BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 05 Juni 2009

Nakalnya Seorang Murid

Sebagai seorang guru di sebuah Sekolah Menengah Atas, Erwan begitu menjaga peampilan dan cara berpakaiannya. Meski di usianya yang telah menginjak kepala 3, namun dia belum berniat menikah. Bukan karena tidak ada wanita yang bisa dijadikan istri.
Namun kesiapan mental yang membuatnya harus memikirkan matang, rencana untuk berkeluarga. Hari itu, saat ulangan di kelas III –4 IPA, Erwan terkejut ketika membaca dua kalimat singkat pada sepotong kertas yang terselip di antara hasil test murid-muridnya.

"Saya ingin punya cowok yang seperti Bapak, jantan! Apalagi kumis Bapak yang tebal itu, menggemaskan".

Setelah membacanya, ia menarik nafas panjang beberapa kali. Ia bingung dan tidak bisa menduga siapa muridnya yang nakal dan berani menulis di potongan kertas di kertas test. Lalu ia memutuskan untuk merobek kertas itu menjadi beberapa potongan kecil. Ia tak ingin ada guru lain menemukan dan membaca kertas itu.

Saat ini dia memang sedang mengajar di kelas III-4 IPA. Kelas itu menjadi berbeda daripada kelas-kelas lainnya. Karena banyak murid cowoknya dibanding murid ceweknya. Ada salah satu murid yang cukup badung, Deny namanya. Dia dududk di bangku paling depan dan suka memandang dengan tajam saat Erwan mengajar.
Setelah bel jam pulang berdentang, tiba-tiba Deny berjalan menghampiri Erwan. Cowok itu sengaja keluar paling akhir dari ruang kelas.

"Ini untuk Bapak!" katanya sambil meletakkan sepotong kertas di atas meja, lalu melangkah terburu-buru meninggalkan ruang kelas.

Erwan membaca tulisan di kertas itu, “Kapan yah bisa ngobrol dengan Bapak?'. Dan di bawah tulisan itu ada nomor HP. Setelah merenung sejenak, Erwan memasukkan nomor HP itu ke dalam memory HP-nya. Sejenak ia ragu mengirimkan SMS untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi ada bisikan di lubuk hatinya, “Mungkin ada hal penting yang ingin dikonsultasikan”. Dan Erwan menjawab :”Boleh saja. Saya ada waktu. Guru Erwan”

Kira-kira semenit kemudian, HP Erwan berbunyi. Ia membaca SMS yang masuk,”Sekarang bisa?”

"Hallo Deny!" Erwan memutuskan untuk nelphon
"Kalau mau sekarang, boleh. Dimana?”tanya Erwan.
"Deny sekarang ada di pintu gerbang sekolah. Kalau bisa, Deny tunggu disini!"
"OK. Saya kesana ya!"

*****

Secara material, walau hanya seorang guru matematika, Erwan tidak kekurangan. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia memiliki rumah dan mobil sedan yang baik pemberian orangtuanya. Ia mencintai matematika dan ingin mengajarkannya kepada orang lain. Cita-citanya hanya ingin membuat matematika menjadi sebuah ilmu yang mudah untuk dimengerti. Sikapnya yang sabar ketika mengajar membuat ia disukai murid-muridnya. Ia memang tidak ingin diarahkan orangtuanya menjadi seorang pengusaha seperti yang dialami adiknya.
Setelah mampir ke ruang guru sebentar, Erwan segera menuju tempat parkir mobilnya. Lalu menuju gerbang sekolah dan menyuruh Deny masuk ke mobilnya.

"Kita kemana?" tanya Erwan memecah keheningan.
"Ke rumah Deny saja. Di rumah Deny hanya ada pembantu. Papa dan Mama sedang ke Singapore.Gimana pak"
"Boleh. Rumah Deny dimana?”
"Perumahan Araya blok G2, Pak” jawab Deny.
Setelah melewati beberapa lampu stopan, akhirnya sampai juga di lokasi perumahan Araya.

Ternyata cowok remaja itu tinggal di sebuah rumah besar dan mewah. Deny menggandeng tangan Erwan menuju ruang keluarga yang terletak di bagian tengah, lalu menghilang di balik salah satu pintu setelah aku menghempaskan pantat di atas sebuah sofa besar dan empuk. Tak lama kemudian, seorang pembantu datang meletakkan segelas minuman ringan di hadapanku dan kemudian dengan terburu-buru menghilang kembali ke arah belakang.

Sambil menunggu, Erwan melayangkan pandangan ke sekeliling ruangan. Semua furniture di ruangan itu tertata rapi dan bersih. Pada sebuah dinding, tergantung lukisan berukuran kira-kira 1 x 1 meter. Lukisan seorang anak cowok kira-kira berumur 7 tahun yang berdiri diapit oleh ayah dan ibunya. Anak itu sedang tersenyum lugu. Rambutnya jabrik. Lucu. Itu pasti Deny dan kedua orangtuanya, kata Erwan dalam hati.

Kurang lebih 15 menit kemudian, Deny duduk disebelahnya dengan kaos singlet dan celana pendek. Rupanya baru saja mandi.

"Deny, mengapa kamu ingin bicara dengan Bapak?"
"Karena Deny suka pada Bapak. Juga karena Bapak tampan dan jan.."
"Ehh, ehh! Kok..???!. Kamu kenapa Den!" Tanya Erwan
"Deny nggak punya saudara. Deny anak tunggal. Sering kesepian di rumah karena sering ditinggal Papa dan Mama. Nggak punya sahabat karena banyak teman-teman yang iri sama Deny. Nggak punya pacar karena cewek yang seusia Deny rata-rata egois dan matre. Obsesinya mereka selalu tentang sex. Padahal Deny belum tentu suka"
Panjang lebar Deny bercerita kalau sejak kelas I Deny sudah menyukai Erwan. Karena sebagai murid dia harus hormat dan tidak mungkin mengungkapkan perasaannya pada gurunya ini. Selama 3 tahun dipendam perasaan itu, hingga dirinya harus berurusan dengan psikiater dan dokter untuk membantunya keluar dari ketertarikannya dengan sosok gurunya sendiri itu. Tak terasa, Erwan begitu hanyut dalam cerita dan keluh kesah Deny, muridnya yang selalu memandangnya dalam dalam ketika dirinya mengajar.

Erwan terhenyak dan menerawang jauh sambil mendengarkan kisah pilu sang murid. Dan sebelum lamunannya berakhir, tangan Deny meraih bahu Erwan itu. Lalu bahu itu dirangkulnya dengan ketat. Tak ada perlawanan dari Erwan. Sisa sabun beraroma lavender yang memancar dari tubuh cowok itu terasa menyegarkan ketika aromanya menyengat hidung Erwan. Tanpa diduga, Deny dengan gemas, mengecup pipi gurunya itu. Kiri dan kanan.

”Hah..”Erwan terkejut.
“Please ya pak..Ijinkan saya untuk mengeluarkan uneg uneg saya yang lama saya tahan ini”,hiba Deny.
Erwan hanya tertegun mendengar hal ini. Tak pernah dia menyangka salah satu murid cowoknya akan menyukai dirinya. Oh..sebagai guru dia dalam kondisi dilematis.

Tiba tiba, Deny menggamit dagu Pak Gurunya itu agar menoleh ke arahnya, kemudian dengan cepat bibirnya memagut bibir pria yang menjadi gurunya itu. Sejenak tak ada reaksi. Erwan bingung mesti bersikap bagaimana. Dikerasi, dia juga merasa kasihan dengan kondisi Deny yang selama 3 tahun menderita. Ternyata Deny mengulang mengulum sambil menjulurkan lidahnya untuk mengait-ngait. Tapi lidah pak guru itu masih tetap diam bersembunyi di rongga mulutnya. Sejenak, Deny melepaskan pagutan bibirnya. Ditatapnya wajah bersahaja dan berwibawa itu sambil merengkuh bahunya. Dan ketika kembali mengulang ciumannya, ia merasakan ujung lidah yang menyusup di antara bibirnya.

Segera dipagutnya lidah itu. Dihisapnya dengan lembut agar menyusup lebih dalam ke rongga mulutnya. Kedua telapak tangannya turun ke bahu. Setelah mengusapkan jari-jarinya berulang kali, telapak tangannya meluncur ke punggung. Lalu dibelai-belainya punggung itu dengan ujung-ujung jarinya sambil mempermainkan lidah pak gurunya itu dengan ujung lidahnya. Tak lama kemudian, ia merasakan dua buah lengan melingkari lehernya. Semakin lama lengan itu merangkul semakin ketat. Kemudian ia mulai merasakan lidah pak guru itu bergerak-gerak. Tidak hanya pasrah menyusup, tetapi mulai bergerak membelit dan balas mengisap.

Deny melepaskan pagutan bibirnya. Sejenak Pak Guru Ewan menatap sang murid. Terlihat bias-bias birahi di kedua bola mata Deny. Pikirannya menerawang jauh, antara rasa ingin tahu apa yang akan dilakukan Deny terhadapnya. Tapi belum sempat dia beranjak, Deny kembali mengecup dahi pak gurunya itu dengan mesra. Kemudian bibirnya berpindah mengecup bahu. Mengecup berulang kali. Dari bahu bibirnya merayap ke leher. Sesekali lidahnya dijulurkan untuk menjilat.

Erwan menggelinjang karena geli, seolah sekujur tubuhnya sedang digelitiki oleh jari-jari yang nakal dan menggemaskan. Dia merasakan sesuatu yang sangat dilematis. Antara menolak dan rasa ingin tahu. Ia menyukai hal itu, menyukai kecupan dan jilatan yang merambat di sekeliling lehernya. Apalagi ketika ia merasakan lidah itu menjilat-jilat sudut bibirnya disertai telapak tangan yang meremas dadanya. Sesaat, ia menahan nafas ketika telapak tangan itu hanya menekan dadanya, hingga kedua putting dadanya dipelintir.

"Aahh, Deny," desahnya sambil menghembuskan nafas panjang.

Bibir Deny kembali merayap ke bahu. Sambil sesekali mengecup, ia menggunakan kedua tangannya untuk melepaskan kancing kemeja pak gurunya tersebut. Lidah dan hembusan nafasnya membuat pak gurunya itu menggelinjangkan bahu.

Erwan baru menyadari bahwa bajunya telah terlepas setelah ia merasakan bibir murid lelakinya itu menyusur menciumi belahan punggungnya. Bulu roma di sekujur tubuhnya meremang. Belum pernah ada lelaki atau wanita yang melakukan hal itu. Ia ingin menolak, ingin mendorong kepala yang semakin mendekati dadanya, tetapi tangannya terasa lemah tak bertenaga. Ada rasa geli dan nikmat yang menjalar di pori-pori sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat ia tak berdaya menolak. Apalagi setelah merasakan lidah itu menjilat-jilat dadanya. Jilatan-jilatan basah yang membuat merasakan sensasi luar biasa.

Sekujur tubuhnya merinding ketika merasakan putik dadanya dijentik-jentik dengan ujung lidah Deny. Lalu digigit dengan lembut. Dilepaskan. Digigit kembali. Dilepas. Dan tiba-tiba ia merasakan dadanya dihisap agak keras, seolah ingin ditelan!

Erwan mendesah ketika merasakan jari-jari tangan Deny mengelus-elus bagian luar jendolah pahanya. Ia mendesah dalam kenikmatan sambil menghempaskan lehernya di sandaran sofa. Secara naluriah, direnggangkannya kedua belah pahanya agar jari-jari dan telapak tangan itu dapat merayap lebih jauh. Ia ingin segera merasakan jari-jari tangan itu mengelus-elus pangkal pahanya.

Isyarat itu dimanfaatkan Deny dengan baik. Dengan sebuah tarikan kecil, ia menyingkap resleting Pak guru yang lama dikaguminya itu. Tak ada kesulitan ketika menyingkap celana panjang yang terbuat dari kain katun itu. Lalu dengan sekali hentak, celana itu telah melorot. Deny terpaksa menghentikan aktivitas bibirnya karena ia ingin menunduk agar dapat memandang pangkal paha itu lebih jelas.

Deny bangkit dari sofa, kemudian duduk di atas karpet persis di antara kedua lutut Erwan sambil mengangkat kaki kanan pak gurunya itu.

Lalu diletakkannya telapak kaki kanan itu di atas sofa. Tak lama kemudian, bola matanya terbelalak menatap pesona yang terpampang di hadapannya! Sebelah paha tergeletak di atas sofa, sedangkan paha yang sebelah lagi tertekuk, telapaknya menginjak pinggir sofa. Dengan sebuah dorongan kecil menggunakan jari, paha yang tertekuk di atas sofa itu terbuka lebar-lebarnya.

Deny terbelalak menatap paha dan celana dalam pak guru yang diimpikannya tiap malam itu. Urat darah di batang kontolnya meronta menatap pemandangan indah itu. Bagian depan celananya terasa sempit. Apalagi ketika ia menatap segaris bagian basah yang tercetak di permukaan kontol pak gurunya itu. Bagian basah itu memperjelas bayangan jendolan batang kontol yang tersembunyi di baliknya. Dan karena celana dalam itu cukup tipis, ia bahkan dapat melihat bayangan bulu-bulu yang tumbuh di pangkal batang kontol itu.

Keindahan itu sangat mempesona sehingga ia terpaksa melepaskan celana pendeknya agar batang kontolnya terbebas dari penderitaan. Lalu diciumnya paha bagian dalam yang tertekuk di atas sofa itu. Diciumnya berulang kali seolah tak puas merasakan kulit paha berbulu itu di bibirnya. Setelah itu ciumannya berpindah ke paha sebelahnya. Sambil terus mencium dan sesekali menjilat, dielus-elusnya pula paha bagian luar. Semakin lama ciumannya semakin mendekati pangkal paha. Lalu ia berhenti sejenak untuk menghirup aroma khas yang semakin tajam menusuk hidungnya. Fantasinya di depan kelas telah menjadi kenyataan. Dengan gemas, dibenamkannya hidungnya persis di jendolan kontol pak gurunya itu. Sesekali diselingi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Deny..! Aauuw!" pekik Erwan karena terkejut sambil menggelinjangkan pinggulnya.

Tapi beberapa detik kemudian, ketika Erwan merasakan lidah murid lelakinya itu menjilat-jilat bagian luar celana dalamnya, ia merintih-rintih. Ia merasa nikmat setiap kali lidah itu menjilat dari bawah ke atas. Jilatan yang lahap! Basah. Berliur. Jilatan yang membuat ia terpaksa memejamkan mata meresapi kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhnya. Jilatan yang membuat ia menjadi liar, yang membuat ia menghentak-hentakkan kakinya karena beberapa bulu kumis murid lelakinya itu terasa seolah menyusup menembus celana dalamnya yang tipis. Di sela-sela kenikmatan yang mendera, kumis itu terasa menggelitiki batang kontolnya, membuat ia menggeliatkan pinggulnya berulang kali.
Nikmat yang baru pertama kali ia rasakan. Tapi tiba-tiba bola mata Deny terbuka lebar ketika melepaskan dalam pak gurunya dengan sekali tarikan. Dalam hitungan detik, celana itu teronggok di atas karpet. Dan ia bergidik melihat batang kontol gurunya. Batang kontol berwarna cokelat. Panjangnya kira-kira 15 cm. Batang kontol itu hanya berjarak setengah meter dari matanya. Dan karena baru pertama kali melihat kontol guru yang sangat diidamkannya, murid remaja itu terkesima. Kelopak bola matanya terbuka lebar ketika ia mengamati urat-urat berwarna biru kehijauan yang terlihat menghiasi kulit batang kontol itu.
Deny mulai mengelus-elus. Ada sensasi yang menggelitik dirinya ketika merasakan kehangatan batang kontol itu di ujung jari-jari tangannya. Ia mendekatkan wajahnya untuk mengamati urat-urat berwarna kehijauan yang semakin menggelembung di ujung jarinya. Lalu ia mulai menggenggam dan memaju-mundurkan telapak tangannya. Dan ketika mendengar gurunya itu menarik nafas panjang, ia menengadah.
Deny menjadi bersemangat. Ia merasa senang karena dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan kepada gurunya itu. Deny terus mengelus-elus dan sesekali meremas batang kontol itu. Oleh karena itu, tangannya mulai digerakkan maju dan mundur, dari leher batang kontol hingga ke pangkalnya. Wajahnya semakin mendekat karena ia ingin mengamati cendawan yang menghiasi batang kontol itu. Cendawan yang semakin lama semakin berwarna merah tua. Dielus-elusnya pula cendawan itu dengan ujung jari jempolnya.


"Ooh..,!" erang Erwan.
Lalu dengan tarikan yang sangat lembut, Erwan menarik kepala itu agar semakin mendekat ke batang kontolnya. Deny tidak menolak tarikan lembut di kepalanya karena batang kontol itu terlihat sangat indah dan menarik. Ia pun dapat merasakan batang kontol itu berdenyut di telapak tangannya, seperti bernafas. Ada sensasi yang mulai menggelitiki saraf-saraf birahi di sekujur tubuhnya ketika ia mengamati batang kontol itu. Sensasi itu membuat ia tak menyadari bahwa batang kontol yang digenggamnya hanya tinggal berjarak kira-kira 20 cm dari mulutnya.

Lalu ia menunduk dan mendekatkan bibirnya ke bagian tengah cendawan itu. Lidahnya terjulur dan ujungnya mengoles sisa lendir yang masih tersisa. Sambil memejamkan mata, ia mencicipinya.
Deny menunduk kembali, dan tanpa keraguan lagi dikulumnya cendawan itu. Leher kontol itu dijepitnya dengan bibirnya sambil mengoles-oleskan lidahnya.

Erwan mendesah. Setelah menghirup udara yang memenuhi rongga dadanya, ia menunduk. Matanya berbinar menatap takjub. Nafasnya tertahan menatap murid lelakinya sedang berjongkok sambil menghisap-hisap dan mengulum kepala batang kontolnya. Sejuta pesona ia rasakan sambil menekan bagian belakang kepala murid cowoknya itu lebih keras. Setengah batang kontol telah masuk ke dalam mulut muridnya itu.

Deny menengadah karena mendengar desahan itu. Ia merasa khawatir karena giginya menggesek kulit kontol yang sedang dikulumnya. Tapi gurunya itu ternyata hanya meringis. Ia masih menengadah ketika merasakan lagi tekanan di bagian belakang kepalanya, tekanan yang membuat ia menelan batang kontol itu lebih dalam.

Erwan mengusap-usap rambut murid remaja itu. Perlahan-lahan, ditariknya kontolnya hingga hanya cendawan kontolnya yang masih tersisa. Dan dengan perlahan-lahan pula, didorongnya kembali batang kontolnya. Diulangnya gerakan itu beberapa kali sambil mengamati bibir mungil yang melingkari batang kontolnya. Setelah yakin bahwa cowok itu telah terbiasa dengan gerakan batang kontolnya, tiba-tiba didorongnya lagi dengan keras hingga bibir mungil itu menyentuh bulu-bulu di pangkal kontolnya.

Deny terkejut. Nafasnya terhenti sesaat. Ia tersendat karena ujung batang kontol itu menyentuh kerongkongannya. Sebelum ia sempat meronta, dengan cepat batang kontol itu telah bergerak mundur kembali.

Deny ingin mengatakan jangan ulangi, tapi kata-kata itu tak terucapkan karena cendawan itu masih tersisa di bibirnya. Ia menengadah. Sejenak mereka saling tatap. Dan ia melihat sorot mata yang memancarkan kenikmatan birahi, seolah memohon untuk dipuaskan.

Karena merasa tak tega untuk menolak, kembali cendawan itu dihisapnya. Akhirnya ia memutuskan untuk memberi kenikmatan total.
Lalu batang kontol itu dikeluarkannya dari mulutnya. Ia ingin totalitas. Oleh karena itu, beberapa detik kemudian, ia mulai menjilati batang kontol itu hingga ke pangkalnya. Bahkan ujung lidahnya beberapa kali menyentuh biji kontol itu. Semakin sering lidahnya menyentuh, semakin keras pula didengarnya dengusan nafas guru yang disayanginya itu. Ketika merasakan jambakan lembut di kepalanya, tanpa ragu, dihisap-hisapnya biji kontol itu.

Ia semakin bersemangat karena merasakan erotisme yang luar biasa ketika batang kontol itu menggesek-gesek ujung hidungnya. Ada sensasi yang membakar pori-pori di sekujur tubuhnya ketika bulu-bulu di biji kontol itu bergesekan dengan lidahnya! Gesekan itu merangsang lidahnya melata ke arah bawah untuk mengecup dan menjilat-jilat celah sempit antara biji kontol dan lubang dubur.

"Aarrgghh..!" desah Erwan ketika merasakan lidah muridnya itu menjilat-jilat semakin liar.

Bahkan ia mulai merasakan bibir murid cowoknya itu mulai mengisap-isap celah di dekat lubang duburnya. Sangat dekat dengan lubang duburnya! Dan sesaat ia berhenti bernafas ketika merasakan ujung lidah cowok itu akhirnya menyentuh lubang duburnya. Ia menggigil merasakan nikmat yang mengalir dari ujung lidah itu. Nikmat yang bahkan tidak pernah ia rasakan dalam seumur hidupnya.

Sebelumnya ia tidak pernah merasakan lidah menyentuh lubang duburnya. Matanya terbeliak ketika merasakan tangan murid prianya itu membuka lipatan daging di antara bongkah pantatnya. Hanya bagian putih di bola matanya yang terlihat ketika ia meresapi nikmatnya lidah muridnya itu saat menyentuh lubang duburnya.

"Oorgh.., aarrgghh..!" desah Erwan sambil menggerakkan pinggulnya menghindari jilatan-jilatan di duburnya.

Ia sudah tak kuat menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Cendawan batang kontolnya sudah membengkak. Lalu ia mengarahkan batang kontolnya ke mulut muridnya itu.

"Aku sudah tak tahan, Deny!!" sambungnya sambil menghunjamkan batang kontolnya sedalam-dalamnya.

Deny tersendat kembali ketika merasakan cendawan itu menyumbat kerongkongannya. Tapi sudah tidak menyebabkan rasa mual seperti ketika pertama kali tersendat. Dan ketika batang kontol itu bergerak mundur, ia mengisap cendawannya dengan keras hingga terdengar bunyi slurp. Kedua telapak tangannya mengusap-usap bagian belakang paha gurunya itu.

Lalu ia kembali menengadah. Mereka saling tatap ketika batang kontol itu kembali menghunjam rongga mulutnya. Telapak tangannya ikut menekan bagian belakang paha lelaki itu. Kepalanya ikut maju setiap kali batang kontol itu menghunjam mulutnya. Ia merinding setiap kali ujung cendawan itu menyentuh kerongkongannya.

"Aarrgghh.., Deny, aku sudah mau keluar. aarrgghh..! Telan yah. Telan lendir enaknya ya!"
"Hmm.." sahut cowok itu sambil mengangguk.

Erwan semakin tegang setelah melihat anggukan itu. Sendi-sendi tungkai kakinya menjadi kaku. Nafasnya mengebu-gebu seperti seorang pelari marathon. Sebelah tangannya menggenggam kepala murid prianya itu, dan yang sebelah lagi menjambak. Pinggulnya bergerak seirama dengan tarikan dan dorongan lengannya di kepala muridnya itu. Hentakan-hentakan pinggulnya membuat muridnya itu terpaksa memejamkan matanya.

Batang kontolnya sudah menggembung. Lendir berwarna putih susu terasa bergerak dengan cepat dari kantung biji kontolnya. Ia berusaha untuk menahannya. Tapi semakin ia berusaha, semakin besar tekanan yang menerobos saluran di kontolnya. Akhirnya ia meraung sambil menghunjamkan batang kontolnya sedalam-dalamnya. Berulang kali. Ditariknya, dan secepatnya dihunjamkan kembali.

"Aarrgghh.., aduuh! Aarrgghh..!" raung Erwan sekeras-kerasnya ketika ia merasakan air maninya muncrat menembak kerongkongan muridnya itu.

Sesaat ia merasa kejang. Dibiarkannya batang kontolnya terbenam. Tangannya mencengkeram kepala muridnya itu dengan keras karena tak ingin kepala itu meronta. Ia tak ingin kepala itu terlepas ketika ia sedang berada pada puncak kenikmatannya. Keinginan itu ternyata menjadi kenikmatan ekstra, yaitu kenikmatan karena tembakannya langsung masuk ke kerongkongan muridnya itu. Tembakan spermanya itu akan membuat kerongkongan itu agak tersendat sehingga air maninya akan langsung tertelan. Setelah tembakan pertama, ia masih merasakan adanya tekanan air mani di saluran lubang kontolnya. Maka dengan cepat ia menarik batang kontolnya, dan menghunjamkannya kembali sambil menembak dan menyemprotkan air maninya untuk yang kedua kalinya.

"Aaarrgghh..! Aarrgghh..!" Erwan

Ditariknya kembali batang kontolnya. Tapi sebelum kembali menghunjamkannya, ia merasakan gigitan di leher batang kontolnya. Ia pun berkelojotan ketika merasakan gigitan itu disertai kuluman lidah. Tembakan dan semprotan kecil masih terjadi beberapa kali ketika lidah murid prianya itu mengoles-oles lubang kontolnya.

"Ooh.., nikmatnya!" gumam Erwan sambil membelai-belai kedua belah pipi muridnya itu. Belaian mesra yang mengalir dari lubuk hatinya yang paling dalam. Belaian ungkapan tanda terima kasih!

Sambil menengadah dan membuka kelopak matanya, Deny terus mengulum dan menjilat-jilat. Tak ada lendir sperma gurunya yang berwarna susu yang mengalir dari sudut bibirnya. Tak ada setetes pun yang menempel di dagunya. Dan tak ada pula lendir yang tersisa di cendawan kontol Erwan! Bersih. Semua ditelan!

Tak lama kemudian, Pa Guru Erwan menghempaskan pinggulnya ke atas karpet. Ia merasa sangat lemas. Lunglai. Ia tak mampu berdiri lebih lama lagi. Deny tersenyum puas. Ia pun bangkit dari sofa, dan kemudian duduk di pangkuan Erwan. Kedua belah kakinya melingkari pinggang pria yang menjadi gurunya itu dan masih dalam kondisi terengah-engah itu. Posisi duduknya menyebabkan pantat dan kontolnya bersentuhan dengan batang kontol gurunya yang mulai mengkerut. Terasa hangat….

0 komentar: