BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Gara-gara Kran Macet

Karena ada urusan kerja di Kota Malang. Pagi ini aku berangkat ke bandara. Masih untung tiket pesawat jurusan Jakarta-Malang masih ada, walau degan harga cukup tinggi. Setelah landing di bandara Abdurrahman Saleh Malang, kukontak hotel Santika. Rupanya telah ada mobil penjemputku.
Setelah antre mengambil tas koper, aku menemukan tulisan namaku diantara para penjemput. Segera kutemui staf hotel itu dan langsung bergerak ke hotel bintang empat tersebut. Setelah mendapatkan kunci kamar, aku naik ke kamarku. Selesai membongkar tas koper, aku akan mandi berendam. Tapi shower dan kran airnya macet, segera kucall bagian house keeping. Dua menit kemudian, bel kamarku berdentang. Rupanya service room hotel datang. Kulirik name tagnya: Hartono. Orangnya berkulit sawo matang, sekitar 29 – 30 tahunan umurnya, berkumis, agak tinggi semampai, perutnya bak papan keras, parasnya cukup menarik. Kupersilahkan masuk ke kamar mandi dan memperbaiki kran dan shower yang macet.
Daripada bengong menunggu, aku iseng-iseng buka internet menggunakan laptop dan mobile-net cdma. Iseng aku lihat-lihat gambar-gambar cowok telanjang, karena sudah lama aku nggak lihat. Rindu juga. Kalau sedang berada di rumah atau kantor, sulit juga untuk melihat berlama-lama. Kontolku mulai ngaceng keras waktu ku lihat dua pria sedang bergelut dan yang satu sedang dientot dengan berbagai pose.
Aku nggak sadar rupanya Hartono telah selesai memperbaiki kran rusak dan sudah berdiri di belakangku. Aku nggak sadar bahwa telah agak lama dia ikut lihat internet dengan adegan-adegan syur itu. Aku pura pura tidak melihat kehadiran Hartono. Hanya kuamati dari bayangan di layar monitor laptopku.
Kelihatannya Hartono suka juga dengan adegan itu, karena dia hanya diam saja, dan buktinya dia turut menyaksikan dan terdiam di belakangku. Aku pura pura menlenguh dan mulai memasukkan tanganku ke sela-sela celana pendekku. Lalu semakin kuperbanyak browse gambar-gambar hot gay yang lainnya. Hingga video dengan durasi pendek-pendek. Aku masih pura pura tidak menyadari petugas house keeping di belakangku, dengan beraksi mulai mengocok kocok kontolku. Sambil pura kudesis desiskan mulutku menyaksikan adegan potongan video cowok muscle yang sedang disodomi. Aku masih bs melihat sekilas, Hartono pun mulai meraba jendolan celananya. Tiba-tiba dia menyentuhku dan memijit pundakku. “Permisi Pak”,sapanya dengan sopan. Aku pura pura kaget dan justru semakin memelorotkan celana pendekku, hingga kontolku mencuat keluar. Kumenoleh ke arah Hartono dan pura pura kaget, dan menarik kembali celanaku. Namun aku ber-akting celanaku susah kunaikkan lagi. Dengan refleks kubenturkan kepalaku hingga menabraknya. Mukaku menempel di paha dan menyentuh jendolan celananya.
Terasa ada sesuatu yang mengganjal, rupanya dia terangsang juga. Aku juga merasakan kontolnya mengeras. Rasanya cukup gede juga. Kemudian aku maju dan menggesek-gesekan mukaku ke jendolan celananya itu. Hartono terdiam, dan kuanggap ini sebuah sinyal ijin untuk berbuat lebih jauh.
Tangganku kemudian bergerak dan meremas remas jendolan celananya itu. Ada getaran dan denyutan yang menandakan kontol Hartono mulai tegang lagi dan semakin mengeras. Secara tiba-tiba kurasakan tangan Hartono bergerak dan meraba-raba dadaku. Lalu tangan itu bergerak menyusup ke arah dadaku. Ia memijat-mijatnya dan meremas-remas, dan kemudian jari2nya mulai meyentuh bagian pentil. Ia mulai memelintir-melintir kedua pentilku. Tak kusadari aku melenguh keenakan.
Pentilku mengeras dan terus dipelintir dan dijepit-jepit dan dua jarinya, bagai listrik menyengat tubuh bagian bawahku, kontolku ngaceng keras sekali. Tangan Hartono terus turun dari area dada ke pusar. Lalu tangan itu meraba raba area bulu jembutku hingga terus ke kontolku. Di remas-remasnya kontolku dan juga buah pelirku. Aku tak tahan dan berdiri. Kami kemudian berhadapan dan saling berciuman. Lidah kami saling bergelut, dan tangannya mulai melucuti pakaianku. Pantatku diremas-remas sambil tangannya terus mengocok kontolku. Kurasakan desakan rasa nikmat dari kocokan tangan house keeper Hotel itu. Aku membuat sikap pasrah, dan Hartono semakin merangsek jauh dan jari telunjuknya mulai mencari-cari lobang kenikmatanku.
Aku mengangkat pahaku untuk memudahkan dia bermain main di area lubang ausku. Saat lubangku disentuhnya, lalu telunjuknya dimasukkan ke dalam anusku. Aku merasakan aliran listrik saat lubang itu tersentuh dan dimasuki benda pejal. Sesaat telunjuk tangan Hartono dibuat keluar masuk di lubang anusku. Aku melenguh kenikmatan, menikmati pejalnya jari itu di dinding anusku. Kemudian Hartono menanggalkan pakaian kerjanya, satu persatu kancing bajunya dilepas. Celana panjangnya, hingga kaos singletnya.
Bodynya bagus, tinggi semampai, dan dadanya ditumbuhi bulu. Lalu segera aku tarik celana dalamnya hingga kontolnya mencuat keluar. Kontolnya cukup gede dan bergurat dengan urat-urat, dihiasi dengan jembut yang lebat juga sudah ngaceng dengan arah berdiri cenderung ke perut. Jadi membuat sudut 30 derajat ke arah perut. Oh...pemandangan yang indah dan mengasyikkan sekali.
Hartono minta aku mengulumnya. Aku jilat ujungnya dan aku hisap-hisap kepala kontolnya yang gede itu sambil memainkan lidahku memutari kepala kontolnya yang panas dan bulat itu. Hartono melenguh-lenguh bak banteng liar. Lalu dia mencoba memasukkan seluruh kontolnya kedalam mulutku. Tetapi banatang kontolnya hanya separoh yang masuk karena terlalu panjang untuk masuk semuanya. Kontolnya yang hitam itu rasanya lezat sekali. Aku hisap-hisap bagai meghisap es cream horn. Lalu kami pindah ke ranjang hotel, ia kemudian juga menghisap kontolku aku juga menghisap kontolnya. Sambil menghisap jarinya mencari lobang di antara bongkahan pantatku, kemudian dimainkan ke dalam anusku. Aku jepit ketat-ketat jari tangannya dengan lubang anusku. Ia berkata, “Wah lobangnya sempit sekali, Pak, boleh aku entot?”
Kemudian ia duduk di sofa dan aku duduk di atas Hartono dengan posisi berhadapan. Aku turunkan badanku sambil memegang kontolnya yang gede itu. Anusku yang sudah agak gatal rasanya, merasakan sesuatu yang enak saat ditempeli kepala kontolnya yang keras. Pelan-pelan kontolnya yang gede itu masuk cm demi cm, ah.... ada rasa sakit sedikit, aku berhenti, dan rasa sakit itupun hilang. Kemudian pantatku kuturunkan lagi..dan.. lagi......secara pelan pelan hingga akhirnya blesss....semua batang kontol Hartono masuk. Rasa penuh rongga anusku saat batang itu melesak ke dalam. Aku mulai turun naikkan pantatku dan diimbangi oleh dia dengan menyedot nyedot pentilku, serta tanggannya meloco kontolku. Ah....rasanya begitu nikmat dan melayang layang seperti di sorga ke tujuh.
Hartono melenguh “ah ah....ehmm....ssst sshh ssshh ....enakk”
Aku terus turun naikkan pantatku sambil mengetatkan rongga anusku. Lobang anusku serasa penuh sesak oleh kontolnya yang hitam besar itu. Kontolnya terasa bergeser naik turun dalam anusku. Hartono mulai liar, ia minta berganti posisi, ia di atas dan aku di bawahnya sambil kontolnya tetap merojok lobang anusku. Ku lihat dikaca meja rias, tubuh kami saling bertautan ketat sambil mulut kami saling berperang lidah. Kulitnya yang sawo matang tampak kontras dengan kulitku terlihat di kaca. Ah..... asyik juga melihat permainan kami di cermin. Kami terus bergumul sambil aku mengocok kontolku. Hanya suara lenguhan dan desahan yang terdengar. Kumisnya yang tebal bergesekan dengan kumisku. Hartono terus merojok lobangku naik turun.
Hanya terdengar suara ah.....eh sshhh ....achh...... Aku goyang pantatku ke kiri ke kanan. Hartono semakin melenguh keenakan, sambil dengan ganas menyerang lobang anusku maju mundur liar sekali. Nikmat sekali rasanya. Buah pelernya menampar sisi anusku berkali-kali bila ia menekan semua kontolnya yang hitam itu masuk seluruhnya sambil memutar-mutar yang aku imbangi dengan putaran-putaran pantatku. Sepuluh menit kemudian, Hartono mendengus dengus bak banteng liar, ia meremas dadaku dan terus memelintir pentilku. Aku juga terus mengocok kontolku, dan crot..crot keluar pejuku. Semprotan demi semprotan muncrat hingga membasahi perutku dan perut Hartono. Saat aku menyemburkan sperma itu lobang anusku semakin mengetat sempit sekali, meremas-remas kontolnya yang binal dan gede itu. Pantatnya maju mundur semakin sering. Hartono semakin melenguh keenakan...ah..ah...sshhh shhhh....jepit, remas terus terus.
Nikmat sekali rasanya. Dia bilang akan keluar dengan diikuti tubuhnya yangs emakin mengejang dan menegang. Kemudian crot....crot…semua air maninya tertumpah di dalam anusku, hangat terasa semburan cairan sperma Hartono. Kami berpelukan erat sekali melepaskan rasa puas kami. Sejam kemudian kami bilas di kamar mandi, namun rupanya Hartono masih horny lagi saat kami mandi bersama. Dia bilang mau ngentot aku lagi jika diperbolehkan. Dengan susah payah aku berusaha membangkitkan lagi gairah dan merangsang Hartono agar kontolnya yang baru ejakulasi itu bisa berdiri lagi.
Dengan variasi antara jilatan dan sedotan mulut yang diimbangi dengan kocokan pelan, akhirnya dengan susah payah kontol itu mulai tegang lagi walau tidak cukup keras. Karena akupun ingin measakan sekali lagi sodokan kontol itu. Sambil berdiri, aku naikkan satu kakiku ke atas bath tube, lalu Hartono mengentot aku sambil berdiri, dan ia mengocok kontolku sambil ngentot. Sesekali aku menengok ke belakang sambil berciuman. Entotannya bukan main, bak kuda binal. Aku imbangi sodokan dan tusukan kontolnya dengan terus mengocok kocok kontolku sendiri. Ada rasa perih, rasa nikmat dan sensasi luar biasa yang kurasakan saat permainan kedua ini. Rongga anusku semakin mengetat saat aku sedang ejakulasi.
Ah....oh ...ohh....... Hartono masih terus mengentotku. Aku sudah tidak kuat lagi dan segera kucabut kontol Hartono dari lubang anusku. Segera kusemprot dengan air dan kukocok dengan sabun agar bersih. Lalu setelah kontol itu bersih, kumasukkan ke mulutku sambil kukocok pelan pelan. Begitu lama mulutku menyedot dan mengulum batang kontol Hartono. Akhirnya setelah tenagaku terkuras habis, Hartoni membantu mengocok kontolnya sendiri dan badannya mengejang. Kontolnya diarahkan ke mukaku saat spremanya menyembur. Begitu banyak cairan hangat memenuhi muka dan mulutku. Kulihat wajah Hartono tersenyum puas. Akupun juga puas.

0 komentar: