BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Masa Kecilku

Saat itu aku duduk di kelas dua SMP. Tubuhku masih belum menunjukkan tubuh orang dewasa. Yah, aku memang baru berusia 15 tahun. Masih anak-anak. Bulu jembutku pun belum lebat. Tapi kontolku sudah tumbuh besar.
Lebih besar dari kontol teman teman sekelasku. Kami sering menunjukkan kontol kami waktu sedang ngaceng saat berganti pakaian di kamar mandi setelah selesai berolah raga di sekolah. Kenakalan anak muda yang merupakan hal biasa. Tapi terkadang aku agak napsu juga melihat kontol temanku yang bentuknya unik dan berbeda dengan yang lain. Sejak usia 11 tahun aku sudah terbiasa bermain main dalam urusan sex dengan teman teman tetangga rumahku. Tapi permainan sex kami hanya sebatas telanjang sambil bertindihan sampai ngloco bareng sampai keluarnya sperma.
Saat itu kami merasakan pengalaman ini sebagai sesuatu yang biasa. Seperti yang mereka ucapkan padaku, ketika paman dan kakak mereka melakukan hal itu ada mereka. Dan itu terjadi saat keisengan kami muncul. Karena kadang kami berjanjian untuk mengajak temen cewek kami untuk melakukan seks bersama. Tetapi kadang kita sudah menunggu lelah di rumah temen sambil menonton video bokep. Bukannya si cewek dateng, malah yang terjadi akhirnya kami melakukan permainan itu lagi. Ngloco bareng lagi. Dan kejadian yang kemaren, malah salah satu temanku sudah mulai berani ngisep kontol temenku. Sedangkan aku masih lebih suka jika jepit paha sudah sangat enak.

Dan untuk kejadian yang kesekian kalinya, akhirnya kami melakukan lagi usai sepulang sekolah di salah satu kos temenku. Saat itu mereka mulai berani saling isep kontol temannya. Tapi aku belum mau mengisap kontol mereka walaupun mereka mau mengisap kontolku karena terkadang mereka kutraktir makan ataupun kubelikan sesuatu.Dan itu sangat sering kami lakukan. Kurasa itu hanya sekedar kenakalan kami yang belum begitu tahu tentang sex.

Dan kejadian itu kami simpan rapat rapat sebagai rahasia bersama. Bahkan Eyang Putriku yang kini tinggal denganku jangan sampai tahu. Karena akibatnya bisa berabe. Dan untuk itu, kami tidak pernah melakukan permainan itu di tempat tinggalku. Tetapi lebih sering di tempat kos temenku.

Memang aku tinggal di rumah Eyang putriku di daerah Dinoyo. Dan Eyang Putriku ini hanya seorang diri sejak eyang kakungku meninggal. Eyang ditemani oleh Om Koko yang sudah duda bersama anaknya yang bernama Andhika. Andhika saat itu sudah kelas 3 SMA. Suatu saat Om Koko dikirim belajar ke Jepang oleh perusahaannya. Karena di rumah sebesar itu hanya dihuni oleh Andhika dan Eyang putri, maka Mama dan Papa memintaku untuk tinggal di rumah Eyang sementara Om koko, adik Mama, ke jepang. Mulanya aku menolak, tapi karena rumah eyang dekat dengan sekolahku, maka aku sulit untuk menolak. Jadi aku bisa bangun agak siang karena jarak ke sekolah hanya 10 menit berjalan kaki. Sebulan pertama aku merasa tak betah. Itu semua gara gara Andhika yang tak pernah mau bicara padaku. Pandangannya sinis setiap kali aku di rumah. Apalagi kalau lagi asyik ngobrol dengan eyang. Maklum aku cucu kesayangannya. Mungkin dia iri hati. Apalaagi aku lebih tampan dan pintar pula di sekolah.
Masa bodoh dengan Andhika. Yang penting Eyang suka kepadaku. dan senang dengan kehadiranku. Aku menempati kamar di lantai atas, persis disebelah kamar Andhika. Tapi kamarku lebih besar dan ada balkonnya.Ini tentunya membuat Andhika lebih iri padaku. Mungkin saja demikian, tapi itu cuma asumsiku saja, karena sampai hari ini Andhika sama sekali belum pernah bicara sepatah katapun kepadaku.Aku benci sekali kepadanya. Mungkin dia anggap aku cuma seorang anak kecil. Masa bodoh.Peduli amat dengan Andhika. Padahal diam-diam aku mengagumi dirinya yang jantan dan perkasa. Sering kulihat dia hanya bercelana pendek ketat saat berolah raga di halaman belakang yang luas, atau kalau dia sedang berenang di kolam renang di halaman belakang. Malam itu hujan deras disertai angin kencang. Jam sembilan malam eyang sudah masuk kamarnya.
Malas nonton tv sendirian di ruang tamu, maka aku naik ke atas, ke kamarku. Satu jam main PS membuatku jenuh. Mendadak pikiran iseng muncul. Kuputar VCD bokep milik Yono, teman sekelasku. Dia takut menyimpannya di rumahnya, maka dititipkannya padaku. Ada tiga keping semuanya . Pelan pelan kubuka pakaianku hingga aku telanjang bulat.Kuelus2 kepala kontolku. Tapi terlalu malas untuk mengocoknya karena rasa kantuk mendadak muncul, dan akhirnya aku tertidur. Entah berapa lama aku tertidur sampai mendadak aku terbangun karena kurasakan ada tangan kekar memelukku dari belakang dan terasa kehangatan tubuh yang telanjang melekat erat ke tubuhku.Aku pikir itu Udin, pembantu eyang. Tapi Udin sudah dua hari pulang kampung karena ibunya meninggal.
Memang Udin pernah beberapa kali memijitiku sampai akhirnya berakhir dengan permainan sex. Udin berusia 18 tahun. Sejak kecil dia sudah tinggal dengan eyang dan di biayai sekolahnya. Sekarang Udin sudah kuliah , juga atas biaya eyang.Aku balikkan badanku untuk melihat siapa yang memelukku. Ternyata Andhika. Kudorong tubuhnya yang telanjang. Tapi dia tetap berusaha memelukku terus. Semakin aku berontak, semakin erat dia memelukku. Tenaganya jauh lebih kuat dariku. Maklum karena dia rajin berolah raga, dan dia karateka pemegang ban hitam. Aku tak berdaya melawannya lagi apalagi waktu dia mulai mencium bibirku dengan bibirnya. Lidahnya melanglang buana didalam mulutku, membuat birahiku memuncak, ditambah dengan kehangatan tubuhnya yang kekar, dan terutama hangatnya kontol Andhika yang ngaceng beradu dengan kontolku.
"Maaf, bumi.Tadi kulihat pintu kamarmu terbuka sedikit. Aku intip dan kulihat kamu tidur telanjang. Film bokep masih berputar. Untung bukan eyang yang melihat ini. Aku tidak tahan melihat kamu telanjang". Andhika terus mengoceh. Aku jadi malu sendiri. Tapi kurasa aku tadi sudah mengunci pintu kamarku. Aku yakin sekali. "Aku harap kamu mau memaafkan sikapku selama ini, Bumi. Sebenarnya aku pingin akrab denganmu, tapi aku cemburu waktu kebetulan aku lihat kamu sedang tidur berpelukan telanjang dengan Udin".lanjutnya.Aku terkejut mendengar pengakuannya. Jadi selama ini dia memperhatikanku, bahkan sampai tahu aku tidur dengan Udin. Bagaimana mungkin? Padahal aku selalu mengunci kamar setiap kali Udin tidur di kamarku.Bahkan kalau sedang sendirianpun aku selalu mengunci kamarku.
Jangan-jangan..... ah, malas aku memikirkannya. Yang penting sekarang aku sudah dalam pelukannya. Karena aku diam saja dan menyambut serangan ciuman dan pelukannya. maka dia semakin gencar menyerangku. Kontolku yang tidak sebesar kontolnya dilahap sampai masuk seluruh batang kontolku ke mulutnya. begitu hangat dan lembut mulut Andhika. Akupun tak kalah napsu. dalam posisi 69. kurenggut kontolnya, kurebakkan bulu jembutnya yang lebat. Hanya setengah kontolnya yang bisa kukulum ke dalam mulut. Lidahku berputar putar menyapu ujung kontolnya. Andhika memejamkan mata menikmati permainan lidahku pada kontolnya.Begitu pula sebaliknya.
Akhirnya kami hampir berbarengan menyemprotksn sperma. Kami menelan cairan hangat yang nikmat itu dengan lahap. Ternyata Andhika masih belum puas. Hanya lima menit berselang dia mengentoti lubang anusku. Perlahan dan lembut dia menindih tubuhku dari atas tubuhku yang tertelungkup. Terasa sakit pada awalnya, tapi rasa nikmat menyusul sesaat kemudian. Aku telah terbiasa dientot lubang anusku, dan aku menikmatinya.Apalagi bila yang mengentotiku adalah para lelaki muda dan gagah yang memang jadi idamanku. Andhika mengangkat tubuhku dengan mudah. Dia duduk dipinggir tempat tidur dan aku duduk dipangkuannya. Makin terasa seluruh batang kontolnya mendesak lubang anusku, dan semakin nikmat kurasakan. Pantatnya bergoyang seirama dengan goyanganku.
Tangannya mengocok kontolku. Sepuluh menit berjalan sampai akhirnya untuk kedua kalinya kami menyemburkan sperma hangat. Kali ini spermanya berhamburan di lubang anusku, sementara spermaku muncrat membasahi kaki kami, dan sebagian berceceran di karpet. Perlahan dicabutnya kontolnya dari anusku. Selanjutnya kami tertidur berpelukan. Kurasakan ciumannya di seluruh wajahku. Sampai akhirnya kami lelap. Hari demi hari kami lalui malam malam kami hanya dengan sex. Sering juga Udin kami ajak bergabung. Kalau tahu begini sejak dulu aku mau tinggal di rumah eyang. Ahhh, aku menikmati permainan sejenis ini sebagai variasi permainan seks yang ga mungkin aku lakukan dengan temen cewekku. Jika ketahuan, dan hamil, pasti aku akan malu dan keluarga si cewek menuntutku. Tapi dengan sesama cowok, aku lebih aman.

Mantan Dosenku

Mungkin aku bukanlah pria satu satunya yang mengalami hal ini. Sudah beberapa kali aku tekan perasaan itu, namun perasaan yang meledak dari dalam jiwaku begitu kuat. Meskipun aku telah menikah dengan istriku yang cantik, namun selalu saja hasrat yang begitu kuat muncul dari dalam dadaku.
Memang selama ini hanya aku lampiaskan melalui onaniku di kamar mandi, dengan membayangkan aku digagai oleh pria-pria gagah. Aku akui, aku seorang biseks yang terus menerus memendam perasaan dan hasratku untuk bersebadan dengan pria pria tampan yang aku temui di jalan, atau di mal mal ketika aku belanja bersama istriku. Seringkali aku mengamati dalam dalam pria pria yang berkelebat di depan mataku. Godaan itu begitu kuat.

Sebenarnya ada rasa bersalah pada isteriku yang terus kupendam. Sebuah rahasia besar dan rasa bersalah yang kian menggunung. Ingin rasanya berterus terang selekas mungkin sebelum semuanya terlambat. Namun aku belum siap untuk bisa menerima konsekwensi terburuk yang sering menghantui. Aku tidak mau ditinggal isteri yang sangat kucintai jika dia tahu yang sebenarnya tentang jati diriku. Apalagi jika harus berpisah dengan anakku, aku tidak sanggup.

Namun aku pun tertekan. Jika Hussein Saddam (begitu aku memanggil dosen keturunan Arab itu) meneleponku hanya sekedar tanya kabar misalnya, apalagi sampai meminta bertemu denganku, rasa itu semakin menyiksaku. Aku mencoba menghilangkan rasa bersalahku, tapi biar bagaimana pun aku pernah bercinta dengan dia, dahulu waktu aku belum menikah dengan istriku ini. Dan kini secara tidak sengaja, aku bertemu lagi dengan pria keturunan Arab itu lagi saat aku menyaksikan pameran rumah. Beruntunglah istriku tidak menaruh cuiga saat dia meminta nomor Hpku. Padahal waktu itu aku sudah memberikan nomor HP yang salah. Tapi dosen keturunan Arab itu cukup cerdik, dengan mencoba miscall ke HP ku. Dan saat miscallnya tidak tersambung ke Hpku dia meminta koreksi nomerku yang sebenarnya. Mau tidak mau aku memberikan nomor Hpku yang sebenarnya.

Memang beberapa kali aku mencopot nomor HP itu demi menghindari telpon mantan dosenku yang keturunan Arab itu. Namun karena nomor HP ini adalah nomor utama, yang terhubung dengan banyak relasi kerjaku, dengan keluargaku, mau tidak mau aku akan menggunakannya. Saat itulah, beberapa smsnya masuk ke Hpku. Dan aku harus sembunyi sembunyi untuk sekedar membuka dan membalas sms-nya.
Aku sudah berusaha menolak dan menyuruh mantan dosenku ini untuk menjauhi dan tidak menghubungiku. Namun dia beralasan sangat kangen akan kenangan masa lalu itu. Memang, dia adalah dosenku yang banyak membantu percepatanku lulus kuliah. Dan kami pernah menjalin hubungan spesial untuk beberapa waktu lamanya. Namun ketika aku lulus kuliah, aku berusaha menjauhinya, karena keluargaku menuntutku untuk segera menikah sesaat setelah aku mendapatkan pekerjaan. Kini, setelah beberapa tahun terpisah, mantan dosenku ini mendesakku lagi untuk bernostalgia. Aku sudah menolaknya berkali-kali. Namun dia tak kunjung mundur.

Dan sore ini, ketika aku selesai mengantar istriku pulang menengok ortunya yang mau berangkat haji. Aku yang masih terkantuk bangun dari tidur soreku, kaget oleh suara bel rumahku. Ketika dengan bermalas malasan aku membuka pintu, betapa kagetnya aku. Karena mantan dosenku itu telah muncul tepat didepan pintu rumahku. Padahal aku tidak pernah memberitahu alamatku. Entah dari mana dia bisa melacak alamat rumahku yang tidak aku daftarkan di halaman Yelloe Pages ini.

"Maaf, tidak nelepon lebih dulu, Devan. Kedatanganku mengganggu?" sapanya.

Aku menggeleng antara menggeleng menjawab tidak terganggu dan menggeleng karena tidak siap akan kedatangannya.

"Woww, kerennya kau dengan baju itu, bikin kangenku harus segera diobati, Devan!" ujarnya.

Memang saat itu aku hanya menggunakan kaos tanpa lengan dengan celana pendek agak ketat. Sebelum pintu kututup rapat, Hussein sudah mendekapku erat dari belakang.

"Aduh, aku belum makan, Ab. Jadi masih lapar!" ujarku sambil memegang perutku yang terasa lapar.
"Iyaa, kebetulan sekali Devan. Aku juga belum makan, makanya aku bawakan banyak makanan untuk kita" aku sekali lagi menggeleng karena tidak tahu harus berbuat apa.
Lalu Hussein dengan cekatan kembali ke mobilnya di teras rumahku dan mengambil makanan cepat saji.

Sambil mendekap erat dan sesekali menciumiku, Hussein membimbingku masuk ke dalam rumah menuju ke meja makan. Selama makan, banyak hal yang dilakukannya yang membuatku risih. Aku yang biasanya tidak aneh-aneh jika makan dengan isteriku, merasa kikuk saat dia meminta untuk menyuapiku. Bahkan sesekali makanan yang sudah disuapkannya ke mulutku diambilnya lagi dengan mulutnya. Aku sendiri jijik membayangkan makanan yang sudah kukunyah ditelan lagi oleh orang lain.
"Maaf, Hussein. Aku mau mandi, sudah hampir malam" ujarku.

Aku bergegas bangkit setelah merasa cukup. Kulihat rasa kecewa menggantung di wajah brewoknya yang berubah seperti wajah anakku yang merengut jika kemauannya tidak kuturuti.

"Please, Devan. Hampir satu bulan aku menahan rasa ini. Aku tidak sabar menunggu waktu yang tepat seperti sekarang ini. Atau memang kau sudah kangen denganku lagi?" ujarnya.

Ahh, lagi-lagi dikeluarkannya jurus itu. Aku memang sudah berkali kali membalas via sms bahwa aku tidak ingin diganggu. Namun dia masih terus mendesak untuk sekali saja menuruti hasratnya yang lama terpendam dan ditahannya.
"Tapi, Ab. Aku masih capek, aku juga takut dengan istriku.." ujarku merajuk. Sebenarnya sekarang atau kapan pun aku tidak yakin mau mengulang lagi. Rasa bersalah terhadap diriku sendiri, terhadap istriku yang telah kunikahi membuatku harus mengambil sikap.

Dia menggeleng. Bahkan semakin erat memelukku. Aku yang sudah sangat gerah seharian tadi semakin merasakan gerah di sekujur tubuhku.

"Please, Devan!" ujarnya dengan nafas terengah-engah.

Hembusan panas nafasnya terasa di telinga ketika dari belakang kepalaku dia menjilatinya. Kumisnya yang tebal seolah memberikan tambahan energi di desahannya. Tangannya sudah meremas-remas kontol di balik celanaku. Kurasakan benjolan keras di pantatku ketika dia dekap erat aku.

Aku kembali tak bisa berbuat apa-apa. Kedekatan Hussein dengan keluargaku seolah memberikan gambaran mengerikan jika Hussein sampai menceritakan apa yang pernah kuperbuat dengannya dahulu kala. Dan aku agak ngeri dengan ancamannya, bahwa dia masih menyimpan foto foto mesumku bersamanya dan bisa membongkar aibku jika kutolak kemauannya. Aku harus senatural mungkin bersikap di hadapannya. Aku masih belum tahu betul karakter Hussein sebagai orang Arab, jika keinginannya tidak terkabulkan. Buktinya dia bisa melacak rumahku, padahal aku menolak dan jarang mengangkat telponnya, ataupun membalas sms-nya, berarti dia memang keras kepala dan berusaha dengan sekuat tenaga.

Gairahku mulai terusik ketika dibisikkannya kata-kata indah yang entah dari mana didapatnya. Desahannya di telinga membius gairahku. Tak urung kontolku yang berkali-kali diremasnya menyembul dengan bebasnya dari balik celanaku karena memang aku tidak memakai celana dalam. Bajuku, pemberian dokter keluargaku, sosok yang juga mengisi gundahku, tidak sedikit pun menyurutkan gairah Hussein yang sudah membara.

"Ohh, Devan. Please!". Berkali-kali desahan itu keluar dari bibir tebalnya.

Lidahnya berkali-kali menjilati kedua telingaku seperti induk kucing sedang memandikan anaknya. Direnggutnya celanaku sehingga kontolku yang sudah sangat tegak, bergoyang-goyang mengikuti irama gairahku. Demi melihat kontolku yang telah keras dan memerah, Hussein beralih ke bagian depan. Dengan mesra disandarkannya tubuhku ke dinding. Tangannya yang besar berkali-kali meremas kontolku hingga menambah cepat gairahku memuncak. Sesekali mulut dan lidahnya menyentuhi batang kejantananku itu, membuatku semakin terbuai dan terlena. Kocokan tangannya semakin kencang saja ketika dia tahu aku semakin terbuai.

Aku mulai mendesah mengikuti permainannya, apalagi saat mulut Hussein beradu dengan mulutku. Bibirku digigitnya hingga aku mengaduh, tapi bukannya beringsut Hussein malah semakin ganas melumat bibirku. Lidahnya mencoba membuka mulutku yang ternganga merasakan sensasi gilanya. Dengan ganas lidahnya bermain di dalam mulutku. Berkali-kali aku tersedak karena merasa risih dengan kumis tebal yang melintang di atas bibirnya, namun tetap dengan ganas Hussein memainkan lidahnya menyedot habis lidahku yang bahkan semakin tidak bisa kuimbangi.

Setelah terenggut satu-satunya baju yang kupakai, aku dibopongnya ke kamar mandi. Ruangan berukuran 3x4 yang kudesain alami dengan segala pernak-perniknya, terasa berubah menjadi sempit dengan permainan kami. Tergesa Hussein melepas segala yang dipakainya, sehingga keringat yang mengucur di tubuhnya yang sedikit gelap dan hampir dipenuhi bulu, kulihat berkilat. Aah, benjolan di pangkal paha itu seakan bertambah besar saja. Dasar memang orang Arab. Lalu kembali Hussein menciumiku dengan penuh nafsu.

"Sejak pertama bertemu lagi denganmu di mall itu, aku begitu ingin merasakan bercinta denganmu Devan. Aah, ternyata anganku tidak harus lama menunggu" ujarnya.

Ucapan Hussein yang tidak lebih bernada membisik, mencoba membangkitkan sensasiku. Bak mandi yang juga kudesain sendiri, sengaja kubuat agar muat dua orang, bahkan lebih bisa berendam. Dan memang sudah tidak terhitung berapa kali aku, baik sendiri maupun dengan isteriku melampiaskan gairah insani kami.

Saat mulut Hussein menemukan kontolku, aku semakin bergairah. Aku mendesis dan kembali mendesis begitu kurasakan sensasi di batang kebanggaanku. Mulut Hussein memang sangat terampil menghadirkan berbagai rasa. Bibirnya yang tebal, seolah didesain khusus untuk menjepit kontolku. Aku mendesis. Rasa gerah berangsur menghilang, saat air hangat dari kran mulai mengaliri tubuh telanjang kami, seolah memacu gairah kami agar lebih dahsyat lagi bergulat.

Aku mulai mengerang saat mulut Hussein semakin ganas melumat kontolku. Kumisnya yang tebal sesekali digosokkannya ke kontolku hingga memberikan rasa berganda di ujung ubun-ubunku. Apalagi saat jemari Hussein mulai bermain di anusku. Beberapa jari, dengan cepat bergantian menusuk anusku dan bermain di dalamnya. Ada rasa yang mulai menyentak dari dalam kontolku, karena dua titik gairahku digarap Hussein. Saat aku mulai mengaduh, Hussein mencabut mulutnya dari kontolku. Mungkin dia tidak mau kenikmatanku berakhir dengan orgasme yang terlalu cepat hanya dengan permainan mulutnya.

Hussein bangkit dan menyodorkan kontolnya ke mulutku. Aku menggeleng. Tapi tetap disodorkannya kontol yang besar itu ke mulutku. Aku mencoba mengulumnya agar tidak dianggap egois, namun aku tetap tidak bisa. kontolnya terlalu besar di mulutku, sehingga berkali-kali aku mencoba untuk mengulumnya, berkali-kali pula aku tersedak. Akhirnya aku hanya menjilati batang kontolnya yang hitam, keras, besar dan panjang itu. Hussein mengangguk, tanda menyetujuinya. Dia mendesis berkali-kali. Kata-kata, "Yess, uugh, yess, uughh..", seperti di adegan intim di film-film porno, berkali juga keluar dari mulutnya.

Tanganku yang sudah kulumasi dengan sabun mandi kujadikan alat untuk menggantikan mulutku yang masih tidak bisa kutipu untuk tidak jijik. Hussein semakin mendesah, bahkan kulihat mulutnya yang berkali-kali mendesis, ternganga seolah sedang merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Mata bulat itu berkali-kali merem melek, mengikuti irama tanganku yang sedang memainkan kontolnya.

"Ouugghh, ouuggh..!".

Akhirnya raungan mulai keluar dari mulut Hussein begitu kupercepat aksiku. Di puncak gairahnya, dia ambil alih kontolnya yang sejak tadi dalam kekuasaanku. Begitu raungan panjang terlontar dari mulutnya, dia mencoba menyodorkannya ke mulutku. Aku menggeleng dan mengunci rapat mulutku. Aku belum bisa menerima kalau spermanya masuk ke mulutku.

Tak urung sperma itu muncrat ke wajahku. Rasa hangat menyentak wajahku ketika dengan kerasnya sperma Hussein muncrat dari kontolnya ke sekujur wajahku. Sperma yang panas dan kental kurasakan lengket hampir di semua bagian wajahku. Aku pejamkan mataku agar spermanya tidak mengenai mataku. Begitu banyak kurasakan sperma orang Arab ini.

"Sshh.. Shhss". Berkali-kali kudengar Hussein mendesis saat mengurut kontolnya yang masih tegang, mencoba menghabiskan sisa-sisa sperma dari batangnya.
"Terima kasih ya. Terima kasih, Devan!". Masih dengan gemetar suara Hussein lirih berbisik.

Aku membuka mataku dan mengangguk. Aku hendak membenamkan kepalaku di bak mandi agar sperma Hussein yang berserakan di wajahku menghilang. Namun Hussein menangkap wajahku. Dia menggeleng tanda melarangku. Kemudian dia jilati spermanya sendiri di wajahku, mulutnya sesekali mampir di mulutku, memagutnya, sambil berkali-kali berkata terima kasih.

Aku mencoba melepaskan dekapannya saat kusadari air dalam bak sudah terlalu kotor oleh busa sabun, keringat, dan sperma Hussein yang terlalu banyak untuk ukuran lelaki Indonesia. Kembali Hussein menggeleng.

"Tidak adil". Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, karena secepat itu pula tangannya meraih kontolku yang masih tegak.

Kembali mulutnya mencoba menambah sensasi di kontolku dengan permainan dahsyatnya. Aku pun mulai menemukan gairahku yang sempat terputus saat sperma Hussein muncrat. Mulut dan lidah basahnya kembali menelusuri relung batang kontolku tanpa sejengkalpun terlewatkan. Lidahnya menggelitik ujung kontolku, batang kontolku hingga biji biji pelerku.
Kuluman mulutnya begitu lihainya, membuat kontolku semakin berkedut kedut pertanda aliran syahwatku semakin mengalir dan memuncak pada batang sensirtifku itu. Kocokan kokoh tangan Arab itu juga semakin membuatku semakin melambung jauh. Mataku berkunang kunang saat rasa nikmat ujung lidahnya menyeruak dilubang perkencinganku. Bibir kecil diujung kontolku itu menjadi sasaran utamanya jika dia mengoral kontolku, karena dia tahu aku akan melonjak lonjak dan mengerang erang. Perpaduan rasa geli dan rasa nikmat yang tak terkira membuatku tdak terkontrol saat lidah basah nan hangat milik orang Arab ini menggelitiki lubang sensitifku itu.

"Tunjukkan padaku, seberapa dahsyat kau punya tenaga, Devan. Mungkin kalau dengan isterimu kau masih kasihan untuk melampiaskan semua tenagamu, namun denganku, keluarkan saja semua yang kau bisa". Begitu tantangnya saat dia memasang kondom di kontolku, seolah membangkitkan sesuatu yang selama ini kupendam.

Hussein bersandar telentang di dinding kamar mandi. Pantatnya menempel di bibir bak mandi, sedang kedua kakinya dijulurkan ke luar. Tangan Hussein membimbing kontolku ke anusnya. Dengan posisi berhadapan, semula aku merasa kesulitan, namun Hussein dengan sabar membimbingku. kontolnya kulihat sedikit demi sedikit mulai bangkit lagi. Gambaran seorang dosen yang biasanya perlente dengan segala atribut dan gaya bicara yang dibuat sewibawa mungkin, lenyap sudah dari diri Hussein. Kulihat Hussein tidak lebih dari seorang pria jalang yang sedang melampiaskan gairahnya.

Aku mendesis saat kontolku sudah mulai menusuk anus Hussein. Kumaju mundurkan pantatku perlahan, agar kontolku benar-benar tertancap ke anusnya. Saat semua batang kontolku tertelan anusnya aku mulai sedikit keras memaju-mundurkan pantatku, Hussein meringis dan melenguh. Aku menghentikan aksiku, namun kembali Hussein menggeleng, bahkan dia mengolokku bahwa aku hanya bisa sebatas itu.

Harga diriku mulai terusik saat kembali Hussein mengolokku. Aku mempercepat aksiku, kujambak rambut ikalnya dengan kedua tangan. Hussein mengerang, namun justru erangan kesakitannya seolah membangkitkan gairah nakalku. Bahkan kemudian kontol Hussein kujadikan pegangan kedua tanganku ketika semakin keras aku bereaksi. Hussein meringis, namun berkali-kali juga mendesah, sama sepertiku. Desisanku berubah menjadi erangan kecil saat mulai kurasakan ada yang berdenyut-denyut di pangkal batang kebanggaanku.

Mulutku ternganga sambil sesekali mengerang. Mataku kupejamkan agar bisa mendatangkan sensasi yang lebih besar. Eranganku mengeras, seiring dengan cepatnya denyutan yang kurasakan dari dalam kontolku. Aku hendak mencabut kontolku, saat kurasakan sperma mulai menyentak ingin muncrat, namun di saat spermaku sudah tidak bisa kutahan lagi, Hussein justru membenamkan pantatku ke anusnya dalam-dalam.

Aku berontak, tidak mau kondomku terlepas di dalam anusnya karena bisa jadi masalah. Namun tetap saja terlambat, aku mengejang hebat saat spermaku muncrat di dalam anus Hussein. Crottt..crotttt… seluruh simpanan spermaku muncrat. Lama aku berada dalam lambungan gairahku. Tubuhku terasa ringan, dan anganku menerawang ke awang awang. Belum sempat aku tersadar dari kenikmatanku, satu tangan Hussein mendekapku erat sementara satu tangannya merancap kontolnya sendiri. Dikocoknya kontol besar miliknya itu.
Air sabun di dalam bat up itu membantu memperlicik kocokan tangan Hussein pada kontolnya. Tubuh Hussein bergetar hebat saat dia mulai mengerang eang semakin keras. “Uuhhh…yess…uaahhhh..uhhh”. Kurasakan Hussein mengejang hebat saat cairan hangat muncrat di perutku. Crottt… crott….Wow, hanya dalam hitungan beberapa saat saja, pria Arab ini kembali menyemprotkan spermanya lagi. Tapi semprotan sperma Hussein kali ini tidak sekencang semburan pertama tadi. Namun tak urung, denyutan kontolnya yang besar itu cukup keras saat menyemburkan sperma itu membuat perutku merasa kegelian. Kuakui memang stamina pria keturunan Arab, berbeda dengan pria Indonesia.

Kucabut segera kontolku dari anus Hussein saat kulihat Hussein terkulai kelelahan. Untungnya kontolku masih keras, sehingga kondomku juga bisa kutarik. Begitu melihat kontolku yang terbungkus kondom, secepat kilat Hussein meraih kontolku dan dilepasnya kondom itu. Aksinya tidak berhenti di situ, karena kemudian dia menjilati kontolku lagi. Bahkan sisa-sisa sperma di kontolku dia jilati, seolah-olah kontolku adalah sebatang ice cream berbalut vanilla. Ah, kegelian itu kembali menyeruak karena bibirnya mengulumi batang kontolku yang kini begitu sensitif karena habis ejakulasi.
Aku hendak memberontak, tapi Hussein terus menyedoti batang kontolku hingga akupun membiarkannya sambil memejamkan mataku. Kucoba relaks. Dan ingatanku kembali menerawang ke masa silam, saat aku dan Hussein sering melakukan hubungan sejenis ini. Ah, aku yang sudah punya istri ini akhirnya bertemu lagi dengan pria Arab yang sudah memiliki 8 oarang anak ini.

Di Tempat Kerja Baru

Aku adalah alumni Tekhnik Informatika. Walaupun sudah bekerja di sebuah bank sebagai tenaga honorer. Tetapi tak jarang sepulang aku kerja ataupun di hari libur kerja, banyak teman, tetanggaku yang menggunakan jasaku untuk memperbaiki komputernya yang bermasalah.

Hal itu aku lakukan karena aku sedang membutuhkan biaya yang banyak, untuk menutup biaya hutang keluargaku, karena ibuku habis operasi di Rumah Sakit. Termasuk sore itu, datang seorang pria paruh baya yang wajahnya putih bersih dan matanya yang agak sipit.
"Alo, kenalkan. Saya Om Benard. Ini komputerku tiba tiba ngehang dan tidak mau restart. Malah muncul layar biru,”jelas pria paroh baya itu. Sebenarnya pria ini cukup ganteng, keturunan chinese, dan jujur termasuk dalam kategori cowok typeku.

Setelah beberapa beberapa jam lamanya, akhirnya aku selesai memperbaiki komputer Om Bernard. Sebelum pulang Om Benard menawarkanku untuk menjadi tekhnisi di salah satu usahanya. Dan dia bilang bahwa, aku bisa bekerja malam hari sepulang aku kerja. Tak lupa dia meninggalkan kartu namanya.
Dan aku berjanji untuk datang besok sore, sepulang aku kerja. Dengan berbekal kartu nama yang kemaren diberikan, aku dengan mudah menemukan gedung tempat usaha Om Bernard yang letaknya di depan Universitas Negeri favourite di kotaku. Sesampai di sana aku langsung masuk ke gedung tersebut. Ketika masuk aku langsung menemui Om Benard yang sedang asyik mengerjakan sesuatu.

"Selamat sore" sapaku.
"Sore juga, silakan duduk, gimana kamu sudah mantap membantu aku?" tanya Om Benard.
"Sudah Pak" jawabku.
"Bagus, gimana kalau besok sore kamu mulai bekerja?" tanya Om Benard sambil menyodorkan contoh surat kontrak kerja.

Aku baca contoh surat itu, dan berjanji besok sudah mulai masuk kerja. Apalagi tawaran gajinya cukup besar. Dua kali lipat gaji kerjaku sebagai tenaga homorer di bank swasta tempat kerjaku saat ini. Padahal dari job desc yang aku baca, kerjaku hanya sesuai orderan jika ada komputer bermasalah. Selebihnya aku akan banyak menganggur. Berbeda dengan kerjaku di bank swasta itu yang lebih tepatnya sebagai tenaga serabutan. Jadi jelas aku tak akan menolak pekerjaan ini, selain agak santai, gajinya juga cukup besar.

Akan cepat membantu melunasi hutangku.
"Oke, selamat bergabung, kalau gitu besok sore aku tunggu" pintanya sebelum aku berpamitan.
Keesokan harinya, sekitar jam 6.00 sore aku sudah sampai di kantor Om Bernard dengan naik angkot. Kebetulan lokasinya juga dekat. Rupanya kantor itu memang jam kerjanya pagi hingga sore hari, layaknya jam kantor. Namun kalau malam hari, difungsikan Om Bernard untuk mengontrol usaha ekspedisi dan sekalian lembur kerja. Sore itu aku hanya disuruh mengecek komputer staf administrasi yang katanya bermasalah. Tetapi saat aku nyalakan, komputer Core Duo itu masih berfungsi secara normal. Jadinya aku tidak ada kerjaan lagi. Lalu akupun cuma duduk sambil nonton TV di ruang tamu.

Tiba-tiba Om Benard duduk di dekatku sambil menawarkan makanan kecil. Dan sesaat dia sempat memegang pahaku sambil menggosoknya. Aku sangat terkejut, karena hal itu dilakukannya padaku yang notabene karyawannya yang baru bekerja. Aku diam saja ketika itu. Karena kupikir itu tanpa sengaja atau memang pikiranku saja yang terlalu sensi. Lama kami mengobrol tentang asalku, almamaterku serta keluargaku. Termasuk pekerjaanku yang saat ini, bahkan alasanku bekerja, demi menutup hutang. Dan dengan tulusnya, Om Bernard juga menawarkanku untuk membantu memberi pinjaman untuk hutangku. Awalnya aku menolak, namun dengan alasan yang diberikannya bahwa semakin lama aku menunda maka bunganya akan semakin tinggu, terpaksa aku menerima tawaran bantuan Om Bernard.

Ketika jam menunjukkan pukul 8 malam, Om Bernard menawarkan pulang bareng. Karena alasannya sudah tidak ada yang dilakukannya, karena pekerjaannya sudah selesai semua. Dan karena dia tau aku naik angkot, akhirnya aku ikut di dalam mobilnya. Di perjalanan menuju rumah, Om Benard kembali memegang pahaku sambil menggosoknya. Itu dilakukannya sambil menyetir mobil. Dan aku hitung, tidak hanya sekali saja itu dilakukannya. Dan aku berkesimpulan kalau itu memang disengajanya. Malam itu aku tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang telah dilakukan Om Benard, aku bertanya dalam hati apakah mungkin Om Benard seorang homo. Kalau ia memang benar seorang homo, aku juga bingung bagaimana akan bersikap. Apalagi dia telah berbuat baik menjadikanku karyawannya dan juga membantuku akan melunasi hutangku di rentenir.
Setelah dua hari aku bekerja di tempat Om Bernard, seperti biasa Om Benard selalu menawariku untuk mengantarku.

Padahal malam sebelumnya aku menolaknya dengan alasan aku masih ada perlu lain. Dan malam ini hujan turun dengan lebatnya, jadi tidak ada alasan untuk aku menolaknya. Ketika kami akan pulang, mobil Om Benard tidak mau hidup, walau pun kami telah berusaha memperbaikinya hingga tangan kami hitam, sedangkan cuaca saat itu semakin lebat. Bahkan beberapa ruas jalan yang menjadi jalur kami pulang, terkena banjir. Hingga akhirnya Om Benard mengajakku untuk menginap saja di tempat kerja tersebut. Dia bilang, bahwa dia sering sekali meginap di kantornya bila banjir sedang melanda ruas jalan yang dilaluinya. Awalnya aku menolak, tapi karena aku bingung mesti bagimana, akhirnya aku mengiyakan. Sebenarnya ini juga merupakan kesempatan bagus bagiku untuk membuktikan apakah Om Benard juga seorang homo atau bukan.

Om Benard memintaku untuk mandi untuk membersihkan kotoran bekas tadi memperbaiki mobil. Tapi aku tidak mandi dan hanya membersihkannya dengan sabun saja. Akhirnya kami duduk di kursi sambil mengobrol dan nonton TV. Dalam obrolan itu aku bertanya kepada Om Benard apakah ia sudah punya istri, namun Om Benard hanya menggelengkan kepala. “Oh, makanya kok dia sering tidur di kantor, karena memang di rumah tidak ada yang menungguinya. Masih bujangan,”bathinku.

Om Benard bercerita bahwa dulu pada saat ia masih kuliah ia pernah menyukai seorang wanita akan tetapi wanita itu tidak menyukai Om Benard hingga akhirnya sampai sekarang Om Benard masih hidup sendiri. Dalam hati aku masih bertanya kok orang seganteng Om Benard sampai sekarang ini belum ada yang mau, selain itu dari segi ekonomi ia sudah lebih dari cukup, maklum ia adalah warga keturunan chinese yang lebih suka membuka usaha.

Tidak terasa akhirnya jam sudah menunjukan pukul 11.00 malam, akhirnya kami memutuskan untuk tidur di ruang rapat yang cukup luas. Padahal aku pikir dia akan tidur di ruang kerjanya. Namun dia memutuskan tidur satu ruangan di ruangan rapat. Sebelum tidur Om Benard melepaskan celana panjang dan baju kemejanya hingga ia hanya memakai baju kaos dalam dan celana pendek hingga kelihatan lengan dan pahanya yang putih kemerahan dan ditumbuhi bulu tipis di lengan dan kakinya. Walaupun usianya sudah 39 tahunan, namun ia masih kelihatan muda dan gagah.
Om Benard tidur di atas kursi sofa di ujung ruang dan aku tidur di kursi sofa yang lain dekat TV. Malam itu aku tidak bisa tidur, akrena pikiranku menerawang kemana mana. Sambil berbaring aku memandangi langit langit ruang rapat. Jam hamir menunjukkan jam 1 malam, karena kudengar suara kentongan Hansip yang sednag ronda. Ketika aku baru akan memejamkan mata tiba-tiba Om Benard bangun dan mendekat ke arahku dan dia memegangi pahaku kembali sambil mengelusnya. Melihatku hanya diam, akhirnya Om Benard terus beraksi meraba dadaku hingga sampai ke burungku. Mungkin dikiranya aku tertidur.

Aku yang awalnya hanya diam kini mulai merasakan kenikmatan, dan membiarkan aksi itu terus berlanjut. Aku juga peasaran apa yang akan dilakukan pria paroh baya ini. Dan akupun juga tidak sanggup membuat pria ini malu, karena dia telah berjasa menerimaku kerja dan membantuku untuk melunasi hutangku. Melihat tidak ada reaksi, Om Benard pun bertambah nafsu hingga ia menciumi bibirku dengan lembut. Agak kaget juga aku menerima aksinya itu. Namun aku tetap pura pura tertidur. Lalu dia mulai merabai jendolan selangkanganku. Lama lama dirabai seperti itu, kontolkupun berdiri karena terangsang juga. Kuintip Om Bernard menyunggingkan senyuman. Akupun semakin bingung dibuatnya, harus bagaimanakah bersikap. Akhirnya kuputuskan untuk diam saja menikmati.

Tak puas dengan hal itu Om Benard melepaskan ikat pinggangku dan melepaskan kancing bajuku juga. Lalu tangannya mulai menelusup dan menyentuh kontolku yang mengeras itu. Aku masih saja terdiam membiarkan aksinya. Lalu celana dalamku disingkapnya dan dia kini memegang penuh batang kontolku yang teracung menegang. Lalu Om Bernard mengocoknya pelan dan diciumnya sebentar kontolku itu dengan penuh perasaan. Aku semakin dibuat bingung, dan keringat dingin mulai menetes. Aku masih tetap terdiam pura pura tidur. Kupikir Om Bernard tidak akan melakukan hal lebih jauh, ketika aku dalam posisi tidur. Tapi rupanya perkiraanku salah, karena tiba tiba kurasaka sesuatu yang hangat menyentuh ujung kontolku, dan selanjutnya rasanya kontolku basah dan terjepit diantara bibir Om Bernad. Rupanya Om Bernard nekad mengoral kontolku yang masih berpura pura tidur.

Karena secara logika tak mungkin aku masih tetap tertidur, aku pura pura menggeliat. Namun itu tidak membuat Om Bernad berhenti beraksi. Kupikir dia akan takut atau malu, jika sampai aku terbangun. Dan kepalang tanggung, akhirnya akupun menggeliat lagi dan pura pura kaget terbangun. Om Bernard malah tersenyum dan memandangi wajahku. Lalu tangannya mengocok kontolku, dia berkata. “Kamu diam saja, seperti tadi. Pura pura tidur juga ga papa kok,”katanya membuat telingaku memerah karena malu ketahuan sedang pura pura tidur.

Kini Om Bernard semakin berani, karena dia mulai melepasi baju dan celanaku hingga aku tidak lagi memakai sehelai kain pun. Ia pun langsung melahap burungku lagi, dijilatinya sambil meremas bijinya, lalu dalam posisi berjongkok itu dia memaju-mundurkan kepalanya hingga kadang semua burungku masuk ke dalam mulut Om Benard hingga ke pangkalnya sampai aku merasa nikmat sekali. Lalu secara reflek tangan Om Bernard meraih tanganku dan diarahkan ke jendolan selangkangannya. Mau gak mau akupun menurut dan tanganku pun ikut bereaksi dengan mengosok gosok jendolan kontolnya. Setelah sekian lama Om Bernard membuka baju dan celana nya sendiri hingga dia telanjang bulat.
Sesuatu yang sangat sempurna kulihat di depan mataku untuk pertama kalinya, ukuran kontol yang cukup besar dengan kepala yang mengkilap yang diapit oleh dua biji yang lumayan besar di sekitarnya. Bahkan kontol itupun terasa kokoh dengan uratnya yang menonjol. Lalu dengan kurang ajarnya, Om Bernard menyorongkan kontolnya ke depan mukaku. Beberapa saat lamanya kontol itu digesek gesekkan di hidung dan bibirku.

Aku masih terus mengatup. Ini memang adalah pengalaman pertamaku namun naluriku membimbingku untuk turut mengimbangi aksinya. Akhirnya dengan setengah hati aku dapat melakukannya. Pertama kali kujilati burung Om Benard. Kujilati topinya yang kenyal dengan aroma yang khas laki-laki dengan rasa asin dikarenakan tercampur keringat dan precum yang keluar. Lalu pantat Om Bernard mulai aktif bergerak memaju mundurkan kontolnya yang menusuk dan keluar dari kuluman kontolku.
Lalu tiba tiba Om Bernard mengambil posisi di sebelahku. Dia mulai mengurut biji kontolku, lalu batang kontolku juga dikocoknya hingga semakin tegang dan besar, sesekali dia juga meremas pantatku dan diselingi dengan menggigii biji pelerku. Upss, akupun merasa kenikmatan.
"Oooh.hhh" desahku tanpa dapat kukontrol.

Dengan posisi 69 itu akhirnya kami saling mengoral sehingga merasakan kenikmatan bersama. Kontolku dikenyot kenyot, kadang dijilati batangnya. Bahkan kedua biji pelerku juga dikulum kulum bagaikan permen loipop. Bahkan lubang anusku juga tak luput dari sapuan lidahnya. Dan itu memberikan sensasi luar biasa dan memberikan efek dahsyat bagiku. Aku menggelinjang karena merasakan nikmat menjuluri sekujur tubuhku. Cukup lama juga kami melakukan hal ini, sehingga seluruh badan kami basah oleh keringat dan air liur yang menambah semakin nikmat. Lalu Om Benard berubah posisi. Dia kini tiduran, dan aku diposisikan berada di atasnya. Tapi mulutnya masih tetap dalam posisi menghisapi dan menjilati batang kontolku. Dia terus mengoral kontolku. Sementara aku dengan bertumpu pada kedua tanganku, terus menyaksikan aksinya. Lama aku berada pada posisi push up seperti itu. Akhirnya aku angkat kepalaku dan megambil posisi jongkok didepan mukanya.Lalu dia menarik badannya hingga kini tubuhku sejajar dengannya. Dia menraik tubuhku hingga kamipun berpelukan.

Kontolnya tepat menindih kontol Om Bernard, dan dengans edikit gerakan kita saling bergesekan badan. Lalu puas full body contack seperti itu, tiba tiba kaki Om Bernard diangkat dan menjepit perutku. Kini kedua tangan dan kedua kakinya memelukku erat. Lalu dia mendorong dadaku, hingga kepalaku menjauh dari wajahnya. Tiba tiba dia melepaskan jepitan kakinya diperutku dan mengangkat kedua kakinya ke pundakku. Pantatnya yang begitu putih dan anusnya yang memerah terpampang di depanku.
Lalu tangannya mengocoki kontolku sambil sesekali dilumuri ludahnya. Licin juga kurasakan kocokan tangan Om Bernard di batang kontolku. Birahiku semakin memuncak. Hingga kulihat Om Bernard menusuki lubang anusnya sendiri dengan jarinya yang telah dilumuri ludahnya. Lalu dia menarik badanku dengan tangannya tetap memegangi batang kontolku.

Dengan posisi kakinya masih terangkat seperti itu, dia menarik badanku lebih erat. Dan kepala kontolku akhirnya menyentuh sesuatu yang hangat, dan pelan pelan menembusi lubang itu semakin ke dalam. Ternyata burungku diarahkan untuk menembus lubang anusnya. Awalnya agak sulit namun perlahan tubuhku didorong menjauh, agar kontolku tertarik keluar sedikit. Lalu kembali dia menarik batanku sehingga kontolku lebih mudah masuk menembus lubang anusnya. Akhirnya kontolku dapat juga menembus pantat Om Benard, dan seluruhnya tenggelam di lubang hangat itu. Berjuta rasanya kurasakan. Hangat. Geli. Nikmat. Aneh. Kurasakan bercampur aduk. Lalu perlahan Om Bernard mulai menggoyangkan pantatnya, hingga kurasakan gesekan dinding anusnya dengan kulit dan kepala kontolku.

"Uhhh……..enakkkkkkk!" desah Om Bernard.
Akupun tak sengaja turut melenguh “Yeahhhhhhhhhhhhhhhh…”
Karena rasanya semakin enak, tak terasa Om Bernard mulai menggoyang pantatnya semakin keras. Bahkan dia menyuruhku mulai bergerak maju mundur agar kontolku masuk-keluar dari lubang anusnya. Bahkan tanganku pun ditariknya agar ikut bereaksi dengan mengocok burung Om Benard. Sesekali Om Bernard mendekatkan kepalanya ke tubuhku dan menggigit puting dadaku hingga merah. Ketika itu terjadi, berjuta rasanya kurasakan,mulai dari pangkal kontolku, di tetekku, di perutku, di leherku bahkan di sekujur tubuhku. Terasa hidup ini sangat indah dengan penuh sensasi. Walaupun di luar sedang hujan yang sangat deras kami tidak merasa kedinginan.
"Aaaaaahh, enak banget!" desahku lagi tak tertahan.

Setelah beberapa saat, kami mengubah posisi. Om Benard berbalik membungkuk dari arah belakang dan aku disuruh menusuk pantat Om Benard. Terasa pantat Om Benard lebih sempit lagi, lebih kuat menjepit burungku hingga dengan cepat aku maju-mundurkan pantatku sehingga kenikmatan yang tiada tara kurasakan hingga ke seluruh persendianku. Dan itu juga membuat Om Benard meracau karena merasakan nikmat tak terkira. Lama aku menusuki lubang anus Om Bernard, dengan cara menarik kontolku lepas. Lalu menusukkan lagi kontolku hingga tenggelam seluruhnya. Aku tarik lepas lagi. Lalu aku hunjam dengan cepat dan dalam. Dna itu membuat Om Bernard terdongak sambil merintih rintih. “Ooooahhhhhhhhhhh.. terusss.. yang adalemmmmm”
Aku terus menyodomi pantat pria paruh baya ini, hingga akhirnya aku rasakan pangkal kontolku terasa berdenyut deyut dan gumpalan nikmat itu seakan menyeruak ingin lepas bersamaan dengan semburan lava sprema hangatku.

Crottt…crottt…crottt…. Cairan sperma yang lama tidak keluar lewat mimpi basahku itupun muncrat semuanya. Terasa dinding anus Om Bernad menjepit batang kontolku, semakin nimat kurasakan klimaks persetubuhan sejenis ini.
Akhirnya tuntaslah seluruh air maniku yang hangat di dalam anus Om Benard setelah beberapa kali semprotan. Dan saat itulah kusadari kalau Om Bernad juga sedang mengocok kontolnya sendiri dengan gerakan cepat sambil murutnya tak henti meracau.

Hingga akhirnya jepitan dinding anusnya kurasakan mengeras, dan diikuti tubuh Om Bernard yang tersentak karena semprotan spermanya menyembur membasahi dada dan perutnya. Bahkan ada sebagian caran itu mendarat di rambut dan mukanya yang putih mulus itu. Sperma itupun meleleh diikuti semerbak aroma khas yang memenuhi ruangan rapat ini. Aku begitu lemas, karena seluruh persendianku serasa akan copot. Om Bernard mendekap tubuhku hingga kamipun dalam posisi berpelukan, dengan kontolku masih tetap menancap di lubang anusnya.
Kini terbukti benar, bahwa pria di depanku ini memang seorang homoseks. Trus, kenapa?



Komputer Keponakan

Hari itu, entah kenapa sejak bangun tidur tadi pagi, bawaanku selalu horny. Ini bukan lagi sekedar efek morning erection bagi stiap pria di pagi hari. Namun bawaan untuk mengkhayal hal hal yang erotis ini terbawa siang hingga sore hari.

Tampilan iklan di televisi yang biasanya berlalu begitu saja, namun seharian itu aku malah mengkhayalkan hal yang tidak tidak.
Menjelang sore, seperti biasa teman-temanku berdatangan untuk sekedar ngobrol, numpang nonton TV, atau ada yang iseng bermain game di komputerku. Dan aku seperti biasa menyiapkan minuman segar dan menemani mereka. Dan setelah hampir tiga jam ngobrol, lalu teman-temanku pulang sehingga tinggal aku saja yang menonton acara TV.


Aku ke kamar mandi untuk mandi membersihna badan. Setelah membuka baju dan celanaku, tinggallah celana dalam yang menimbulkan sesuatu yang jadi berbentuk seperti jendolan. Oh, my god! Aku masih terus ereksi! Mungkin saatnya aku mengeluarkan sesuatu dari dalamnya sehingga aku bisa menjadi tenang. Lalu muncul ideku untuk membuatnya berkurang ereksinya. Ku ambil pencukur kumis, dan berniat untuk mencukur bulu kelaminku yang sudah lebat sekali. Kutarik pelan-pelan celana dalamku, lalu kuambil pencukur itu, dan kuhabiskan seluruh bulu yang ada di sekitar kontolku.

Bukannya berkurang ereksinya karena takut tergores silet pencukur, malah kontolku semakin tegang saja. Setelah semua bulu kelaminku tercukur bersih. Lalu iseng aku genggam senjata kebanggaanku itu. Aku mulai membayangkan hal hal yang erotis dan mesum Namun konsentrasiku tidak lagi terpusat pada satu adegan erotis, namun banyak kelebatan adegan film bokep yang membuatku semakin terbawa nafsu birahiku. Tanpa sengaja aku duduk di closet kamar mandiku. Lalu aku meremas batang kontolku dengan penuh perasaan. Aku mulai mengkonsentrasikan adegan erotis secara runut.

Kubayangkan aku sedang menciumi bibir seseorang yang sensual. Membayangkan hal itu sambil aku terus mengocok kontolku. Dan efeknya, aku jadi gemetaran. Kusambar sabun mandiku dan kubalurkan ke batang kontolku. Lalu aku terus mengocok dan semakin intens kuremas remas pula. Sesekali aku gerayangi kedua bijir pelerku juga, lalu kudorong bagian bawah bijiku itu sehingga kontolku semakin tegang tengadah ke atas menyentuh perutku. Kugesek dengan telapak tanganku dengan arah ke atas dan ke bawah, sambil kubayangkan ada tangan lain yang melakukan kocokan di kontolku. Dan efeknya? Wow! Batanganku mulai berdenyut-denyut dan akupun merasakan kenikmatan tersendiri. Ada sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan ungkapan. Semakin terbang anganku terbawa libido birahiku, hingga kudengar ketukan pintu yang membuyarkan lamunan tingkat tinggiku.

Aku agak kaget saat kudengar suara ketukan pintu dan ada yang memanggilku. Segera kuguyur tubuhku dengan air, terutama sisa sisa busa sabun di bagian selangkanganku. Sambil membasuhi tubuhku, aku melongok bercermin pada kaca kamar mandi. Wow! Tubuh yang indah! Cute, menggemaskan! Aku selalu terangsang sendiri saat melihat diriku di cermin. Kubayangkan aku meniduri diriku sendiri lalu bercinta sampai pagi. Aku kembali dikejutkan oleh ketukan yang semakin keras. Buru buru aku menyelesaikan mandiku.

"Kak, Kakak, bukain dong!" seru sebuah suara tergesa-gesa. Gawat! Aku buru-buru menyambar handuk lalu memakai celana dalam, dan berpakaian lengkap.
"Sebentar!" Setelah kubuka pintu, ternyata keponakanku Harry dengan wajah polosnya yang nampak sedang kebingungan.
"Ada apa?"
"Tolong Kak, aku mau ngerjain tugas malam ini, tapi komputerku tiba-tiba rusak"
"Lho, apa hubungannya sama aku?" ledekku bercanda.
"Ah, Kakak ini, ayolah, besok tugas ini harus dikumpulin. Kakak betulin komputerku ya"
"Iya, iya, sebentar", lalu aku mengambil beberapa keping CD yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki komputer Harry.

Kami melaju dengan motor Harry. Baru kali ini aku dibonceng keponakanku Harry, karena sebenarnya beberapa kali saat komputernya rusak, selalu Yoyok, pembantu Budheku yang menjemputku. Kuamati terus bagian belakang leher keponakanku ini, lalu kulit pipinya yang halus, dan, bau khas badannya yang entah memakai deodoran jenis apa. Di jalan Harry terus bercerita tantang komputernya yang tiba-tiba rusak, tetapi aku tidak begitu mendengarnya, karena sura deru motor. Apalagi pikiranku juga sibuk membayangkan hal-hal porno karena tadi di kamar mandi belum sempat selesai.

Dan saat ini aku ada di belakang ponakanku Harry yang sedang beranjak dewasa ini. Apalagi dia sedang memakai baju ketat, sehingga otot lengannya tercetak jelas. Apalagi tengkuknya juga kuperhatikan banyak ditumbuhi bulu bulu halus. Uh, pastilah saat dia terangsang, bulu kuduk ini akan berdiri. Dan saat dicium oleh pasangannya, pasti dia akan merasakan sensasai dengan bulu bulu itu. Ups, pikiran sesnsualku semakin menjadi jadi. Dan itu berlangsaung hingga sampai di rumah Harry yang berjarak sekitar 5 kilometer. Ternyata ada beberapa teman Harry yang sedang nongkrong sambil bermain gitar. Salah satunya aku kenal, Miko. Cowok gemulai yang berprofesi sebagai MC dan juga penyiar salah satu radio terkenal. “Sedang apakah dia di rumah Harry, ini”,pikiranku menerawang.

"Helo profesor, gimana kabarnya? Tolongin yah si Harry. Karena dia dah nggak tau mo diapain lagi komputernya. Tiap hari diutak atik terus. Sok pinter sih" kata si Budhe Misye, menyapaku.
"Aduh mama. Orang komputernya yang rusak sendiri" Harry membela diri dengan gayanya yang polos. Aku cuma tersenyum menanggapinya. Kami langsung menuju kamar Harry.
"Gimana sih gejalanya?" tanyaku sambil menekan tombol power.
"Nggak tau tuh, kok selalu nggak bisa muncul windowsnya."
"O, ini kan ada file yang korup" aku mendiagnosa setelah kulihat pesan muncul di monitor saat itu.
"Korup? Mana kutau? Abis pake bahasa inggris gitu errornya"
"Makanya, bahasa inggris tuh lebih penting daripada bahasa jawa, hehe" aku mencoba meledeknya.

Berikutnya, aku serius mengotak-atik komputer itu sehingga jarang berbicara. Setelah beberapa menit, Harry bertanya padaku..

"Kira-kira bisa nggak ya komputerku jadi normal lagi malam ini?"
"Alaa, paling banter kan rusak trus bisa beli baru. Minta ama Mamamu" jawabku sekenanya.
"Ah Kakak ini bercanda terus, aku gugup nih, tugas belum diketik sama sekali."

Harry terlihat cemberut. Lalu kulihat dia melepas kaosnya, mungkin kepanasan. Aku sempat melirik badannya yang bersih. Wow, kulit remja tanggung ini cukup bersih dan badannya dijejali otot otot. Sekilas aku nilai, badan dia lebih bagus dari tubuhku sendiri. Ah, jadi iri.. Saat itu aku bisa melihat badannya dengan leluasa. Sungguh iri memliki kulit bersih tanpa cacat seperti itu. Apalagi bulu bulu di dada hingga turun ke arah perut itu menambah jantan penampilan keponakan cowokku ini.

Kira-kira beberapa langkah lagi aku menyelesaikan tugasku, jadi aku tinggal menunggu proses yang berlangsung di layar monitor computer. Lalu tak sengaja mataku tertuju pada bungkusan koran yang membentuk kotak. Iseng aku buka, ternyata koran itu membungkus dua CD. Dan betapa terkejutnya, ketika aku buka bungkusan itu. Ternyata CD itu video bokep gay. Covernya menampilkan gambar dua cowok bule yang sedang berpelukan, dan bule yang lain sedang mengisap kontol. Sedang CD yang lain, gambarnya tidak sevulgar cover pertama, tapi tetap menampilkan dua sosok cowok bertelanjang dada. Sudah pasti itu juga film gay. Sembrono sekali menaruh barang yang sifatnya rahasia, tergeletak di meja komputer. Mungkin dia terlupa, dan ga sempat mengamankannya.

“Ah, apakah keponakanku ini seorang gay?,”aku berfikir keras. Aku sangat terkejut dan tak pernah menyangkanya. Lalu aku tutup lagi dan kubungkus lagi seperti sedia kala.
Kulihat Harry yang bertelanjang dada sedang sibuk menekan-nekan tombol HP-nya.
“Har, ini barangmu ya?,”tanyaku sambil memandanginya.
“Apa? Oh, itu punya si Miko,”jawabnya sambil beringsut berdiri. Lalu buru buru mengambil bungkusan CD itu.
Ah, apakah adik ponakanku ini gay?. Rasanya sulit kupercaya.
“Har, kamu ama Miko ada hubungan apa?,”tanyaku penuh tuduhan.
“Ah, ga ada apa-apa. Cuma berteman biasa,”jawab Harry mengelak terlihat gugup.
“Kamu ngaku aja. Aku dah tau isi di bungkusan koran itu. Itu film bokep gay,”aku berusaha memojokkan Harry.

Saat itulah Harry terlihat pucat dan dia buru buru memelukku.
“Kak, tolong jangan bocorin ke mama ya. Please. Kakak jangan bongkar aibku ini ya?”hiba Harry.
Lho..lho.. apa apaan ini. Kok jadi begini. Aku tidak menyangka jika respon Harry akan panik dan histeris seperti ini.
“Emang kamu sudah melakukan apa saja,”tanyaku ingin tau.
“Ga melakukan apa-apa kok,”Harry mencoba berkelit.
“Kamu ngaku dan berterus terang aja lah,”desakku.
“Anu..eh…anu…kami Cuma saling oanani saja. Ga lebih. Sumpah!!,”Harry agak berteriak meyakinkan.

“Oh ya? Saling oanani saja?,”tanyaku menyelidik.
“Iyah. Aku belum melakukan hal hal lebih jauh,”ujarnya lagi.
“Bener yah? Tadi katanya ga melakukan apa-apa. Sekarang cuma saling oanani. Yang bener yang mana,”tanyaku sedikit meledek.
“Jangan jangan kamu sudah melakukan sodomi segala,”tuduhku.
“Eh…iya..eh, itu baru sekali saja kok,”Harry menjawab dan itu membuatku semakin terkejut.
Dan saat itu Harry nampak sangat gugup, sehingga dia yang berada di belakangku kini tangannya secara reflek memijit punggungku.
Aku jadi keenakan dipijit oleh tangan Harry yang kokoh ini.

"Ehe, kok aku malah ngaceng, Ha.. Ha.." ledekku dengan menunjukkan kesan bercanda.untuk mencairkan ketegangan. Harry cuma tersenyum kecut sambil melepaskan tangannya.
“Kok dilepasi. Terusin aja,"perintahku.
Dan Harry akhirnya meneruskan aksi memijiti punggungku.

“Kamu tuh kan cakep. Dan si Miko juga cakep. Aapalagi aku tahu kalau banyak cewek yang naksir kamu. Bahkan Lusy juga sempat minta tolong untuk dicomblangin ama kamu. Kok malah kalian ini terlibat hubungan sejenis. Kamu emang gay?,”aku bertanya.
“Ga kok Kak. Ini cuma just fun saja. Senang senang sesaat dalam hal seks,”Harry menjelaskan.
Ah, senang senang soal seks? Pikiranku langsung tertuju pada aksi onaniku tadi yang sempat terhenti gara gara Harry datang menjemputku.
“Kok bisa dengan sesama cowok?”tanyaku menyelidik.
“Karena kalau ama cewek, jelas resikonya lebih berat. Belum lagi kalau hamil. Bisa berabe, dan bikin malu keluarga. Tapi kalau ama cowok, kan nikmatnya dapet, tapi ga bikin hamil,”jelas Harry.

Wwoww..boleh juga. Hal ini langsung membuat rasa ingin tahuku tersentil.
“Emang rasanya enak?”tanyaku polos.
“Iyah. Enak kok. Kakak mau coba?,”cengir Harry.
“Hah?! Gila!!. Aku buhan homo ya!!,”umpatku.
“Aku juga bukan homo, Kak. Kan cuma menyalurkan hasrat seks sesaat saja. Ga harus jadi homo,”adik ponakanku ini membela diri.
“Ooh…”mulutku melongo.
“Diapain aja seh,”tanyaku terlihat pilon.
“Kakak diam saja ya,” Harry memberitahuku. Lantas dia menurunkan tangannya ke arah dadaku. Aku merasakan geli. Namun Harry membisiku agar dia. Lalu tangan Harry meilin milin putting tetekku. Ada aliran nikmat menyengati sekujur tubuhku. Spontan, benda di selangkanganku menjadi bengkak. Lalu dagu Harry digesek gesekkan di tengkukku, dan itu kurasakan sensasinya luar biasa. Akupun semakin larut oleh aksi Harry.
Aku gemetaran dan semakin terangsang.

Harry terus maju dan akhirnya Harry berhasil mendekap badanku. Aku coba meronta, tapi karena aku lebih pendek dari Harry. Dia mengunci kedua tanganku dengan tangan kanannya dan membawaku ke belakang badannku, sehingga tangan kirinya bebas merayap di dadaku. Dan itu yang paling membuatku horny. Sambil terus begitu, Harry mulai mencium pipiku dan aku mulai tenang, atau mungkin aku berpikir untuk sedikit bersikap lunak karena tadi orgasmeku tertunda.

Aku diam saja. Harry terus menciumi wajahku, lalu tangan kanannya melepaskan kedua tanganku dan berganti meremas-remas kontolku dari celana panjangku. Akhirnya lama-lama aku menikmatinya juga, buktinya aku memejamkan mata sambil mendesah. Harry membuka celanaku yang tidak berikat pinggang, dan kepala kontolku yang bersih langsung terlihat menyembul melebihi ukuran celana dalamku. Diusapnya perlahan-lahan kepala kontolku bagian bawah lalu dipijat pijat lembut. Karena rasa nikmat begitu kuat mendera, aku terus menikmatinya sampai-sampai badanku gemetar.

Wah, jangan-jangan nanti aku ketagihan, pikirku. Baguslah! Lubang kontolku mulai mengeluarkan precum, dan Harry langsung menjilatinya, lalu dimasukkan sekalian batangan itu ke mulutnya. Dan dia buat gerakan maju mundur di mulutnya. Aku begitu keenakan sampai-sampai kedua tanganku meremas-remas seprei kasur Harry.

"Ohhh, gelii.. tapii ouuhhhhhhh…"aku tidak dapat meneruskan kata kataku karena rasa nikmat itu terus menderaku.

Harry tidak menanggapiku lagi karena tangannya mulai meraba-raba bagian bawah perutku, dielus-elus dengan perlahan. Harry terus merabaiku sambil terus meremas-remas kontolku, Harry juga mulai mengocok kontolnya sendiri.

Aku nampak terlonjak, lalu frekuensi kocokanku naik dan badanku kembali bergoyang-goyang menyesuaikan dengan kocokan tangannya.

"Kak, mau nggak kau masukin kontolmu di pantatku?"
"Ha? Emang bisa?"
"Coba aja"

Lalu Harry bangkit dan membimbing aku untuk memasukkan kontolku ke pantatnya, setelah sebelumnya dilumuri lagi kontolku dengan ludahnya. Tidak terlalu lama, seluruh kontolku masuk ke pantatku. Posisi Harry telentang dengan dua kaki terangkat ke atas dan aku menyodoknya dari arah depan pantatnya. Kulihat mata Harry merem-melek menikmati sodokan kontolku. Dan mulutku juga mendesis desis karena rasa nikmat yang tak terkira. Tentu karena baru kali ini aku merasakan batanganku dijepit sesuatu yang begitu kuat dan terasa hangat.

"Ayo, Kak, dorong!"

Aku menurut. Kudorong badanku maju mundur. Awalnya lambat, lalu semakin lama semakin kencang. Aku yang merasakan nikmat tak terkira, mulai membanjir precumku minta penyelesaian. Harry meraih tanganku untuk membantu menggenggam batangan kontolnya. Sementara tangan kiriku diposisikan membelai-belai kepala Harry. Harry semakin terlihat keenakan, begitu juga aku.

"Har, Aku mau keluar" teriakku, yang mungkin karena belum orgasme sejak tadi.

Secara spontan Harry mencabut pantatnya, sehingga batang kontolku tercabut dari pantatnya. Dia berdiri dan membelakangiku. Rupanya dia ingin menunda ejakulasiku dan dia ingin merasakan posisi yang lain. Saat itu ubun ubunku sudah penuh, berjuta sengat nikmat itu meletup letup seakan membawaku melanglang dunia. Matakupun juga terasa berkunang kunang, badan gemetar. Puh dingin mengucur deras membasahi tubuhku.

Lalu setelah beberapa saat menggoyang pantatnya di selangkanganku. Harry kembali meraih batangan kontolku untuk diarahkan dan dimasukkan kembali ke lubangnya. Setelah kepala kontolku menembusi lubangnya, Harry menunduk dan mengambil posisi bersujud. Dan dengan sekali hentak ke belakang, maka pantat Harrypun membenamkan seluruh batang kontolku. Ups, rasa hangat menjalari batang kontolku yang terjepit dinding dinding anus Harry. Sungguh kurasakan rasa nikmat tiada terkira. Badanku semakin bergetar. Dadaku serasa panas, dan nafasku semakin memburu, Mulutku mendesis desis mendesiskan rasa nikmat.

Agak lama aku memaju mundrkan batang kontolku menusuki antat Harry. Sungguh dengan posisi ini aku dengan leluasa membenamka seluruh batangan kontolku. Apalagi aku lihat pantat Harry yang begitu kenyal dan montok ini. Mataku mere melek menikmati setiap hentakan dan goyangan pantat Harry.

Lalu Harry membalik posisi lagi. Sehingga batang kontolku tercabut lagi dan teracung acung bebas. Kali ini aku yang telentang dan Harry dengan posisi duduk menghadapiku, sementara kontolku tetap menancap di pantatnya. Harry mendekatkan badannya sehingga bisa mencium dan meraba-raba dadaku. Aku mendengar dengus nafas Harry seperti orang yang baru saja berlari jauh. Posisinya yang mirip orang yang sednag menunggang kuda ini, membuatnya lebih leluasa mengatur dan menggoyangkan pantatnya.

Adik kecilku yang terjepit di antara dinding anus Harry mulai terusik karena rasa hangat itu mendera membangkitkan sensasi nikmatku. Tangan kananku tanpa sadar semakin kuat mengocoki batang kontol Harry sebagai pelampiasan. Dan dengan kombinasi naik turun seperti sedang menduduki sesuatu, batang kontolku kadang tercabut dan terlepas, namun karena posisinya masih tetap teracung ke atas, maka pantat Harry dengan mudah membenamkannya lagi.

Harry kini memasukkan seluruh batanganku dengan pelan-pelan sambil metutup mulutku dengan tangan kanannya. Aku menahan nafas sementara proses penetrasi berlangsung. Dan setelah sempurna, Harry mengambil alih untuk mengocok batanganya sendiri dengan tangan kanannya. Kulihat ekspresi keenakan, saat Harry terus memaju-mundurkan pantatnya. Aku benar-benar keenakan, sampai kepalaku bergoyang-goyang.

Lalu Hary melepaskan tangannya, dan meminta tanganku yang mengocoki batang kontolnya. Rupanya Harry terlalu terbawa perasaan sehingga dia muncrat duluan. Badannya bergetar dan kepalanya menggeleng geleng sambil melenguh. Ouuhhh…. Terus terusss.. akhhhhhhhhhhhh.. aku keluarrrrrrrrrr…
Crott…crottt…sprema Harry muncrat membasahi tanganku. Menyembur membasahi perut dan dadaku. Bau khas sperma cowok remaja ini segera tercium hidungku, dan itu semakin membangkitkan nafsu birahiku.

Harry masih terus menggenjot pantatnya dan semakin kupercepat gerakan pantatnya. Setelah beberapa menit, akhirnya akupun tak kuasa membendung rasa nikmat yang mendera dan meledak ledak dari pangkal kontolku. Batang kontolku berdenyut denyut terasa penuh.
Sesuatu yang sejak tadi pagi tertahan itu kini siap menyembur. Dan akhirnya crott…crott…muncratlah sperma hangatku di dalam pantat Harry.
Rasa panas seketika kurasakan, diikuti semburan spermaku yang terus menyemprot mengaliri dinding anus Harry. Aku menjadi lemas seiring tetes terakhir spermaku.
Aku hanya bisa melenguh perlahan seiring tuntasnya denyutan di kontolku.

Harry merebahkan badannya yang basah oleh keringat menindihku. Lalu dia memelukku erat. Ada perasaan tenang dan damai saat itu. Lalu dia membisiku “Sekarang Kakak kan juga melakukan hal yang sama. Jadi Kakak ga bakalan membocorkan rahasiaku yang berhubungan dengan Miko ke Mama,”katanya sambil nyengir.
Ahh busyet, rupanya Harry sengaja menjebakku ke dalam permainan sejenis ini agar dia punya senjata waktu tadi rahasianya kebongkar. Ah, masa bodoh. Akupun cukup menikmatinya kok…



Jadi Umpan 3some

Tony, adalah anak tunggal yang sudah all out dengan orang-orang di sekelilingnya kecuali keluarganya. Seseorang yang mempunyai mantan pacar lebih dari seratus orang dengan umur hampir seluruhnya di bawah 20 tahun. Bahkan dia bertekad menarik setiap orang straight ataupun gay yang di bawah umur 20 tahun untuk dikencaninya. Seseorang yang mempunyai banyak pengalaman di dunia gay.
Entah mengapa aku bisa menjadi temannya. Kupikir, aku perlu seseorang yang bisa menjadi teman yang baik untuknya, untuk membimbing dan memberinya masukan dan membimbingnya.

Walaupun kami belum pernah bertemu tapi kami sudah sering kontak lewat telepon, bahkan phone sex. Lewat kisahnya, dia mengaku bahwa ia suka mengerjai anak kecil di mall-mall di Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogya. Dia selalu bercerita bahwa jika ada anak kecil atau anak sekolah yang sedang pipis, maka kontolnya akan dipegangnya, dan jika tidak ada orang lain maka ia akan menghisap atau mengulum burung anak tersebut hingga spermanya keluar. Dia lakukan itu di kamar mandi mall. Wow…nekat!!
Saat itu aku masih belum percaya sepenuhnya, karena bisa saja cerita itu dikarangnya untuk bahan obrolan kami.

Dua minggu setelah perkenalan itu, dia nekad datang ke Malang untuk menemuiku, bahkan ia telah menyewa sebuah kamar yang terletak di dekat Kantor Walikota Malang. Saat itu aku datang ke sana dengan motor. Aku tidak langsung menemuinya di kamar, tapi memintanya menemuiku di lobby hotel. Ntuk emmstikan apakah memang dia serius datang ke kotaku ini. Setelah kucall lewat HP, kulihat seorang pemuda agak gemuk, berkulit kuning yang melambaikan tangannya ke arahku. Aku baru sadar, "Oh, itu toh yang namanya Tony".

Ia mengajakku ke kamarnya, memelukku, dan kubalas dengan pelukan juga walaupun sebenarnya aku sedikit risih, karena aku tidak terbiasa. Kulihat dia memiliki tampang yang lebih tua daripada aku walau umur sebenarnya baru 24 tahun. Aku sebenarnya agak heran, mengapa dia bisa berbuat seperti itu, bukankah di dalam ceritanya dia lebih memilih anak-anak muda dibawahnya sebagai objek pelampiasan seksnya.

Saat itu, setelah kami bercengkrama beberapa saat. Kemudian dia ingin melihat kontolku. Aku masih merasa risih. Dia mulai meraba gundukan di celanaku dan mengelusnya. Entah karena aku sudah lama tidak pernah menyentuh kontol orang lain hingga aku juga penasaran mencari gundukan di balik celananya. Akupun turut merabai selangkangan Tony. Kurasakan otot kontol di dalamnya sudah menegang. Dan kami mulai melakukan rabaan dan rangsangan satu sama lain. Akhirnya, tanpa ada yang mengkomando, kamipun melepas resleting celana masing masing dan mengeluarkan kontol masing-masing.

Saat kulihat, kontolnya uncut dengan ukuran yang rata-rata. Tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil. Warnanya kuning langsat, dan ketika kulupnya aku buka, nampak kepala kontolnya yang agak kemerahan. Ia memintaku untuk mengulum kontolnya, namun aku masih merasa belum siap. Terlalu tergesa-gesa menurutku. Dia juga bilang ingin mengulum kontolku. Namun aku merasaa tidak pede, karena aku juga belum membersihkan diri. Takutnya bau dan malah bisa ilfil lawan mainku.
Akhirnya setelah aku pamit ke kamar mandi untuk buang air dan bermaksud membasuh kontolku, justru Tomy menyusul ke kamar mandi. Dan dia melihat proses aku kencing dan terus memperhatikan kontolku yang mengeluarkan air kencing. Dan diperhatikan seperti itu, membuatku terangsang dan kontolkupun menegang. Dan itu membuat proses kencingku berlangsung lebih lama, karena kontolku menegang. Belum sempat aku membasuh kontolku, Tony langsung menyambar kontolku dan langsung menghisapnya. Cukup kaget juga dengan aksi yang cepat itu.

Aku tidak dapat berbuat banyak, apalagi aku juga cukup menikmati setiap jilatan dan kuluman mulutnya di batang kontolku. Sambil terus mengulum kontolku, dia membimbingku ke bath up kamar mandi. Akhirnya dengan tetap kontolku dikulumnya, seluruh bajuku dilepasnya satu persatu. Akhirnya kamipun telanjang di bath up itu dan saling melakukan oral seks satu sama lain.
Itulah pertama kalinya aku melakukan posisi 69. Sebelumnya, memang aku tidak tahu apa-apa. Namun kejadian itu cuma sebentar, karena dia kemudian memintaku untuk melepaskannya kemudian dia memintaku untuk berbaring di sampingnya. Lalu mulai memegang biji pelerku tanpa aku diperbolehkan berbuat apa-apa. Ia menekan dan memijitnya sampai aku kesakitan. Lalu ia onani sampai keluar, sedangkan aku tidak diperbolehkannya melakukan apa-apa. Lalu dia menarik kepalaku dan memintaku untuk kembali menghisap kontolnya. Karena masih dalam suasana terangsang akupun dengan senang hati mengulum dan menhisap kontolnya.

Sementara dia terus mengocoki kontolnya hingga akhirnya dia mengejang dan mengerang, pertanda dia mau ejakulasi. Karena dia menekan kepalaku hingga terus dalam posisi mengulum kontolnya, seluruh spermanya memenuhi mulutku. Rasanya agak manis bercampur pahit dan sedikit ketir, dan itulah pertama kalinya juga aku menelan dan merasai cairan sperma. Setelah itu selesai, dia bersikap dingin dan aku dibiarkannya saja. Sehingga ejakulasiku juga tidak pernah tercapai.
Dan itu berlanjut lagi, ketika kami melakukan lagi saat malam harinya. Aku tidak diperbolehkannya untuk menyentuh kontolnya atau mengocoknya karena dia bilang merasa tidak enak jika dilakukan oleh orang lain selain dirinya. Lho???

Sebenarnya kejadian kedua saat tengah malam itu, aku berharap lebih. Karena saat itu aku juga sedang tegang penuh. Awalnya, ia memelukku dan mulai mencumbuku sebentar, lalu mulai membuka celananya. Aku juga membuka celanaku sendiri, karena aku juga sudah sangat horny hingga kami berdua hanya menggunakan celana dalam saja. Ia kembali meraba kontolku lalu ia membuka sendiri celana dalamnya dan mulai mengocok kontolnya sambil memegangi kontolku. Namun ketika aku akan memegangi kontolnya, dia menepis tanganku. Walaupun aku sudah tegang, sehingga aku merasa hanya jadi boneka saja. Akhirnya aku berinisiatif, kucoba agar aku yang mengocok kontolnya dan ia yang mengocok kontolku.
Dia mau. Syukurlah. Aku mencoba mengocoki kontolnya yang ukuran standart itu dengan penuh perasaan. Aku buka kulupnya sedikit sambil aku elus elus. Lalu aku variasikan dengan kocokan dan remasan di pangkal kontolnya. Sementara dia juga mulai meremasi dan mengocoki kontolku. Akupun mulai merasakan libidoku mulai naik ke ubun ubunku. Jadi memang seperti inilah yang kuminta, kita take and give, bukan permainan satu arah. Namun ternyata di luar dugaanku, saat aku mengocok kontolnya dengan genggaman cukup kuat, justru ia keluar dengan sangat cepat. Spermanya mengalir dan membasahi tanganku. Ya, ejakulasi dini!!. Lalu setelah dia muncrat, dia justru melepaskan kocokan tangannya di kontolku, dan aku dibiarkan menganggur lagi tanpa penyelesaian akhir.
Ah, dua kali berhubungan seks aku hanya merasakan kekecewaan. Aku merasa hanya menjadi objek untuk melepaskan hajatnya dengan tanpa berarti.Pupuslah harapanku untuk ML yangtiga kalinya. Rasa kecewaku, mendorongku untuk pulang ke rumah. Ketika aku utarakan maksudku untuk pulang, Tony melarangku dan memintaku untuk menemaninya di kamar hotel.
Aku masih sedikit bersabar dan mengurungkan niatku untuk pulang. Siapa tahu, ada kejadian ketiga kalinya. Entah tengah malam ataukan besok pagi harinya.

Pagi hari, saat aku bangun tidur aku terkejut karena mendengar suara orang bercakap cakap. Rupanya Tony tidak ada disebelahku, dia sedang berbicara dengan seseorang di kamar mandi. Ah kudengar suara air berkecipak, sepertinya air kencing yang mancur dan jatuh ke dalam closet. Lalu kudengar suara “Jangan Mas, ntar ketahuan temennya Mas”.
“Gapapa kok,”kudengar suara Tony berbisik.
Lalu kudengar suara air menyiram closet itu dan sesosok pria muda keluar dari kamar mandi dengan wajah sedikit cemas.
Dan Tony menyusul dibelakangnya dengan muka sedikit masam.
“Oh ya, ini kenalkan Koko A-Shiong”,Tony mencairkan suasana.
Akupun menjulurkan tanganku memperkenalkan diri dengan kusunggingkan senyum. Cowok muda ini memperkenalkan namanya “Fredy”.
Umurnya sekitar 18 tahun dengan potongan rambut mohawk, kulit kuning langsat, tubuh berisi dan hidunya cukup mancung. Manis!!.
Untuk beberapa saat, kami berdiam dan larut dalam tontonan TV. Namun dapat kulihat, Tony sudah sangat gelisah dan terus memandangi paha Fredy, yang kebetulan sedang memakai celana jenas tiga perempat. Sedangkan Fredy lebih banyak mencuri pandang ke arahku, seolah dia begitu memperhatikan kumisku. Dan secara tiba tiba, entah karena sudah tak tahan melihat paha Fredy yang putih dan ditumbuhi bulu-bulu halus, ia kemudian mendekati Fredy dan mencium bibirnya. Fredy agak kaget, dan berusaha mendorong Tony.
Tetapi karena serangan Tony begitu gencar, akhirnya Fredy membalas ciuman Tony. Sungguh kurang ajar juga Tony ini, yang menganggapku bagaikan patung. Tapi aku mencoba bersabar, karena akupun penasaran melihat adegan panas tepat didepan mataku ini. Apalagi saat itu kontolku juga sedang tegang tegangnya, karena baru bangun tidur. Lalu sejenak, kulihat Tony dengan pagutan begitu panasnya terus merangsek dan sambil meremas-remas kontol Fredy yang menonjol dari balik celana pendeknya. Dengan satu sentakan, kedua tangan Tony menarik turun celana Fredy yang ternyata tidak mengenakan celana dalam sama sekali. Dengan cepat ia mendorong tubuh Fredy berbaring di ujung kasur dan memegang kontol Fredy lalu mencium dan menjilatinya. Oh, rupanya Tony begitu ganas dan terangsangnya dengan Fredy ini.

Sejenak, tangan kiri Fredy menarik tanganku, beraksud untuk mengajakku dalam permainan seks ini. Antara ragu dan terangsang, akhirnya akupun mendekat. Dan sambil terus melakukan aksinya terhadap Tony, tangan kiri Fredy mengelus-elus kontolku di balik celana pendekku. Tony terus mendesak Fredy dan membantu membuka celana pendeknya hingga bertelanjang.

Baru kusadari, rupanya Tony kemaren memang tidak begitu bernafsu padaku. Karena aku bukan typenya. Karena kini dengan Fredy yang usianya lebih mud ini, Tony begitu ganas dan sangat garang.
Akhirnya akupun menyadarinya dan berusaha memakluminya. Dan akupun mulai memfokuskan lagi pada permainan seks bertiga ini lagi.
Celanaku kini sudah dilepas oleh Fredy dan akupun telanjang bulat. Dan kontolku tegang teracung acung menantang. Dan aku lihat Tony yang juga sudah telanjang berdiri, dengan kontolnya yang uncut dan berukura standart itu.
Dengan dua pria yang sudah telanjang bulat ini membuatku semakin terangsang. Fredy meremas-remas kontolku sambil menciumi kontol Tony. Akhirnya akupun begitu larut dalam permainan ini. Lalu ia memintaku berbaring dekat Tony sambil menciumi kontolku dan kontol Tony secara bergantian. Wow…
Tony lalu bangun dari sikap berbaring dan membukai celana Fredy hingga terbuka lebar. Fredy kemudian meminta kami berdiri di kanan kirinya, lalu ia berlutut di dekat kaki kami berdua dan menciumi kontol kami berdua. Kedua tangannya memegang kontol kami semakin mendekati mulutnya dan akhirnya kedua kepala kontol kami ia lumat bersama-sama dalam mulutnya. Karena kontolku ukurannya lebih besar, maka mulut Fredy cukup penuh oleh kontolku. Sedang kontol Tony sebagai penutup sela mulut Fredy saja. Namun itu sudah kurasakan begitu nikmatnya. Buktinya, aku dan Tony mengerang merasakan serangan mulut dan lidah Fredy pada kontol kami berdua.
Tony yang sudah horny dan semakin terangsang, lalu menarik tubuh Fredy berdiri dan menempatkan tubuh Fredy tepat berhadapan dengannya. Ia angkat paha kiri Fredy agar kontolnya bergesekan langsung dengan kontol Fredy. Digesek-geseknya dengan perlahan, sehingga dua kontol itu pun saling anggar. Dalam posisi berdiri itu, Fredy diserang oleh Tony. Kedua tangan Fredy melingkari leher Tony. Aku mengangkat kaki kanan Fredy agar ikut merapat ke paha Tony dan bahkan kedua pahanya kini melingkari pinggang Tony.
Dengan ludahnya, ia membalur kontol tersebut dan memasukkannya perlahan-lahan ke dalam lubang pantat Tony. Tony yang menelungkup merintih menikmati perbuatan Fredy. Kedua tangannya meremas-remas sprey ranjang mereka. Fredy tersenyum melihat Tony berhasil digagahinya. kontolnya yang cuku panjang itu menancap mantap di lubang anus Tony. Lalu tangan kanan Fredy menarik tanganku untuk menyetubuhinya dari belakang.
Kuarahkan kontolku ke lubang anus Fredy yang kini dalam posisi digendong oleh Tony. Aku menekannya agar kontolku semakin measuk ke lubang anus Fredy. Kurasakan lubang anus cowok remaja ini masih begitu sempitnya.
Melalui jari tanganku yang telah kulumuri pelicin, aku mencari lubang anus Fredy. Kuciumi sebentar dan kumasukkan kontolku ke dalam lubang anusnya dari belakang tubuhnya sambil meremas kedua belah pantatnya yang indah. Kujejalkan kontolku memasuki lubang anusnya. Ia mengerang merasakan nikmat akibat kontolku yang menghunjam dalam-dalam ke lubang anusnya.
Agar menambah seru permainan, liang anus Fredy kuelus-elus lembut dengan jari telunjuk dan kuborehkan air ludahku ke situ hingga jariku leluasa menerobos masuk. Mula-mula hanya satu jari, kemudian kutambah dengan jari tengah memasuki anusnya.
Di bawah Fredy, Tony mendesah merasakan desakan kontol panjang milik Fredy ke dalam analnya. Gerakan Fredy pelan tapi mantap sambil sesekali menggeliat-geliatkan pantatnya ke kiri dan kanan menikmati kontolku memasuki rongga bawah tubuhnya.
Fredy mengerang mengimbangi erangan Tony di bawah tubuhnya. Enisnya terus menusuk nusuk pantat putih milik Tony. Melihat geliat pantat Fredy yang menggemaskan itu, kucabut kontolku dari lubang anusnya, membuat dia menoleh ke belakang. Sambil mengelus-elus lubang anusnya bagian belakang, Fredy eakan meminta kontolku menghunjaminya. Lalu kuarahkan kontolku memasuki lubang anusnya, sehingga kepalanya mendongak menahan nikmat, “Ehhhhsssttt, ooohhh, yaaahh, enak bangetttt …… akhhhh… oooougggghhhhhh …” rintihnya.
Setelah kontolku leluasa masuk ke dalam anus Fredy, kucabut lagi dan kuterobos lubang anusnya dengan cepat. Aku variasikan dua tusukan ke lubang anusnya hingga kepala saja lalu dua tusukan dengan hunjaman keras, hingga seluruh batang kontolku terbenam, begitulah kulakukan secara berulang, membuatnya merintih makin kuat. Fredy mengerang erang karena dia merasakan sensasi nikmat yang maksimal, ditusuk di pantatnya dan menusuki pantat.
“Ooougggghhh…” desah Fredy sambil meneruskan gerakannya membongkar dan menambal lubang anus Tony dengan kontolnya yang panjang itu.
Memang aku berusaha membuat variasi tusukanku. Kadang kucabut kontolku dengan cepat setelah satu tusukan dengan pelan, lalu memasukkan dengan cepat kilat ke lubang anus Fredy itu. Silih berganti kulakukan dengan gerakan semakin cepat.
Fredy mendesis-desis seperti orang kepedasan, “Ssssssshhhhh ….. aakkkkhhhh, oooohhhhh. …… mmmpppfff ….. sssshhhhhh ….. aahhhh”
Sambil menarik kedua pantatku agar memperkuat dan mempercepat gempuranku pada lubang anus Fredy, aku juga merabai dada dan tetek Fredy. Fredy semakin mempercepat gerakannya di atas tubuh Tony. “Aaaakkkhhh ….. Oooohhhhh ……. Uuuuuhhhhhhh ….. aaaa hhh.”Fredy meracau dan mengerang erang karena rasa nikmat begitu kuat menderanya.
Fredy semakin mempercepat dorongan pantatnya naik turun di atas tubuh Tony. Lalu tangan kanan Fredy menyusup di bawah tubuh Tony meremas-remas kontol Tony. Tony agak mengangkat pinggulnya hingga tangan Fredy leluasa mengocok kontolnya. Pantat Fredy meliuk-liuk di atas tubuh Tony sambil terus menerima hunjaman kontolku secara bergantian pada lubang anusnya. Desahan Fredy makin kuat. Dengan suatu hentakan panjang, kumasukkan kontolku ke dalam lubang anusnya sambil memeluk pinggangnya erat-erat. “Oww… akhhhhhh… yessss” erangku sambil menanamkan sedalam-dalamnya kontolku ke lubang pantat montok cowok muda ini. Lubang anusnya mencengkeram kontolku dengan kuat hingga terasa seolah-olah dijepit oleh kunci tang, karena saking kuatnya jepitan dinding anus Fredy.
Hingga ahirnya aku tidak kuasa menahan letupan dari jkantung spermaku yang akan menyemprot. Aku tarik kontolku secapat kilat. Akibatnya, semburan spermaku tertahan oleh gerakannya dan setelah kucabut, kumasukkan lagi kontolku ke dalam anus Fredy sambil menyemprotkan spermaku di dalamnya. Fredy melolong panjang, dan akibatnya iapun akan mencapai puncak kenikmatan juga. Tubuhnya bergetar., “Aaaaooooohhhhh ….. aku juga mau muncratttt?” jeritnya. Di bawahnya Tony juga menyusul dengan geraman yang tak kalah kuat, tekanan kontol Fredy dan jari-jari Fredy yang menggenggam kontolnya kuat-kuat membuatnya mencapai orgasme secara sempurna. Sperma Tony tumpah ruah di kasur cukup banyak.
Setelah masing masing meneteskan semburan sperma yang terakhir, akhirny saling merebahkan diri ke kasur. Peluh membasahi sekujur tubuhku, dan juga tubuh cowok muda Fredy ini.
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, akhirnya kami mengobrol lagi. Barulah kuketahui kalau Tony mengajakku ketemuan ini untuk menarik Fredy agar mau diajak ketemuan Tony. Jadi sebenarnya Tony memang tidak terlalu suka denganku, karena dia hanya butuh aku untuk menarik minat Fredy yang menjadi tujuan utamanya datang ke kota ini. Karena selera Fredy memang pria usia dewasa sepertiku. Ah…tapi biarlah, toh aku juga mendapatkan pengalaman orgy pertama kali dalam hidupku, dan sungguh rasanya begitu nikmatnya.

Kebiasaan Mengintip

Namaku Raffael da Costa, umur 18 tahun. Aku termasuk seorang siswa yang cukup pandai di salah satu SMU Negeri di Surabaya. Ciriku, tinggi 171 cm dan berat 62 kg. Sebenarnya untuk ukuran cowok, bisa dikatakan bahwa aku cukup kurus lah.

Sebenarnya tampangku biasa saja, tapi entah kenapa banyak yang bilang kalau aku cute. Kesehariannya aku dipenuhi dengan jadwal yang padat oleh berbagai macam kegiatan dan les. Sebenarnya aku cukup capek. Tapi demi cita-cita dan demi berbakti pada kedua orang tuaku, aku harus rajin belajar dan menyibukkan dengan berbagai aktifitas.
Aku sebenarnya anaknya rada pendiam, dan kurang bergaul. Tapi aku punya teman yang cukup akrab, namanya Irvan. Dari dialah aku bisa belajar macam macam. Mulai dari mencoba coba rokok. Mencoba minum bir. Belajar chat di internet. Dan yang paling konyol adalah dia menunjukiku lubang kecil di toilet umum di dekat pelabuhan. Kebetulan rumahku memang dekat dengan pelabuhan.

Toilet ini banyak digunakan oleh warga kampung dan beberapa pengunjung pusat pertokoan. Awalnya Irvan mengajakku untuk mengintip cewek buang air kecil ataupun ibu ibu yang mandi. Ada keasyikan tersendiri saat mengintip orang telanjang di toilet itu. Karena aku jarang bergaul, maka aksi mengintip di toilet ini menjadi hiburanku manakala aku penat dari belajar ataupun cape habis beraktifitas.

Kadang aku datang ke tolet itu sendirian tanpa ditemani Irvan. Dari beberapa orang yang aku intip, entah mengapa aku merasakan perasaan berbeda ketika mengintip cowok buang air kecil. Melihat ukuran kontol beberapa cowok cukup membuatku bergetar dan berdesir. Dan yang paling aku suka justru jika yang aku intip itu cowok muda dengan kulit bersih atau putih. Sering aku meluangkan waktu di toilet ini, untuk mengintip. Dan sudah puluhan kontol anak remaja muda yang masuk ke toilet ini untuk buang air sudah aku lihat. Terkadang ada yang cakep juga yang masuk ke dalam toilet, tapi sebagian besar malah warga kampung dan para ibu ibu. Karena kalau cowok, biasanya cukup mencari pohon ataupun sudut bangunan untuk buang air. Hanya cowok rumahan yang biasanya buang air di toilet umum.

Nah, sampai pada akhirnya suatu hari di sore hari yang masih cukup terik. Ada peristiwa yang membuatku teringat terus. Ada cowok chinese, umur 18 tahunan, wajahnya tergolong cute dan bersih masuk ke toilet umum itu. Dia Badannya cukup bagus, mungkin dia suka olahraga. Pakaian seragam sekolahnya juga bersih. Setelah aku perhatikan, cowo ini menutup pintu toilet, lalu celingak celinguk seolah mencari sesuatu. Dia juga sempat memperhatikan lubang tempat aku mengintip.

Aku takut ketahuan, tapi rupanya dia bersikap biasa dan sepertinya tidak tahu kalau sedang aku intip. Lalu dia membuka resleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang gak sunat. Lama aku perhatiin kontol berwarna coklat kekuningan yang masih ada kulupnya itu. Bukannya buang air, dia malah mengusap usap kontlnya sehingga tegang berdiri. Lama aku tunggu, air kencingnya tak kunjung keluar. Rupanya dia memang tidak berniat buang air. Tapi malah melakukan onani. Makanya dia bersandar di dinding toilet sambil terus mengocok kontolnya. Kontolnya kini dalam keadaan ngaceng. Dia buka kulup kontolnya dan dia tarik ke belakang, sehingga kini menyembullah kepala kontolnya yang berwarna kemerahan. Dia ambil air dan dia basuh ujung kontolnya yang ada smegmanya. Kotoran berwarna putih di sela sela kulupnya itu dia bersihkan pakai air, lalu ketika kontolnya sudah tegang penuh. Dia mulai mengocok kocok kontolnya sambil matanya merem melek. Aku perhatikan dengan seksama, dia keenakan ngocok kontolnya yang kini warnanya merah banget.

Dia ngocok sambil tetap mengenakan seragam sekolahnya yang berwarna krem dengan celana abu-abunya. Jadi dia cuma membuka resleting celananya saja. Wow seksi banget. Dia ngocok sambil bergaya dimaju mundurin kontolnya ke atas. Dan kulihat rona keenakan di wajahnya. Lama dia mendesis desis sambil mengocok kontolnya. Lalu dia mengeluarkan HP dan memutar video porno untuk membantunya menerawang imajinasi seksualnya. Kini celananya tidak lagi dipakai, tetapi dia pelorotin sebatas lutut. Tapi karena lantai basah, dia akhirnya lepaskan celananya agar celananya tidak basah. Kini dia hanya memakai celana dalam berwarna hitam. Ups.kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih dan mulus itu. Aku yang menyaksikan adegan itu, rupanya ikutan tegang. Sepertinya aku terangsang melihat adegan cowok chinese onani di depanku. Dan tanpa sadar aku elus elus jendolan kontolku yang masih terbungkus celanaku ini.

Lama dia mengocok sambil sesekali memejamkan matanya. Kadang jari tangannya dia kenyotin, sedang tangan yang lain terus mengocok kontolnya. Kadang dia membasahi kontolnya dengan air. Lalu dia kembali mengocok kontolnya. Hingga akhirnya dia mengambil sabun dan menyabuni kontolnya hingga berbusa. Akibatnya selangkangannya penuh dengan busa. Dan mau tidak mau dia harus melepaskan celana dalam hitamnya agar tidak basah kena busa sabun. Menyaksikan cowok chinese berkulit putih telanjang di depan mataku, membuatku semakin horny. Akhirnya aku rogohkan tanganku ke dalam celanaku dan aku raba raba kontolku sendiri. Ada cairan precum di ujung kontolku pertanda aku terangsang berat.

Dia kini mengocok kontolnya dengan bantua busa sabun. Dan itu membuatnya semakin blingsatan, karena efek licin sbun itu mempercepat proses onaninya. Sampai tiba tiba dia mengerang pelan, dengan diikuti otot lututnya menegak dan tubuhnya menegang. Akhirya dengan lirih dia mendesah, uuuuuurghh...urghh.... Sambil tangannya terus mengocok dan akhirnya kocokannya berhenti karena dia akan memuncratkan pejuhnya "Crootttt croottt croot….!. Aku lihat dia melihat semburan spermanya yang muncrat di dinding toilet. Lalu dia menggelinjang ketika kontolnya dia basuh dengan air. Mungkin dia kegelian. Lalu dia mengenakan kembali celana dalamnya dan memakai celana abu-abu seragam sekolahnya. Lalu dengan langkah gontai dia keluar toilet. Aku sungguh penasaran dan berusaha mengikuti jejak cowok chinese itu. Rupanya dia menuju ke arah sekolah negeri 4 yang berada di kompleks itu. Berarti dia satu sekolahan dengan aku. Mengapa dia harus ke toilet umum jika hannya untuk onani.

Dan mengapa sudah sore begini dia masih di sekolah. Padahal aku sudah pulang dari tadi bahkan sudah makan siang segala. Rupanya anak chinese tadi masih ikutan ekstra kurikuler komputer. Dan akhirnya akupun berusaha menunggu selesainya kegiatan ekstra kurikuler itu. Tetapi agak lama menunggu, membuatku bosan. Akhirnya aku memutar ke belakang Lab komputer untuk mencari tau. Aku intip instrukturnya adalah Pak Jhony, dan anak chinese tadi duduk di dekat jendela. Dia menoleh ke arahku, dan aku buru buru memberinya senyum dan diapun tersenyum balik.
Dan rupanya selang 10 menit, kelas ekstrakurikuler komputer itu sudah kelar. Aku buru buru ke depan lab dan mencoba mencari anak chinese tadi. Rupanya di badge seragamnya tertera namanya Stefanus I.A.

Lalu aku dekati dia dan mengajaknya kenalan. Rupanya dia anak pindahan, dan masih kelas XI. Dan dia ngekos sekitar 200 meter dari toilet tadi.
Aku mengajaknya ngobrol smbil berjalan ke arah kost-an dia. Dan seperti yang aku rencanakan, dia akan menawariku untuk mampir kost nya.
Setelah melepaskan sepatu dan kaos kaki, dia membuka baju seragamnya. Dan kini hanya memakai kaos singlet. Rupanya di kamarnya dia memiliki laptop. Lalu obrolan kami mengarah pada kegiatan ekstrakurikuler computer. Dan diapun terkena pancingaku soal software statistik, dan berniat menunjukkan programnya di laptop.

Ketika sudah membuka laptop, bukannya konfirmasi soal software statistik itu, aku malah nanyain tentang file video bokep. Dan ternyata dia punya banyak file bokep itu. Lalu dia membuka folder X-files yang rupanya berisi video hasil download-an. Aku terus asyik menyaksikan video di laptonya. Sementara Stefanus sibuk keluar masuk kamar dan kini telah berganti celana pendek. Menyaksikan adegan bokep itu membuatku terangsang. Sewaktu Stefanus keluar kamar, kuelus jendolan kontolku. Aku makin dibuat terangsang. Akhirnya aku gosok gosok kontolku yang masih terbungkus celana itu. Cairan precumku semakin banyak saja, apalagi sejak menyaksikan adegan Stefanus oanani tadi, kontolku belum juga dikeluarin. Saat aku tengah asyik menggosok kontolku, Stefanus masuk kamar dan memergoki aksiku.

“Hayoo..sedang ngapain tuh”tanyanya.
Aku memang kaget, tapi aku pura pura tidak memperdulikan dia.
“Baru ngeliat satu adegan aja udah ga tahan. Nih aku, biar seratus video bokep aku bisa tahan ga ngaceng” sesumbarnya.
“Oh ya? Beneran neh? Trus ngapain tadi kami di toilet umum sana tadi,”mulutku tak bisa direm.
“Hah?”kulihat Stefanus terkejut.
“Emang kamu ngeliat,”tanya dia.
“Iyah”, jawabku singkat.
“Jadi kamu tau kalo aku tadi onani? Kamu ngeliat burungku? Kamu ngintip ya?”Cecar Stefanus dengan muka memerah.
“Gapapa lah. Lumrah kok. Tapi aku suka kok ama kontol kamu. Lucu. Apalagi ga sunat gitu,”jawabku.
“Yah curang. Kamu nakal yah. Emang kamu sunat?”,ujarnya.
“Iyah” jawabku.
“Boleh liat”
“Yah jangan!.”

Stefanus berusaha meraih celanaku dan memelorotkan celanaku. Akhirnya terjadi aksi saling tarik menarik.
Rupanya aku kalah sigap, karena dia berhasil membuka resleting celanaku. Tapi karena aku memakai celana dalam, jadinya usaha dia sia sia.
“Coba liat dong punyamu”pinta Stefanus terkesan iseng. Mungkin dia asal bilang aja. Tapi itu sudah menjadi alasan untukku agar menunjukkan kontolku. Karena memang itu yang aku harapkan dan aku tunggu.

Akhirnya aku membuka kancing celanaku dan memelorotkan celana dalamku. Aku tunjukkan kontolku. Stefanus memandanginya sekilas, dengan mulut ternganga karena terkejut aku nekad melakukan aksi pamer kontol. Sungguh hal di luar perkiraannya. Dan aku yang memang niatnya berbuat mesum, langsung kupelorotkan celanaku dan kuraih kontolku, dan aku kocok kocok di depan Stefanus. Kulihat Stefans memalingkan muka. Mungkin dia malu menyaksikan adegan yang tidak pantas ini. Tapi aku masih tetap nekad, karena memang itu misiku hingga mampir ke dalam kamar kost Stefanus ini.

Aku terus mengocoki kontolku, dan kuiringi dengan desisan berharap Stefanus menoleh dan menyaksikan aksiku. Agak lama aku berbuat seperti itu, dan Stefanus masih tidak mau menoleh. Lalu aku berpura pura berteriak “Ahhhh…” agak cukup keras. Dan pancinganku berhasil Stefanus menoleh sambil tersenyum.
“Ga usah malu-malu. Ngocok bareng aja yuk,”ajakku. Tapi Stefanus tak bergeming.
“Kita tanding lama lamaan ga keluar. Kuat kuatan,”tantangku. Rupanya muslihatku ini berhasil. Stefanus akhirnya tertantang. “Beneran? Emang yang menang dapet apa?,”tanya dia.
“Boleh minta apa aja. Yang menang ditraktir di restoran,”jawabku spontan meralat demi menarik minat Stefanus.

Rupanya dia tertarik, dan menjawab “Boleh”.
Lalu diapun dengan malu-malu memegangi ikat pinggang celananya. Ada kkeraguan di hati Stefanus. Lalu aku mendekat dan berusaha membantu memelorotkan celananya.
“Udah, ga usah malu. Toh udah sama sama gede aja,”pancingku meyakinkan.
Akhirnya Stefanus membuka celananya, dan kontolnyapun dikeluarkan. Kontolnya masih lemas, dan belum terangsang penuh.

“Oh ya, lombanya itu bukan mengocok sendiri lho ya. Tapi ngocokin punya lawan. Jadi kamu ngocokin punyaku, dan aku mengocokin punya kamu,”kataku meralat aturan permainan.
“Hah?”kulihat Stefanus kaget dan tak menyangka aturan lombanya diralat.
Akhirnya kepalang tanggung Stefanus memegang kontolku, ketika aku dengan sekuat tenagaku terus mengocoki kontolnya yang belum sunat itu. Awalnya memang agak susah membuat kontol itu menegang. Namun dengan pengalamanku yang cukup, aku tekan titik titik tertentu sambil aku kocok pelan, akhirnya kontol itu perlahan berdiri mengeras.

Kulihat Stefanus agak ragu ragu mengocoki kontolku yang ukurannya lebih besar dari punya dia. “Pokoknya yang kalah, yang nraktir lho ya,”aku mengingatkan. Dan itu membuat Stefanus bersemangatdan lebih keras mengocoki kontolku. Ada rasa nikmat saat tangan halus miliknya mengocoki kontolku yang telah tegang penuh itu. Aku memang begitu terangsang melihat tubuh mulut nan putih milik pria keturunan chinese ini. Apalagi kontolnya yang uncut itu juga begitu menarik minat dan nafsuku.

Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu memainkan tangannya, di kotolku. Kulihat dia begitu tenang. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak. Mungkin karena karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya.
Kepalang tanggung, aku akhirny nekat. Kutundukkan kepalaku, dan kubuka mulutku lalu dengan sigap aku kulum kontol Stefanus. Dia begitu terkejut dan berusaha melepaskan diri. Namun kontolnya kini dalam hisapan mulutku dan tak bisa lepas. Mungkin karena rasa enak ketika lidahku menyentung batang kontolnya, kulihat Stefanus tidak lagi berusaha mendorong kepalaku lagi. Tangannya yang memegangi kepalaku, kini dorongannya semakin melemah. Hanya suara desahan yang kudengar “Ohhhh…ahhhh”.

Yes!! Sukses!! Sorakku dalam hati.
Lama aku kulum kulum kontol tak bersunat itu. Kadang ujung kulupnya aku sedot kuat kuat, dan itu membuat Stefanus menggelinjang gelinjang menahan rasa nikmat. Sesekali aku variasikan dengan mengecupi batang kontolnya, dan bulu-bulu kontolnya aku gesek gesek dengan mulut dan hidungku. Lalu biji pelernya juga aku jilat-jilat, dan sela sela garis kontol dan lubang anusnya juga aku jilat jilat dengan lidahku, dan itu membuat Stefanus semakin menggeliat sambil mendesis desis.

Lalu lidah kugeser makin ke atas ke batang kontolnya, dipegangnya kepalaku dan diapun tidak lagi emndesis tetapi mulai merintih kenikmatan. Beberapa lama kugeserkan lidahku di buah peler dan batang kontolnya yang makin membengkak. Hingga kini kulupnya membuka dan kepala kontonya terbuka bebas, layaknya orang sunat. Karena kenikmatan yang begitu hebat, tanpa terasa Stefanus telah menggoyang pantatnya mengikuti aksiku. Kadang diangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba aku melakukan sedotan kecil di kepala kontolnya, hal itu membuat Stefanus terlonjak sambil merintih. “Ohhhhhh…aduhhhhhhhhh enakkkk bangettt”. Akhirnya dengan semangat aku menyedoti kepala kontolnya, kadang kusedot kadang kupermainkan dengan ujung lidahku. Memang dengan variasi itu, kenikmatan yang dia dapat luar biasa, seluruh kelamin sampai buah peler, gerakan dia makin tak terkendali. Birahiku juga sudah sampai puncak menyaksikan ulahnya yang terus menggeliat karena keenakan itu. Kutelusuri pangkal kontolnya lagi dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung kontolnya yang mengkilat itu, berkali-kali.

"Ahhh... Enak sekali..." dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahan Stefanus membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di alat kelaminnya yang tidak disunat itu. Tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, dengan kontolnya yag memerah itu persis di depan lubang pantatku. "Dik, aku masukin dikit ya, Lagi pengen sekali."kataku lirih.
Stefanus sudah tidak dapat berfikir jernih.
Kupegang batang kontolnya yang belum sunat itu, kutempelkan pada lubang pantatku, kusapu-sapukan sebentar di bongkahan dua pantatku, dan... oh, ketika kepala kontolya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Begitu juga kulihat respon Stefanus. Dia malah memejamkan matanya, sambil terus merintih keenakan.

Beberapa detik aku tidak berani bergerak, tetapi tanganku masih memegangi kontolnya yang belum sunat itu. Ujung kontolnya memang masih menancap di ujung lubang pantatku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil di ujung anusku. Aku memang tidak yakin apakah kedutan itu berasal dari pantatku, ataukah dari kontolnya yang belum sunat itu.

Lalu kuangkat sedikit pantatku, dan kuturunkan sedikit hingga gesekan ujung kontolnya terasa menggeser lubang pantatku. Kudorong pinggulku ke bawah, dan makin dalam batang itu menembus dinding anusku, kenikmatan makin dalam kurasakan. Memang hampir separuh batang kontolnya sudah melesak dalam lubang pantatku. Jujur, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika kontol masuk ke dalam lubang pantat, padahal sudah separuh. Kujepit kontolnya dengan otot dalam lubang anusku, agak kusedot ke dalam seperti sedang mengejan saat buang air besar. Lalu setelah relaks, kulepas kembali Kulakukan itu berulang-ulang.

"Oh.. hhhhh sungguh nikmat sekali. Auuhhhhhhhhhh" Kudengar Stefanus mendesis-desis, sambil dadaku diremas-remas. Selai itu putting tetekku yang kecil itu juga diremas-remasnya. Dan itu semakin membuat aku merintih-rintih keenakan. Lalu dengan segera aku masukkan seluruh batang itu ke dalam lubang pantatku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga kontol Stefanus yang tidak sunat itu seluruhnya masuk ke lubang pantatku, tidak ada rasa sakit. Karena yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak. Oh, sungguh enak rasanya., apalagi saat aku goyang goyang.

Sementara tangan Stefanus sibuk memilin dan meremas serta mengocok kontolku dengan penuh nafsu. Kadang pelan, kadang keras, mengikuti alunan hentakan goyangan pantatku.
Karena rasa nikmatnya, aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, dadaku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Stefanus erat-erat. Tangan kiri Stefanus mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan meracau kontolku yang terus menegang dan berdenyut denyut mengikuti denyutan lubang pantatku yang sedang menjepit kontol Stefanus. Aku makin dibuai beribu kenikmatan. Sambil merintih-rintih, terus kukocok dan kugoyang pinggulku. Nikmat itu kurasakan karena benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah menyusuri dinding dinding anusku.

Selang beberapa lama, tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan yang tadinya kecil kini makin keras dan akhirnya meledak. Kocokan tangan Stefanus di batang kontoku telah membuat kedutan dan kelonjotan kontolku hingga ejakulasi hampir sampai. Dan itu membuat lubang anusku menyempit-melebar seiring kedutan kontolku. Lalu tanpa dapat aku tahan, menyemburkan spermaku dan muncrat di perut kami berdua. Basah!!!.Crottt…crotttt.. crottt… crottt…

"Ahhhhhhhhhhhh..."aku merasa lega. Saat aku ereksi itu, kutekan pantatku ke kontolnya, dan kurasakan kedutannya keras sekali. Sungguh saat itu yang kurasakan nikmat sekali. Aku terasa terbang melayang layang. Dan hampir bersamaan dari dalam lubang pantatku terasa cairan hangat, menyemprot dinding usus besarku. Crettt crettt crettt kurasakan semprotan sperma Stefanus menyembur. "Ooohhhhhh..."rupanya Stefanus juga ejakulasi akibat kedutan kontraksi lubang anusku tadi. Ahhh…akhirnya anusku terbobol juga oleh cowok chinese yang memang typeku.