BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Belajar Bersama

Sepanjang jalan menuju tempat tinggalnya di kompleks perumahan Griyashanta Malang. Jantung Santana bergemuruh kencang. Ia benar-benar grogi duduk sedemikian rapat dengan cowok yang baru dikenalnya beberapa hari itu. Bukan karena wajahnya yang tampan. Tapi entah ada sesuatu yang dia sendiri tak mengerti, mengapa merasakan sesuatu yang berbeda saat bertemu Stevent ini.
Dan malam harinya, Santana tak bisa tidur dan pejamkan matanya. Padahal jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Diatas ranjangnya yang empuk, ia menatap lurus ke langit-langit kamarnya. Matanya tak mengantuk. Ia masih teringat kecanggungan yang dirasakannya sore tadi saat Stevent mengantarnya pulang dengan sepeda motor Tiger 2000 nya. Meski dia terkenal dengan sebutan play boy yang suka gonta ganti cewek, tapi saat berdekatan dengan Stevent, dirinya merasakan hal yang lain.

Cowok yang dikenalnya di tempat Bimbingan Belajar itu begitu menghantui pikirannya.
Untuk itu, jika ada kesempatan Santana berencana mengajak Stevent untuk belajar bersama di rumahnya.

Keesokan harinya, Santana benar benar ingin menguarakan rencananya semalam. Didekatinya Stevent dan diutarakannya maksudnya untuk belajar bersama di rumahnya. Ternyata Stevent setuju saja, sekalian biar saling deket dan akrab. Demikian alasan Stevent.

Selesai bimbingan belajar sore itu, mereka berdua berboncengan lagi menuju rumah Santana. Sore itu, rumah Santana terlihat sepi. Saat itu jam menunjukkan pukul 18.30 wib. Pada Stevent, Santana mengatakan bahwa kedua orang tuanya belum pulang dan biasanya baru kembali saat ia sudah tertidur lelap nanti.

"Enakan kita makan dulu ya Stev, supaya belajarnya enggak terganggu," kata Santana.
"Boleh aja. Tapi gue mau numpang mandi dulu nih San. Badan gue rasanya lengket nih," jawab Stevent.
"Gitu ya. Gue juga rasanya memang perlu mandi nih Stev. kalau gitu kita ke kamar aja yuk. Biar elo mandi disana aja," jawab Santana.

Santana membawa Stevent menuju kamarnya di lantai dua. Kamar Stevent luas. Peralatan lengkap tersedia didalamnya. Televisi 29 inchi, plus DVD player dan Play Station. Juga seperangkat komputer model terbaru. Disudut kamar terdapat kamar mandi besar.

"Itu kamar mandinya. Ini handuk bersihnya. Elo mandi duluan, setelah itu gua. Gua mau ngomong ke Yuk Sri, supaya nyiapin makan malam kita," kata Santana. Ia menyerahkan handuk bersih pada Stevent.
"Oke," jawab Stevent. Santana segera meninggalkan Stevent. Ia menuju dapur dan kemudian menyuruh Mbak Sum, pembantunya, mempersiapkan makan malam untuknya dan Stevent. Kemudian ia segera kembali ke kamarnya di lantai 2.

"Deg!" jantung Santana berdebar keras saat ia membuka pintu kamarnya. Ia mendengar suara air yang memancar dari shower yang terletak di dalam kamar mandinya. Suara shower hanya bisa terdengar keras memenuhi kamar bila pintu kamar mandi tak ditutup. Perlahan-lahan ia masuk ke dalam kamar. Jantungnya semakin berdebar kencang. Pintu kamar mandi terkuak lebar. Santana terpaku, matanya menatap lurus tak berkedip ke dalam kamar mandi. Didalam sana Stevent yang telanjang sedang asyik melakukan gerakan tangan mengocok batang kontolnya sendiri yang sudah mengacung tegak.

Tiba-tiba Stevent menoleh ke arahnya. Santana kaget. Ia gelagapan, dan langsung mengalihkan pandangannya dan berpura-pura menghidupkan televisi. Duduk bersila diatas karpet, matanya menatap layar televisi tapi ia tak memperhatikan siarannya. Jantungnya berdegup keras.

Stevent menutup pintu kamar mandi, hingga menyelesaikan mandinya. Keluar dari kamar mandi, Stevent hanya memakai handuk saja. Sementara Santana yang masih gugup, berpura pura menghidupkan DVD player. Dan sialnya, memory last DVD player itu memutar VCD bokep yang dua hari lalu ditonton Santana. Ada adegan dua cowok sedng mengerjain satu cewek.
“Woww…”,jerit Stevent sambil mengambil posisi menonton tayangan bokep itu.

Santana semakin kikuk, ketika beberapa saat menyaksikan tayangan di layar TV. Dengan ujung matanya dia beberapa kali memperhatikan jendolan pada handuk Stevent. Ada sesuatu yang bergerak gerak menandakan batang kontol Stevent yang kembali ereksi. “Duh…tadi aksi onani gue terganggu, kenapa sekarang elo nyetel ginian”,gerutu Stevent.
Lalu tangan Stevent menyingkap handuk dan mengeluarkan batang kontolnya. Selanjutnya dielus elusnya batang kontol itu dari pangkal ke ujung.
“Onani bareng yuk”,ajak Stevent tanpa memperdulikan Santana.
Santana bingung, apakah harus menjawab ajakan itu ataukah keluar kamar. Tapi dia juga ingin bersama sama onani bareng cowok ini. Membayangkan itu, jantung Santana berdegup kencang.

Degup jantung Santana semakin bertambah keras saat kemudian ia merasakan Stevent berjalan ke arahnya dan kini jemari tangan Stevent membelai lehernya, kemudian melepaskan kaca mata minusnya. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Ia merasakan jendolan resleting celananya seperti digelitik oleh tangan Stevent.

Santana membiarkan saja apa yang dilakukan Stevent padanya. Ia tak ingin melarang Stevent. Jantungnya terus berdegup semakin kencang. Jemari tangan Stevent kini melepaskan kemeja Santana. Tubuh Santana bagian atas tak menggenakan apa-apa lagi. Dadanya yang cukup bidang kini telanjang.
“Apakah…apakah…elo gay?”tanya Santana.
“Hah..gila loe yah…Gue masih doyan cewek tauk”,jawab Stevent. “Yuk buka celana elo”suruh Stevent sambil meremas remas kontolnya.
Santana tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan disenggamai oleh cowok sejantan Stevent seperti hari ini. Tiba-tiba ia tersadar, mengapa cowok sejantan Stevent bisa menyenggamainya dengan penuh nafsu seperti ini. Apakah Stevent seorang gay? Lalu bagaimana dengan Astrid, kekasihnya Steven?

"Mengapa elo lakukan ini pada gue Stev?" tiba-tiba terlontar saja pertanyaan itu dari bibirnya.

“Ini cuma variasi ngeseks saja. Karena kalo ama cewek, bikin hamil. Sedang kalo ama cowok, enaknya dapet dan ga ada resiko apa-apa..,"
"Maksudhh elohhkkhhh," Santana kembali bertanya.
“Alah..ga usah pura pura Sekarang tuh dah biasa cowok itu ngelakuin gini. Ga harus jadi gay,”terang Stevent.

"Santana, lo jangan salah sangka ya. Bukan berarti kalau sekarang gue megang megang kontol elo itu artinya gue gay kawan," kata Stevent sambil mengelus dagu Santana.
"Maksud elo?"tanya Santana

"Gue boleh cerita ke elo?"pinta Stevent
"Hm…boleh?" jawab Santana malu-malu.
Stevent tertawa, lalu Stevent mulai bercerita pada Santana, tentang anak-anak anggota Pramuka sekolah yang sering melakukan kegiatan sex sejenis.

"Meski bukan homosex, gue dan teman-teman tim Pramuka doyan ngentotin lobang pantat cowok San. Apalagi kalau cowoknya masih perjaka dan ganteng," kata Stevent cengar-cengir.
"Biasanya abis latihan Pramuka, anak-anak yang nafsu berat langsung aja ngentot di kamar mandi sekolahan. Atau saat kemping bersama", cerita Stevent.
"Masak sih? Apa ga ada yang curiga?. "tanya Santana
"Kan satu kemah cowok semua. Ga bakal curiga,"

"Kok bisa begitu sih Stev?"
"Awalnya dulu gue ga tau. Kayaknya ini tradisi lama dari kegiatan penerimaan anggota Pramuka baru San. Setiap awal semester kan ada seleksi bagi murid-murid yang ingin gabung ke Pramuka. Setelah lulus seleksi yang sangat ketat, calon anggota baru wajib mengikuti inaugurasi. Acaranya dibuat saat kemping. Nah disanalah anggota baru diperkenalkan dengan sex sejenis San. Kebiasaan seperti ini sudah sejak kapan tahu San. Gue juga cuman nerusin doang,"
"Enggak pernah ketahuan?"
"Kan hanya dilakukan saat kemping. Kalau yang dilakuin di kamar mandi sekolah, itu bagi yang kebelet,"erang Stevent

"Pak Firdauz pembina Pramuka gimana?"
"Kayaknya seh, dia juga doyan seks sejenis meski dia punya istri dan anak,"
"Oo, gitu ya. Terus?"
"Lebih seru lagi, kalau di acara inaugurasi tingkatan tertentu itu. Saat acara kemping di sekolah, setiap anggota baru dilarang untuk berpakaian. Semuanya wajib telanjang bulat selama acara. Mereka dikumpulin di dalam ruangan kelas, diputerin film bokep ada ada yang dikasi minuman keras. Elo bayangin aja, cowok yang dalam keadaan mabok, disuruh apa aja kan mau, hehehe. Nah pas begitulah mereka dikerjain sampai senior puas,"

"Diapain aja mereka?"
"Terserah seniornya. Ada yang disuruh ngulum-ngulum batang kontol. Ada yang dientotin. Biasanya kalau kontol mereka gede, para senior paling suka. Enak buat dikulum dan rasanya enak banget kalau kita bisa merasakan kontol gedenya nyodok-nyodok lobang pantat kita. Lo tahu Made kan?"
"Anak Bali yang ganteng itu?"
"Yoi,"
"Taulah. Dia kelas dua kan sekarang, kenapa dia?"
"Tuh anak, paling disukai ama kita-kita. kontolnya gede banget San, kalau gua enggak salah panjangnya sampai dua puluh senti. Bentuknya gemuk dan urat-uratnya jelas banget,"
"Gila. Elo pernah ngerasain punya dia juga? enggak sakit?"
"Hehehe, sudah dong. Semua anak basket sudah pernah ngerasain punya dia. Sakit sih awalnya, tapi kalau sudah dikocok di dalem lobang pantat, enak banget San. Gua ketagihan sampai sekarang. "
"Dasar lo. Ngomong-ngomong, waktu elo jadi anggota baru dulu, yang ngerjain elo pertama kali siapa?"

"Si Doni. tahu kan?"
"Doni? Yang mantan Ketua OSIS sebelum elo itu?"
"Yoi. Gue kan di kader ama dia. Doni itu, suka banget manggil gue ke kelas pas sedang belajar. Paling enggak seminggu bisa tiga kali. Alasannya ke guru mau bicarain soal kegiatan sekolah yang diperintahkan Kepsek. Padahal begitu nyampe di ruangan OSIS enggak ada yang dia kerjain selain ngembat lobang pantat gue aja. Kalaupun emang ada rencana kegiatan sekolah, ya dia bicarainnya sambil genjot pantat gue,"

"Dasar. enggak nyangka deh gue. Padahal kan dia pacarnya banyak,"
"Iyalah. Dia doyan juga banget sama vagina cewek. Semua anak Pramuka juga doyan vagina cewek. Gue aja doyan banget ama vagina Astrid. Tapi gue dan teman-teman gue yang lain juga doyan ama yang namanya lobang pantat cowok juga," kata Stevent sambil nyengir. Santana mesem.

"Abisnya lobang pantat tuh rasanya lebih seret dari vagina. Lagian kalau ngembat lobang pantat enggak ada resiko hamil kan. Tapi kalau ngembat vagina harus hati-hati, salah-salah gue disuruh nikah masih sekolah gini. Ngentot ama cewek juga enggak bisa di sembarang tempat dan waktu kan. Lagian jarang-jarang cewek yang mau diembat lobang pantatnya. Tapi kalau ngentot ama cowok bisa kapan aja saat nafsu kita naek. Siapa yang curiga kalau dua cowok masuk kamar mandi sekolahan bareng-bareng. Paling dikirain mau kencing doang, padahal mau kencing enak, hehehe," Santana nyengir dengan komentar Stevent.

"Lo enggak merasa risih ngentot ama cowok Stev?"
"Awalnya sih iya. Tapi kalau sudah dirangsang yang namanya kontol kan pasti ngaceng. kalau kontol sudah ngaceng ya mau gimana lagi. Lobang apa aja bakalan kena embat,"
"Lo enggak takut apa, kalau keseringan dientot menyebabkan elo jadi gay. Gimana kalau cewek lo tahu?"
"Cuek aja San. Cewek enggak doyan ama pantat. Lobang pantat kan buat konsumsi cowok. kalau cewek dia doyannya sama yang ini," jawab Stevent sambil mengacung-ngacungkan kontolnya ke muka Santana.

Betapa kagetnya Santana, saat kedua matanya telah terbuka ia menemukan sebuah kontol besar mengacung tegak dihiasi rimbunan jembut lebat berada tepat di depan wajahnya. Sesaat kemudian kontol besar itu sudah menggesek-gesek mukanya. Dirasakannya geli pada kulit wajahnya akibat gesekan jembut lebat milik Stevent. Santana mengendus-endus batang kontol itu. Wangi sabun, harum menyegarkan.

Tak berlama-lama kontol besar kemerahan itu sudah bersarang dalam mulut Santana. Santana menyelomoti batang itu dengan penuh semangat. Meski tak punya pengalamannya sebelumnya, tapi Santana mengetahui apa yang harus dilakukannya dengan batang kontol besar itu. Adegan film bokep telah menjadi guru terbaiknya. Stevent menggoyangkan pantatnya maju mundur dengan gerakan perlahan, penuh kelembutan, mengeluar masukkan batang besar miliknya itu di dalam mulut Santana.

Santana meremas batang kontol itu sembari melanjutkan kulumannya pada perkakas Stevent dengan penuh semangat. Ludahnya berceceran membasahi batang itu, membuatnya mengkilap indah.

Keduanya kini berbaring di lantai, berlawanan arah. Mulut mereka asyik mengulum batang kontol milik temannya. Santana memuluti batang Stevent. Sedangkan Stevent memuluti batang Santana yang nongol dari resleting celana sekolahnya. Dari mulut keduanya terdengar suara kecapan-kecapan basah yang semakin membangkitkan birahi mereka.

Setelah puas memuluti batang kontol Santana, Stevent melanjutkan dengan melakukan rimming pada lobang pantat perjaka milik temannya itu. Lidahnya menjilati celah sempit penuh bulu itu. Sesekali lidahnya menusuk-nusuk disana, membuat Santana mengerang-erang keenakan. Sembari memainkan lidah, jari-jari Stevent menyibak celah sempit itu. Menguakkannya selebar mungkin, lalu menyusupkan jarinya ke lorong sempit kemerahan milik Santana. Santana mengerang keras. Ia merasakan lobang pantatnya terasa hangat dan penuh. Berulang-ulang Stevent menyusupkan jarinya kesana. Ia meludahi lobang itu agar lebih licin, sehingga sodokan jarinya tidak terlalu seret.

Stevent merasa celah sempit Santana sudah dapat beradaptasi dengan baik. Buktinya tiga jarinya sudah dapat menyusup dan merojok disana. Kalaupun Santana mengerang-erang oleh rojokannya itu, menurut Stevent itu merupakan hal yang wajar, sebab Santana baru pertama kali merasakannya. Stevent kini ingin melanjutkan aksinya dengan penetrasi di lobang pantat Santana.

Stevent mengarahkan Santana agar terlentang di atas karpet. Ia meminta temannya itu untuk mengangkang, membuka pahanya yang kokoh itu selebar-lebarnya. Stevent menaiki tubuh Santana. Meletakkan selangkangannya tepat di depan lubang pantat Santana.

"Elo tahan yah. Yang rileks," katanya, ia tersenyum manis pada Santana. Temannya itu membalas senyum Stevent sambil menganggukkan kepalanya.

Perlahan-lahan Stevent mulai menancapkan batang kontolnya yang besar itu ke celah lubang pantat sempit milik Santana. Tak ada jerit kesakitan dari mulut Santana. Sekuat tenaga ditahannya rasa sakit pada lobang pantatnya saat senti demi senti batang besar milik Stevent memasuki lorong sempitnya. Matanya dipejamkan, tetesan keringat di dahinya merupakan pertanda betapa betapa Santana menahan penetrasi itu.

Stevent terus berjuang menjebol benteng lubang pantat Santana. Matanya merem melek, tangannya mencengkeram erat pinggang ramping Santana. Pantatnya terus mendorong ke depan menyusupkan batang kontolnya menyusuri lorong sempit milik Santana. Stevent merasakan kontolnya seperti diremas-remas dengan kuat oleh dinding lorong lobang pantat Santana. Dari mulutnya terdengar deru nafas yang keras.

"Hohh.. Hohh.. Hohh..,"

Akhirnya, perjuangan Stevent membenamkan seluruh batang kontolnya ke dalam lobang pantat Santana berhasil juga. Ujung kepala kontolnya terasa mentok menyentuh daging empuk yang terasa hangat dan basah, berdenyut-denyut membuat kepala kontolnya terasa geli-geli nikmat.

"Hohh..," Stevent mendengus keras.
"Sudah masuk semua Stev?" tanya Santana.
"Sudah San. Enak banget neh, sempit banget. Lobang pantat elo benar-benar sip. Elo juga benar-benar hebat. Elo sanggup menahan sakitnya," Stevent memuji temannya itu. Santana tersenyum bangga dipuji seperti itu. Selanjutnya mereka berciuman dengan penuh nafsu.
"Sekarang elo tahan lagi ya San, gue akan menggenjot lobang pantat elo," kata Stevent setelah bibir mereka tuntas saling melumat.
"Oke Stev," jawab Santana parau.

Stevent meremas buah pantat Santana yang berkeringat. Kemudian ia menarik buah pantatnya ke belakang, sehingga batang kontolnya tertarik keluar dari lobang pantat Santana. Belum sampai separuhnya keluar, Stevent mendorong pantatnya maju secara perlahan. kontolnya pun kembali terbenam ke lobang pantat Santana. Ia merasakan betapa seretnya batang kontolnya bergerak ke luar masuk lobang pantat temannya itu. Santana mengerang tertahan saat batang kontol Stevent dirasakan bergerak keluar masuk lobang pantatnya. Stevent terus bergerak berulang-ulang. Lobang kencing pada kepala kontolnya terasa mengeluarkan precum yang mengurangi rasa seret gerakan maju mundurnya.

"Heh.. Heh.. Hohh.. Hohh.. Enakhh.. Bangethh.. Hehh.. Hohh..," racau Stevent.

Gerakan pantatnya semakin cepat. Tangan kirinya sibuk meremas-remas tubuh atletis temannya yang licin karena basah oleh keringat, terutama pada buah pantat Santana yang montok. Sementara tangan kanannya sibuk mengocok batang kontol Santana yang juga tak kalah besarnya dari milik Stevent.

Dari cermin besar yang ada di kamarnya, Santana bisa melihat pantulan bayangan persetubuhan mereka. Pemandangan yang sangat indah. Tubuh yang bertindihan sama-sama bergoyang seirama. Simbahan keringat yang berkilauan oleh cahaya lampu kamar menunjukkan dengan jelas meregangnya otot-otot mereka yang mulai terbentuk itu. Santana tersenyum bahagia melihat Stevent yang mengerang-erang dengan mata merem melek sedang asing menggenjotkan pantatnya menyodomi dirinya yang menungging pasrah dan melakukan gerakan pantat membalas.

Stevent kembali menarik pinggang Santana dan mendudukkannya berhadapan diatas pangkuannya. Rupanya dia ingin berganti posisi. Mereka berhadapan, lalu saling mengelus tubuh masing-masing, dilanjutkan dengan saling melumat bibir dengan penuh nafsu. Pelan-pelan Santana menduduki batang kontol Stevent yang berdiri tegak sekeras kayu, memasukkannya ke dalam lobang pantatnya. Setelah batang kontol itu masuk seluruhnya, Santana mulai menggerakkan pantatnya naik turun. Stevent membalas dengan menggoyangkan pantatnya juga. Mereka bergoyang seirama dengan cepat dan keras. Menimbulkan bunyi tepukan yang memenuhi ruangan. Mereka mengerang, mendesah, menjerit.

"Ouhh.. Ouhh.. enakkkk,"

Mereka baru tersadar bahwa persetubuhan itu harus dituntaskan ketika tiba-tiba telepon genggam Stevent berdering di malam hari. Saat itu Stevent sedang menungging pasrah dengan kedua tangan memegang tepi ranjang, sementara diatasnya Santana sedang merem melek keenakan, pantatnya bergoyang-goyang mengeluar masukkan batang kontolnya di lobang pantat Stevent.

"Halohh," kata Stevent
"Stev, lo enggak jemput gue malam ini? Ini sudah hampir jam tujuh tahu,"
"Astrid yah?!! Sorry As, shh.. Gue baru bangun nih. Soalnyaahh gue kemaleman abis belajar bareng Santanashh. Elo berangkat sendiri aja ya. Soryy banget sayang.. Shh,"
"Lain kali kasih tahu dong, jadinya gue kan telat juga nih. Elo lagi ngapain sih? Kayak kepedesan gitu?!!,"
"Iyah.. Shh.., pedesshh. Abis makan rujak sayanghhshh..,"
"Makan rujak kok malem-malem sayang? Nanti mules perutnya,"
"Iyahh.. Ohh.. Perut guehh.. Rasanya mulas banget.. Nihh.. Shh..,"

Santana hanya tersenyum-senyum mendengar pembicaraan Stevent melalui telepon. Stevent tak berbohong mengatakan bahwa perutnya sedang mules saat itu. Genjotan Santanalah yang membuat perut Stevent terasa mules.

Stevent masih berbicara dengan Astrid melalui ponsel. Sementara Santana tak menghentikan genjotannya. Ia malah semakin mempercepatnya, karena ia ingin segera mencapai orgasmenya. Sambil memegang ponsel di tangan kanan, Stevent mengocok batang kontol dengan gerakan yang cepat menggunakan tangan kirinya. Tak sampai semenit akhirnya kedua cowok itu mengerang keras. Batang kontol mereka berdenyut-denyut menyemprotkan sperma.

"Ohohohhrrhggh..," erang Stevent dan Santana berbarengan.
"Kenapa Stev? Kenapa?" suara Astrid diseberang sana.
"Sudah keluar sayanghh.. Ohh.. sudah keluar..," desah Stevent.
"Sudah keluar? Syukurlah. Lebih longgar kan rasanya?"
"Iya sayanghh.. Ohh..,"

Astrid mengira Stevent sedang buang air akibat mulesnya. Ia tak mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada Stevent saat itu. Ia tak mengetahui bahwa saat itu kekasihnya sedang menikmati orgasmenya di antara semburan sperma Santana di dalam lobang pantatnya.

"Kalau gitu oke deh. Sampai nanti ya sayang," Astrid menutup teleponnya di seberang, klick.

Stevent langsung melemparkan ponsel ke atas ranjang. Selanjutnya tubuhnya yang berkeringat ambruk diikuti oleh tubuh Santana yang juga basah kuyup menindihnya. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya deru nafas mereka saja yang terdengar memburu memenuhi ruangan.

Rencana belajar bersama terlupakan sudah oleh mereka. Stevent akhirnya menginap di rumah Santana malam itu. Berkali-kali mereka mengulang persenggamaan memuaskan birahi yang menggelora hingga pagi menjelang. Lidah mereka sudah sangat mengenal lekuk tubuh masing-masing. Bergantian mereka saling menindih dan menyelipkan batang kontol di lobang pantat temannya. Saat orgasme datang, sperma remaja mereka berceceran membasahi karpet dan sprei tempat tidur, mengalir turun melalui paha kokoh mereka dari lobang pantat yang mendenyut-denyut.

0 komentar: