedua pahanya. Kugenggam kontolku, mendekati lubang dubur Pak Iqbal. Kemudian Pak Iqbal melebarkan kedua pahanya, menyambut kontolku. Sedikit demi sedikit kontolku kutekan dan kuarahkan ke lobang dubur itu. Karena kontolku telah basah saat dihisap hisap Pak Iqbal tadi, sehingga agak melicinkan kepala kontolku menembus lubang dubur Pak Iqbal. Awalnya agak susah, karena tidak ada pelicin. Namun rupanya Pak Iqbal sangat mahir, dikedut kedutkannya duburnya seolah sedang membuang hajat, sehingga dinding duburnya agak rileks dan jepitan keras pada kepala kontolku mulai melonggar. Lalu secara perlahan kontolku yang besar ini memasuki lubang dubur Pak Iqbal. Semakin lama semakin dalam. Hingga seluruh batangnya amblas dan terbenam. Dubur Pak Iqbal penuh sesak oleh kontolku.
Aku mulai mengerakkan pantatku maju mundur. Klecot!Klecot! Suara kontolku ketika beradu dengan dinding dubur Pak Iqbal.
“Ooh.., nik.. matt..benerrr.., teeeeruss” Pak Iqbal mendesah.

Kuangkat kedua kakinya ke bahuku. Aku dapat melihat dengan jelas kontolku yang bergerak-gerak maju mundur.
“Ooh.., Pak.., enakk.. banget.., lubangmu.., hangat” desahku.

Sekitar tiga puluh menit aku menggenjotnya, kumasukkan seluruh batang kontolku. Lalu kutarik keras. Kubenamkan kepanya, lalu kutahan. Secara keras kutekan dan kubenamkan seluruh batang kontolku hingga pantatnya menyentuh buah pelerku. Kurasakan batang kontolnya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.
“Akuu.., tak.. tahan.., Don, aku.. mau.. keluarr” jeritnya.
“Tahan.. Pak.., aku.. masih tegang” sahutku.
Aku merasa aneh saja, kontol Pak Iqbal belum aku apa-apain, hanya aku sodomi saja duburnya. Tapi kenapa dia bilang udah mau keluar. Oh..berarti Pak Iqbal sebagai bottom, menikmati setiap hentakan batang kontolku ke duburnya.

Lalu Pak Iqbal bangun dan duduk di meja memegang pinggangku erat-erat, mencakar punggungku.
“Akkhh.., akuu..mau.. keluar” Pak Iqbal menjerit histeris.
Nafasnya memburu. Dan kurasakan batang kontolnya basah karena lelehan pelan dari spermanya. Aku langsung menghentikan sodokan pada duburnya. Pak Iqbal mencapai orgasmenya secara pelan dan rupanya tidak benar-benar klimaks. Karena semprotan spermanya sangat sedikit dan tidak menyembur, tetapi hanya menetes. Mungkin karena sodokan kontolku tadi kuhentikan saat sperma itu mau keluar. “Aduh…aku lemas…udah keluar, tapi belum semuanya”ujar Pak Iqbal.

Aku yang masih belum keluar, tak mau rugi. Kucabut kontolku yang masih tegang, lalu kulumuri dengan ludahku dengan cukup banyak. Lalu kuarahkan lagi ke lubang duburnya. Kedua pahanya kupegang erat.
“Mau diterusin lagi yah?” teriaknya ketika kepala kontolku menyentuh lubang duburnya. Kudorong pantatku hingga setengah batang kontolku masuk kelubang duburnya yang sempit.
“Aow! Agak keras..., Don.., terussss” teriaknya keras.
Kusodok terus hingga seluruh batang kontolku amblas. Kemudian dengan perlahan tapi pasti kugerakkan pantatku maju mundur.

Erangan Pak Iqbal semakin mengeras. Kutusukkan kontolku dengan cepat. Lalu kuhentikan sejenak, sambil mengatur nafasku. Kudengar Pak Iqbal terus mendesah dan merintih merasa keenakan. Rupanya Pak Iqbal sangat menikmati sentuhan kontolku diduburnya.

Kusodok terus lubang duburnya, semakin lama semakin cepat. Pak Iqbal menjerit-jerit. Mulutnya meracau, dan kata-kata kotor keluar dari mulutnya. Aku semakin mempercepat sodokanku ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Kontolku serasa panas dan berkedut kedut.
“Pak.., akuu.. mauu.. ke.. keluarr” aku melolong panjang.
“Akhh.. akuu juga” sahutnya.

Crott! Crott! Crott! Aku menumpahkan sperma yang sangat banyak di lubang duburnya. Kutarik kontolku. Kuminta dia turun dari meja untuk menjilati kontolku. Pak Iqbal menurutinya. Dia turun dari meja dan berlutut dihadapanku. Kontolku dikulumnya. Untungnya kontolku tidak kotor, meski masuk ke lubang dubur. Sisa-sisa spermaku dijilatinya sampai bersih. Lalu Pak Iqbal meludahkan dan tidak menelannya. Mungkin merasa jijik karena kontolku abis masuk ke lubang duburnya.

“Kamu hebat Don, aku puas sekali” pujinya.
“Aku juga Pak” sahutku.
“Baru kali ini batang kontolku dimasuki kontol yang sangat besar” katanya.
“Bapak mau khan terus menikmatinya” kataku.
“Tentu” jawabnya sambil berdiri dan mengecup bibirku.

Kami beristirahat sehabis merengkuh kenikmatan. Kenikmatan selanjutnya kudapatkan dirumahnya. Pak Iqbal, dokter sekolahku ini ternyata homoseks yang hyperseks. Dia kuat sekali dientot. Satu malam bisa sampai empat kali. Kapanpun aku mau, dia tak pernah menolaknya

0 komentar: