BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Satpam Kompleks

Setengah hari duduk di depan komputer mengerjakan begitu banyak laporan. Begitu kulihat jam, waktu sudah menunjukan 9.30 malam. Aku kemudian masak mie rebus sebagai makan malam dan setelahnya jalan jalan sebentar di kompleks.
Untungnya kompleks aku ini termasuk yang aman dan layak untuk jalan. Paling tidak tidak ada keributan atau jalanan yang kotor di mana kadang kita harus berhati hati sewaktu jalan.
Setelah jalan 10 menitan, aku berpapasan dengan seorang satpam yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kulihat ia memiliki tubuh yang bagus, atletis, dengan tangan yang sedikit berotot.
“Malam, pak.” Kesannya dengan menggunakan logat khas Jawa.
“Malam. Orang baru ya?”
“Ya. Baru aja dipindahin dari komplek sebelah.”
Kita lalu berbincang bincang sambil jalan mengelilingi komplek. Akhirnya tiba di topik yang seru.
“Dah nikah belum?” Tanyaku.
“Belum pak. Masih muda. Nikah masih lama.”
“Berarti kalo kawin sudah dong?”
Dia tertawa, “Enggak lah, pak. Disini saja sudah sibuk tiap hari. Enggak ada waktu lagi. Bapak sendiri dah nikah?”
“Sama, masih jomblo. Kagak ada yang mau sih.”
“Masa sih, pak? Orang cakep, putih gitu masa enggak ada yang mau. Ada yang salah kali?” Dia kemudian merasa yang ia ucapkan sedikit berlebihan. “Eh maaf, pak. Enggak ada maksud menyinggung.”
“Santai aja lagi. Gue orangnya asyik asyik aja. Jangan manggil bapak deh. Panggil aja Irvan. Namanya siapa?”
“Nazwar. Lalu bapak, eh, Irvan, tinggal ama siapa?”
“Sendiri. Kenapa? Mau mampir?”
“Lagi ngeronda nih. Ketahuan bisa dimarahin gue.”
“Kagak ada yang tahu kalau gue kagak laporin. Lagian kan ada temen jaga di pos. Sekalian nemenin ngobrol deh.” Akhirnya ia mengikutiku ke rumah. Lalu kita duduk bersama di beranda sambil kubawakan teh hangat. Lumayan, untuk ademin badan pas lagi musim hujan gini.
“Enak juga ya, Irvan. Tinggal sendirian kayak gini. Mau apa aja bebas.” Aku kemudian berpikir, “Wah, kayaknya ini orang mancing nih. Gue coba ah.”
“Mau ngapain emangnya? Sendirian gini mah enggak enak. Masa semuanya sendiri? Kasihan dong dedeknya. Kan butuh teman juga.”,pancingku.
Dia tertawa terbahak. “ha..ha…Kenapa? Lu mau temenin gue? Dah lama gue gak keluarin juga sih.” Dia terdiem sebentar sambil ngelus jendolan reletingnya. Aku terhenyak, namun kupikir ini kesempatan bagiku. Lalu tanpa kupedulikan dia, aku langsung mulai meraba pahanya.
“Irvan, jangan deh. Malu juga dilihat orang.”
“Siapa yang mau lihat jam segini? Kita masuk aja yuk.” Kita masuk ke dalam rumah dan kini kulihat dengan jelas raut mukanya yang jantan, kulitnya yang kecoklatan, dengan pipi yang klimis bekas cukurannya. Aku menjadi semakin terangsang melihatnya. Ia kemudian duduk di sofa tamu di mana aku langsung mulai meraba kontolnya dari celana seragam satpamnya. “Tenang aja, Mas. Jangan gugup dong.”rayuku dengan mengganti panggilan Pak menjadi Mas.
“Kalo ama cowok gini, gue belum pernah nih. Enggak tahu harus ngapain.” Begitu mendengarnya, aku langsung berusaha membuka bajunya. Setelah terbuka aku lalu meraba raba dada bidang itu, hingga kupilin pilin pentilnya. Lalu aku membungkuk dan menjilati dada itu hingga mengigit pentilnya secara bergantian. Kulakukan itu sambil membuka bajuku sendiri.
Setelah itu aku terus memloroti seluruh baju dan celana seragamnya. Dapat kurasakan betapa tegang kontolnya.
Ia lalu berdiri. Jatuhlah celana seragamnya dan dapat kulihat celama dalam berwarna biru gelap miliknya dengan kontol yang tegang ke arah kanan. Aku mengocoknya dengan kencang. “Ahhh….Ahh….” Tak sabar aku lalu jongkok di depan kontolnya dan kubuka langsung celananya. “Gile, gede banget kontolmu, Mas. Ini sih raksasa.” kontolnya memang panjang banget. Setelah kugenggam kuprediksi panjangnya ada sekitar 18an cm. Kuoral kontolnya yang tebal itu. “Enak ‘ngak, Mas?” “Eeenakk banget. Ahh…” Kulihat ekspresinya sambil menggigit bibir bawahnya.
“Gantian ya?” Ia lalu jongkok di depanku dan langsung kubuka celana pendekku. Ia terkejut karena kubuka tiba tiba. “Kamu belum disunat ya, Irvan? Lucu juga ya kontolmu, panjang lagi.”
“Suka? Isepin dong. Pelan pelan aja, dan jangan pakai gigi ya.”
Sebagai pemula isepannya termasuk hebat. Aku sempat berpikir kalau ternyata dia memang gay lagi. Tapi siapa yang peduli? Karena jaman sekarang, ga harus jadi gay kalau hanya ngeseks dengans esama cowok. Karena udah trend diantara cowok itu saling memuaskan diri. Daripada dengan cewek yang penuh resiko hamil dan tidak sembarang tempat.
Kini ia sudah berada dibawahku, sambiol melakukan oral pada batang kontolku. “Auww, sakit dong, Mas.” Giginya mengenai kepala kontolku yang masih sensitive.
Aku kemudian menidurinya di atas lantai dan aku duduk di atasnya. Sambil menciumnya, aku mengocok kontolnya bersama dengan punyaku.
“Ah, enak ya? Kontol lu enak banget, Mas.” “Iya, punya lu juga. Gue kocokin ya?” “Kocokin aja. Kita keluar bareng ya?”
Badan kami berdua mulai keringatan. Aku terus mengocok dan memilin milin batang kontolnya. “Ah, Mas. Gue mau keluar nih..Ohh…”
“Tahann..Bentar yah…”
Lalu aku menunduk dan mulai mengisap dan menjilati batang kontolnya. Mualai dari ujung kontol itu, hingga seluruh batangnya yang berurat itu aku kulum. Kulihat dia melek merem menikmati kuluman mulutku di batang kejantannya. Lalu kedua biji pelernyapun aku isep isep, hingga ke bagian bawahnya.
“Eh, mau enggak aku masukin Mas?” iseng aku bertanya sambil berbisik di kupingnya dan kumainkan kontolnya yang besar itu. “Disini, Mas? “Ya, mau ya?”sambil aku jilat jilat sisi dekat lubang anusnya. Ia hanya terdiam. Untungnya dalam dompetku tersisa 1 buah kondom dengan gel-nya. Lalu aku ambil posisi mengulum kontolnya, sementara jari tanganku kumasukkan ke lubang anusnya. Aku lumuri jariku dan lubang itu, hingga dia merasa relaks.
Lalu aku angkat kedua kakinya, hingga pantatnya terangkat. Lalu setelah memakaikan kondom pada kontolku, dengan gel yang ada, pelan pelan aku lumuri lubangnya kembali. Lalu pelan pelan aku mulai memasukan kontolku ke dalam lubangnya. Ia terlihat sedikit meringis. Aku hentikan mendorong kontolku. Lalu setetalh agak rileks, kembali kudorong batang kontolku, dan akhirnya dapat kumasukan semuanya.
“Lubangmu sempit banget Mas. Enak banget nih, “Kesanku sambil kukocok kontolnya yang besar itu. Aku sedikit kesusahan mengocok kontolnya berhubung setiap kali kukocok tanganku tak kuasa mengenai leher kontolnya.
“Terusinnn…Ahhh. Terusin. Ah, enak juga dimasukin.” Kami seakan terbakar oleh gairah dan nafsu yang liar. Dapat kurasakan betapa kencangnya mobilku bergoyang. Tak lama aku kemudian mencabut kontolku. “Kenapa dicabut?” “Ganti posisinya. Mas duduk di kursi biar kita bisa saling hadapan.”
Aku kembali memasukan kontolku kedalam lubangnya yang ketat sambil kukocok dengan cepat kontolnya. Dapat kurasakan bahwa sebentar aku akan mencapai orgasme. Langsung kukeluarkan kontolku dan kucabut kondom yang kupakai. Seketika langsung kukocok kontolku di depannya. “Arrgggghhh….” Semburan pejuku yang banyak keluar menyemprot di dada dan mengenai kontolnya juga. Dia juga sibuk mengocok kontolnya sendiri pula.
“Ah, terusin, Pak….terusin…cepat….ahhhh.” Ia pun menyemburkan pejunya yang banyak di dadanya.
Akhirnya dia keluar dengan peju yang banyak dan hangat. Beberapa semprotan pejunya bahka mengenai dagu dan rambutku.

0 komentar: