BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Teman PMR SMA

Namaku Irvan, 22 tahun. Aku akan menceritakan kisahku waktu aku masih di kelas 2 SMA di Malang. Aku sekolah di SMA swasta Katolik terkenal di kota dingin ini. Aku termasuk anak yang pandai di kelas namun tidak kuper. Aku memiliki banyak teman laki maupun perempuan. Aku punya teman baik namanya Stevent. Stevent adalah sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan. Dari kecil kami selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju yang sama pula. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek perumahanku sekitar tahun 80-an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama Stevent. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi kusimpan baik-baik saja perasaanku.

Aku punya pengalaman unik dengan Stevent, saat kami renang bersama. Kami pernah mandi telanjang bersama. Waktu itu, kami berdua cukup malu-malu. Akhirnya, kejadian yang biasa dilakuin anak remaja seumuranku antar teman prianya. Kami masturbasi bersama. Pengalaman itu begitu membekas di benakku. Terbayang olehku, enaknya saling mengocok kontol, hingga mndapati kenikmatan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Memang, setelah kejadian itu aku mencoba masturbasi sendiri, namun tidak pernah berhasil. Aku tidak dapat masturbasi jika sendirian. Aku butuh bantuan orang lain untuk memuaskanku. Aku tidak tahu apakah libidoku yang terlalu besar atau memang nafsuku yang susah dikendalikan.

Stevent mengajakku rutin fitness dan kumpul-kumpul bersama teman-teman. Dengan aktif kembali ke kegiatanku semula, aku dapat menahan nafsuku. Seharian di fitness center membuat badanku lelah dan tidak berpikiran untuk onani. Apalagi teman-teman mulai menyiapkan pesta lagi menyambut paskah. Aku ikut sibuk membantu 'panitia' persiapan sehingga jarang bagiku untuk menyendiri.

Suatu hari aku merasa libidoku meningkat. Aku bingung bagaimana memuaskan diri. Jam menunjukkan pukul 11.45. Di sekolahku, seluruh anak kelas 2 masuk siang. Kemudian timbul ide untuk tidak menggunakan celana dalam. Segera kulepas celana dalamku dan kumasukkan ke dalam tas. Aku merasa tegang waktu melakukannya. Aku berpikir betapa asyiknya berada di tengah orang-orang tanpa menggunakan celana dalam namun mereka tidak menyadarinya. Aku tertawa dalam hati.

Aku melewati tatapan mata serombongan anak kelas 3 yang sedang menunggu jam praktikum. Aku termasuk cowok yang ngetop di angkatanku, jadi sebenarnya hal itu biasa terjadi. Tapi karena aku sedang dalam keadaan tegang, tatapan mereka serasa menelanjangiku. Aku merasa seperti mereka memandangi daerah selangkanganku. Aku jadi penasaran apakah kelihatan kalau aku tidak bercelana dalam? Apakah jendolan kontolku tercetak di resleting celana seragamnu? Aku segera mempercepat langkahku. Dan berpikir untuk menghentikan ini semua.

Saat istirahat, aku berkumpul bersama teman-teman di kantin soto kebanggaan sekolahku yang terkenal. Kami berkumpul dan ngrumpi bersama. Aku berdebar-debar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kalau mereka tahu aku tidak pakai celana dalam. Kadang aku melebarkan sedikit kakiku di hadapan teman-teman lakiku. Namun mereka tidak mungkin melihat karena kami duduk berdekatan. Sekali waktu secara perlahan aku menekan dan menggeser-geserkan kontolku di bangku warung. Asyiiik sekali. Sensasi ini membawa diriku serasa di awang-awang.

Saat pulang sekolah, aku merayu-rayu Stevent untuk mengantarkan aku pulang. Soalnya aku ingin ke Mc. D. Stevent menyetujuinya. Pelajaran terakhir Stevent adalah olahraga. Kupikir betapa tidak enaknya olahraga malam-malam. Setelah Stevent selesai ganti pakaian, dia menyuruhku menunggu sebentar. Dia mau ke ruang PMR dulu menemui anggotanya untuk memberikan lembaran jadwal kegiatan minggu depan. Stevent adalah ketua PMR periode tahun ini.

Aku menunggu sekitar sepuluh menit kemudian. Setelah para anggota PMR pulang, aku masuk ke ruang mereka. Ruangan ini tidak luas. Bentuknya persegi panjang. Banyak lemari dan rak dengan barang yang melebihi muatan sehingga berceceran di mana mana. Ada meja panjang satu dengan tiga buah kursi kayu. Di samping kanan ada jendela besar dengan kaca agak gelap menghadap kebun milik laboratorium biology dan perpustakaan. Ruang ini bersebelahan dengan ruang kantin siswa.

Kulihat Stevent mencari-cari sesuatu di salah satu rak.
"Cari apa?" tanyaku.
"Aku sedang mencari barang barangku yang sempat dipinjam buat kemping anak kelas satu." katanya.
Dia menyebutkan barang-barang yang dimaksud. Aku berkata kalau aku mau membantu mencarikan di rak paling atas.

Tiba-tiba aku punya ide menarik. Aku naik ke meja dan minta Stevent memegang mejanya. Aku segera naik. Stevent menghampiriku. Sambil berdiri di samping kakiku dia memegang meja. Aku pura-pura mencari di rak paling atas. Kulihat Stevent tidak melihat ke arahku. Aku segera mengajak ngomong. Stevent mendongakkan kepalanya ke atas membalas omonganku. Pertama dia tidak melihat. Terus dia menggoda dan mengatakan kalau celanaku berbau pesing. Aku pura-pura tidak mendengar, untuk membiarkan Stevent melihat ke arah resletingku. Namun sesungguhnya aku tertawa dalam hati.

Aku pura-pura mau jatuh, agar selangkanganku dapat tersentuh oleh Stevent. Dan rencanaku berhasil, karena tangan Stevent secara refleks memegangiku dan ternyata pas di selangkangan dan pantatku.
“Kamu tidak pakai celana dalam ya” tanya Stevent sambil ternganga.

Aku senang ketika Stevent terpana dan mengatakan betapa beraninya aku tidak pakai celana dalam di sekolah.Tidak disangka Stevent tertarik juga.

Timbul niat usilku, untuk Aku melihat sekeliling yang sudah sepi, kemudian kututup pintu dan diganjal dengan pasak tenda. Lampu kumatikan, namun jendela kubiarkan terbuka. Sebab tidak ada tirainya. Namun tidak masalah karena di dalam lebih gelap daripada di luar. Lalu dengan berpura-pura mau jatuh, aku berpegangan pada Stevent. Secara refleks lagi, Stevent memegangiku dan memeluk tubuhku.

Sekilas kucium bau tubuhnya yang berkeringat. Bau khas pria. Tapi agak kecut karena habis olahraga.

Aku memejamkan mata sambil melamun dan membayangkan Stevent mengerjai tubuhku. Tangan pria ini mulai menjamah dan meremas pantat dan batang kontolku. Dan mulutnya menciumi bibirku serta turun ke bawah mengigiti tetek di dadaku. "Oooh" Rasa penasaran, hasrat, gairah yang kupendam dari siang rasanya tertumpah saat ini. Aku menikmati Stevent menjilati perut dan kontolku.
Aku memejamkan mata dan membayangkan di Stevent memeluk tubuhku. Aku membayangkan tangan Stevent adalah tangan anak-anak SMA yang ingin menyentuh kontolku. Meremas, menggosok, mencubit, dan mengelus-elus batang kontolku. Perasaanku melonjak-lonjak. Imajinasiku mengembang terus. kontolku berdenyut-denyut. Stevent meremas-remas dadaku dengan tangan kirinya. Aku mulai kehilangan kontrol. Aku hampir menjerit.

Setelah puas menggerayangiku di bagian dada, aku digendong dan ditidurkan di atas meja. Kakiku dibuka lebar dan kontolku mulai dijilati lagi. Lidahnya menjelujur naik turun pada batang kontolku sambil tangan satunya memainkan skrotum kontolku. Jempolnya memutar-mutar diantara sela-sela bawah skrotum dan lubang anusku. Aku melengkungkan badanku dan terhentak-hentak. Stevent mulai memasukkan kontolku dalam mulutnya dan menyedotnya habis. "Uhhh.." ini yang aku tunggu. Cairan precum pertanda aku terangsang serasa tersedot keluar semua. Mulutnya menyedot dan mengendor secara kontinyu. Kadang jari tangannya mengocok burungku dengan lembut dengan diselingi lidahnya menjilati kepala burungku. Enak sekali.

Stevent tampaknya sudah tidak tahan. Dia mengeluarkan burungnya lalu menggosok-gosokkan bagian belakang burungnya di antara sela-sela lubang pantatku. Naik turun burung Stevent menggeser-geser bongkahan tempat lubang anus itu.
"Ahh.." aku menjerit pelan.
Ini pertama kalinya burungnya menyentuh lubang pantatku. Basah, hangat dan menggelikan. Aku ikut menggerak-gerakkan pinggulku dengan liar. Stevent terenggah-enggah dan mendengus-dengus. Persis seperti pemain BF yang pernah kutonton. Aku terus menikmati gerakan-gerakan dan sentuhan sentuhan permukaan burung dan lubang pantatku sambil memejamkan mata. Meski tidak sampai masuk ke lubang pantatku, namun sensasinya kurasakan lain dari yang lain.

Akhirnya aku ejakulasi. Spremaku muncrat, meski hanya sedikit. Namun rasanya udah terasa, begitu enak, walaupun tidak klimas. Otot-otot kontolku menegang, merapat, kakiku serasa tidak kuat menahan dorongan ini, aku berusaha menahan selama mungkin. Akhirnya sambil mencengkram pinggiran meja aku melepaskan tekanan ini.
"Uahhh.." rasanya lebih nikmat dari biasanya.
Padahal permainan ini berjalan lebih singkat. Mungkin tidak sampai sepuluh menit. Atau karena menahan hasrat dari siang aku jadi begini. Aku lemas sekali dan loyo. Kepala kontolku rasanya tambah tebal dan berdenyut-denyut. Pantatku mengejang dan merapat.

Stevent tetap menggosokkan burungnya ke kontolku. Aku tergeli-geli. Aku menjauhkan burungnya dari kontolku saking gelinya. Bayangkan, dua kontol pria saling tergosok-gosok, mirip permainan anggar. Tapi Stevent tetap memegangi pinggulku dan menggosok-gosokkan burungnya. Saking gelinya, kakiku mendorong Stevent. Dengan sisa tenaga yang kuhimpun aku berusaha duduk di kursi dan menyuruh Stevent tidur di meja.

Dari posisi menyamping aku melihat burung yang tegak dan besar mengkilat terkena cahaya bulan. Aku mulai menggosok kepalanya. Kuberi ludah dan mulai kumasukkan ke mulutku. Kuhisap perlahan lahan, naik turun, sambil terkadang memutar ke kanan dan ke kiri. Lalu aku melihat bagian belakang kepala burung ada bagian seperti daging yang menyambungkan kulit dari kepala ke batang burungnya. Aku menjilati bagian itu dengan punggung lidahku secara perlahan dari bawah ke atas. Naik, naik lagi dan naik lagi. Stevent gemetaran hebat. Konon ini adalah klitorisnya pria. Aku jadi bersemangat menjilati bagian itu sambil tanganku mengocok batang burungnya. Stevent mengejan, pantatnya mengeras.

Kemudian Stevent menyuruhku naik ke meja dengan posisi saling berbalik. Aku agak bingung pertama. Lalu aku mulai mengerti. Aku nungging dan perlahan lahan kuturunkan pinggulku pas di mulutnya Stevent. Pertama pas di hidung. Hidungnya masuk di antara selangkanganku dan menyentuh burungku yang teracung tegang. Tapi Stevent malah menggerak-gerakan hidungnya naik turun. Geli juga sih, tapi masih enakan kalau lidahnya. Tiba-tiba Stevent mengulum kepala burungku hingga seluruh batangnya terbenam ke dalam mulutnya. Bahkan lidahnya mencari-cari kedua bibir kecil burungku.. Kemudian digerakkan lidahnya di bibir kecil kontolku itu. Aku tersentak karena kontolku sangat geli. Namun lama-lama kegelian itu berubah menjadi kenikmatan. Aku sampai memejamkan mataku.

Aku baru ingat kalau masih mengerjai burungnya Stevent. Aku meneruskan pekerjaanku. Kami dalam posisi terbalik. Asyik juga. Ini posisi baru yang nikmat. Kami dapat saling merangsang. Aku meneruskan permainan mulutku. Kuhisap naik turun terus menerus, kemudian kujilat dari atas sampai pangkal burung. Beberapa kali kujilati dan kukulum telurnya. Stevent tidak diam saja. Merasa dia tidak dapat menahan lebih lama lagi, dia mempercepat ritme gerakannya. kontolku disedot sekuat-kuatnya sambil lidahnya menyapu seluruh permukaan bibir kontolku. Aku tersentak keenakan. Namun Stevent tidak membiarkan aku bernapas.

Dia segera mengeluarkan lidahnya dan dengan ujung lidahnya menjilati burungku.. Berputar-putar dan naik turun. "Aaahh" Aku merasa geli sekali. Aku menahan diri agar tidak teriak. Sambil menahan geli yang tidak terkira, secara tidak sadar aku mengocok burung Stevent dengan cepat pula. Stevent bergetar-getar ditindih badanku. Ketika kakinya membuka, sambil mengocok burungnya, kepalaku masuk di antara kakinya dan kujilati bagian bawah telurnya. Gantian Stevent yang hampir berteriak saking gelinya.

Stevent tidak mau kalah. Dengan bantuan tangan, Stevent meremas pantatku sehingga membuat pantat dan lubang pantatku menganga lebar. Stevent menjilati kontolku lagi sambil jarinya memijat-mijat lubang anusku. Wow enak sekali jarinya memijat lubang anusku. Aku jadi sangat terangsang. Sambil mengulum burungnya, kugerak-gerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang dengan liar mengikuti arah jilatan lidahnya. Jarinya terasa menusuk-nusuk anusku. Saking nikmatnya sampai aku merasa terbang keenakan. Burung dan lubang anusku rasanya berdenyut-denyut secara bersamaan. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Tidak secapai yang pertama, aku masih dapat meneruskan kocokanku. Sampai akhirnya Stevent bilang kalau sudah mau keluar, aku segera memasukkan burungnya ke mulutku. Aku merapatkan bibirku sekuatnya dan kugerakkan kepalaku naik turun agak cepat. Tanganku mengelus-elus telurnya dan kadang mengocok batang burungnya. Beberapa saat kemudian aku merasa spermanya menyemprot keras ke dalam mulutku dan tenggorokanku hingga hampir tertelan. Aku tetap tidak mengeluarkan burungnya dari mulutku. Aku terus menaik turunkan kepalaku selama spermanya tidak berhenti keluar. Tapi kuturunkan kecepatannya perlahan-lahan.

Banyak sekali spermanya. Mulutku sampai kepenuhan sehingga menetes lewat samping mulutku. Rasanya khas dan agak asin. Setelah spermanya habis, burungnya mulai melemas, aku menarik burungnya keluar. Stevent tergeletak loyo. Aku bingung tidak dapat bicara. Sebab mulutku penuh. Aku bingung mau dibuang ke mana. Masak aku keluar ke kamar mandi dengan keadaan seperti ini. Stevent tergeletak tidak bertenaga. Padahal aku sudah menggapai-gapai tangannya. Tapi dia tetap tidak bangun.

Karena aku bergerak-gerak, tidak sengaja spermanya tertelan sedikit. Oops. Aku menelan sperma. Rasa hangat melewati tenggorokanku. Karena kaget, spermanya malah tertelan semua. Kemudian dengan panik aku membangunkan Stevent. Aku takut kena penyakit. Stevent juga ikut bingung.
"Lho. Kok bisa kamu telan Irvan?"
Aku tidak sengaja jawabku. Stevent kemudian memberitahu kalau dirinya bersih dan sehat. Serta sperma yang ditelan itu masuk ke pencernaan.
"Nggak Papa, cuma tambahan protein. Biar tambah sehat."
Kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Aku memukulnya sambil pura-pura marah.

Tiba-tiba, Stevent berteriak: “Irvan!!! Kok ngelamun saja dari tadi. Nih kerjaanku udah kelar. Kita pulang sekarang yukk”. Sambil menutupi kain gordin ruang PMR sekolah.
Oohh..ternyata itu semua lamunanku. Khayalanku untuk dapat menikmati tubuh lelaki dan melakukan hubungan seks sesama lelaki dengan Stevent, teman karibku. Oh…walau hanya dalam angan dan khayalan, aku sudah merasakan sensasi luar biasa.

0 komentar: