BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Supir Taksi dari Flores

Untuk menghabiskan anggaran tahunan, perusahaan kami berniat membeli beberapa peralatan traktor dan beberapa perlengkapan lainnya. Aku diperintahkan untuk melakukan survey terkait harga penawaran supplier ke Jakarta, untuk melihat-lihat spesifikasi macam apa dan berapa harga yang layak dikeluarkan oleh perusahaan nantinya.

Sekalian menikmati liburan akhir pekan, aku berangkat hari Jumat siang dari stasiun Kotabaru, Malang dengan keretaapi eksekutif Gajayana menuju Gambir, Jakarta. Ah nikmatnya kereta ini. Sepanjang 6 jam perjalanan aku habiskan waktu untuk membaca, makan atau tiduran sambil sesekali melihat orang tampan atau cantik yang berlalu lalang.

Sampai di Gambir jam 5 pagi. Terus terang, walaupun sudah cukup sering aku ke Jakarta, aku masih tidak begitu hafal arah kemana untuk mau ke mana. Sebaiknya aku ambil saja taksi. Aku ingin hotel yang tak terlalu jauh dari Gambir, sehingga saat pulang nanti aku nggak perlu buru-buru. Dari teman di kantor aku disarankan tidur saja di Hotel The Acacia di kawasan Senen.

Untuk gampangnya aku naik saja salah satu taksi yang mangkal di situ. Aku taruh tas cangkinganku di jok belakang dan aku duduk di samping sopir. Aku mau menikmati pemandangan Jakarta di waktu pagi buta begini. Begitu keluar pintu Gambir, duh.., kemacetan lalu lintas nampaknya telah membayangi taksiku ini.

"Kemana Oom?", tanya sang sopir.

"Ke Senen, ke Hotel The Acacia. Tahu kan?".

Taksi berjalan cukup pelan menuju ke arah lapangan Banteng. Aku agak kesal juga. Rasanya buang waktu banget. Supaya agak relaks aku tarik mundur dan telentangkan jokku. Ah, nyamaann..

Lhoo.. Aku baru menyadari. Ternyata sopir taksi ini keren banget. Tangannya yang meraih stir itu.., woo, bulunya lebat juga.. Rasa-rasanya dia anak dari Ambon atau Flores. Wajahnya sangat tampan dengan rambutnya yang cepak. Ah, sopir kok kerennya seperti Penyanyi Marcell, sih. Aku jadinya pengin ngisengin juga nih. Kulemparkan banyak pertanyaan.

Mas, suka nganterin penumpang cewek-cewek nggak?! Kemana mereka? Ada nggak yang bisa dikenalin saya?, dan berbagai pertanyaan lainnya untuk menggiring ke arah keinginanku sendiri.

Dalam posisi duduk telentang tanganku mulai beraksi mengelusi tonjolan celanaku yang mulai merasa gatal dan sesak karena ngaceng melihat tangan berbulunya itu. Aku terus berbicara agak nyerempet-nyerempet ke arah-syahwat dan erotisme. Lama kelamaan sepertinya pembicaraan sepanjang perjalanan ini mempengaruhi Mas sopir juga.

"Berapa lama lagi nyampai ke hotel, Mas?", aku tanya.

Dia jawab se-enaknya, "Tenang saja, Oom. Biar 2 jam lagi juga biarin aja. Aman, kok. Lagian cerita lagi aja, Oom. Asyik ceritanya tadi"

Woo, benar khan?! Dia sudah terpengaruh bicara-bicaraku. Kembali aku mengelusi gundukkan celanaku. Wehh.. Weeh.. Ternyata Mas sopir Flores ini dengan sedikit melotot memperhatikan tanganku. Dan sesaat kami bertumbuk pandang. Aku sedikit kaget mengangkat alisku. Dia..? Ah.. Ternyata menjawab dengan alisnya pula. Haa.. Itu khan kode cinta sejenis. Benarkah? Apakah benar kami ini sejenis?
Setelah berusaha konfirmasi dengan pertanyaan pertanyaan khusus, akhirnya disimpulkan kalau kami ternyata sama-sama senang teman sejenis. Dan, langsung tangannya merabai pahaku, bahkan ikut mengelusi gundukkan celanaku,

"Ngaceng, ya, Oom?!", nampak mencari kepastian.

"Hheechh..", aku menggumam, " Dimana bisa..?", aku berbisik dalam desahan.

"Di kamar Oom saja, sebentar lagi nyampe di Hotel The Acacia, kok. Tuuh, sudah nampak pucuknya", ia menunujukkan puncak atap Hotel The Acacia.

Kemudian tangannya tak lagi sungkan meremasi kontolku dari gundukkan celanaku. Aku sendiri makin kepingin untuk lekas menciumi tangan-tangan berbulu itu. Aku coba rogoh juga kontolnya. Agak susah karena ada batang kemudi. Lho, lho. Lho.. Mas sopir ini kok malah membuka kancing celanaku. Rupanya sudah nggak sabar juga,

"Masih macet lampu merah, Oom. Lihat ini dulu ya..", sambil merogoh kontolku.

Dari celana dalamku, di rogoh dan tariklah kontolku yang memang sejak tadi sudah ngaceng terus," Wwwuu.. Gede banget Oom.. Asyik banget..".

Loh, taksinya malahan dia bawa ke pinggir. Kapan sampainya ke hotel, nih. Lampu sen kirinya, diip.. Diip.. Diip..,

"Percuma buru-buru Oom".

Kok, jadi dia yang ngatur. Tetapi jelas aku nggak nolak. Rupanya dia kebelet banget setelah melihat kontolku.

"Wuuhh.. Gedenya.. Dari mana sih, Oom. Orang mana? Oohh, Jawa Timur ya. Biasanya orang Jawa Timur itu hot banget, loh".

Begitu mobil menepi dia langsung membungkuk dan mulutnya nyosor ke kontolku yang memang telah menunggu-nunggu kesempatan macam ini. Ah, ramahnya Jakarta..

Dan tangannya yang berbulu itu menggeser-geser pada perutku. Aku jadi terangsang banget. Heran juga, dalam kesibukkan Jakarta yang demikian tinggi, orang-orangnya bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Sosok tampan ini rupanya berpengalaman membaca penumpangnya.

Heech.. Heechh.. Heecchh. Terdengar dengus memburu. Dia mengangguk-angguk mengisapi dan menjilati kontolku. Mulai dari ujung kepala kontolku dikecupinya. Lalu dijilatinya batang kontolku. Lalu happp dilumatnya seluruh batang kontolku. Lidahnya menari nari dan menggelitiki mulut kecil di ujung kontolku. Duh.. Bukan main nikmatnya. Sambil menyaksikan Jakarta dalam suasana pagi hari dan tanpa khawatir dilihat orang dalam keremangan lampu jalan ini.

Ah, syahwatku terdongkrak. Reflek tanganku merogoh arah bokongnya yang nungging itu. Lalu aku lepasi celananya dan aku lorotkan. Tanganku terus menggerayang. Kucari lubang pantatnya yang penuh bulu itu. Kuelusi dengan jari-jariku sesaat untuk kemudian jari-jari tengahku menembusi duburnya. Hangat dan licin. Dia kembali mendengus. Pasti ke-enakan. Sesaat kutarik. Hidungku pengin mengendusnya. Ah.. Ngalahin "clinique happy" for men dari Paris. Hidungku mengembang untuk menghirup sebanyak-banyaknya. Kemudian aku meludahi jari tengahku agar aksiku menembusi lubang anusnya lebih lancar. Saat itu kurasakan lubang itu berkedut kedut berkontraksi menjepit jari telunjukku. Ooohh.. Ampuunn.. Nikmat bangett.

Deerrtt.., ah HP-ku berdering. Aku intip, ternyata dari bosku Kuraih dari kalungnya, pencet tombol dan..,

"Sudah nyampe..? Jangan main cewek ya.. Selamat. Aku tunggu kabar. OK?".

Rupanya boss perlu cek anak buahnya. Sopir taksiku tak acuh sewaktu aku menerima telphon. Dia terus mengulumi batang kejantananku.

Terus saja dia menikmati jilatan dan kuluman bibir dan lidahnya pada batang kontolku. Kurasakan dia mengisep-isep kepalanya. Dia menyedoti precum kontolku yang terus membanjir. Aku sungguh tak tahan dengan permainan lidahnya yang begitu kuat mengenyoti setiap inchi batang kontolku. Hingga kurasakan mataku berkunang kunang dan tubuhku bergetar getar.

Dan kini saatnya muncrat.. Crot.. Crott.. Crott.. spermaku tak dapat aku tahan muncrat duluan di mulut supir taksi ini. Croott...semburan demi semburan spermaku meletup dan mengalir ke mulut pria supir taksi ini. Duh enak banget. Dan, ohh. Rakus banget nih sopir. Dengan kesetanan berusaha menangkap seluruh cairan air maniku. Dia telan seluruhnya. Yang tercecer pun dia jilati semua. Ahhh...

"Oooaahh.. Enak banget pejuh Oom. Trim's ya..".

Dia bangun dan kembali memegang stir taksinya. Dia mau bergerak lagi. Terserah dia apa maunya lah. Aku sendiri sementara reda dalam keadaan lemas. Syahwatku lumayan sudah tersalur, namun tenagaku sudah terkuras.
"Ini bagaimana?", aku kini yang meraba-raba kontolnya di balik celananya.

"Iyyaa.., aku pengin Oom nanti jilati di hotel ya..?!".

Aku menikmati banget awal masuk Jakarta sekarang ini. Sebentar lagi aku akan merasai nikmatnya lelaki tampan Flores ini. Akhirnya sampailah di The Acacia. Taksinya langsung masuk ke basement untuk parker. Kami telah sepakat untuk tidur sama-sama malam pertama di Jakarta ini. Tidak semalaman sih, dia mesti balik ke pool selambat-lambatnya jam 7 pagi nanti. Masih banyak waktu.

Sesudah masuk kamar, aku ajak dia mandi bareng. Dia terus menatap aku. Dia bilang aku jantan banget. Aku juga balik bilang dia tampan. Aku bilang mau minum kencingnya. Atau nyebokin kalau dia mau berak nanti. Dia nggak percaya omonganku. “Aku suka sekali,” kataku. “Urine itu sehat, lho. Baca tuh, Buku 'Terapi Urine', karangan dokter yang doctor. Cari di Gunung Agung atau Gramedia. Banyak orang menggunakan metode minum air kencing untuk kesehatan”.uraiku panjang lebar. Aku nggak terusin. Rasanya dia juga tahu.

Kami langsung berpagutan bibir. Duh, rambut-rambut pendek di sekujur dagu dan lehernya menggelitik bibirku. Aku nafsu banget. Tanganku langsung melepasi ikat pinggangnya, kemudian busananya. Ah, tampan banget sopir ini. Oh, ya, namanya Ramin. Osna Ramin, lengkapnya. Aneh ya namanya?!

Kugigiti dadanya, dia melenguh penuh nikmat. Kudorong ke tempat tidur. Aku merangkaki sambil melepasi pagutan demi pagutan di sekujur tubuhnya. Aku akan buat dia panas dingin. Bibir dan lidahku belum akan mengolah wilayah kontolnya. Sengaja celana dalam (CD)-nya yang nampaknya sudah dekil itu belum aku renggut dari tempatnya. Lidahku ingin menjelajahi punggungnya, bokongnya, lubang pantatnya. Aku sangat pengin menciumi lubang duburnya yang pernah kutangkap aromanya tadi saat macet di jalanan. Dia menyerah saja apa yang kumaui. Kubolak balik tubuh indahnya. Semua celah-celah yang menebar aroma kujelajahi dengan lidah, bibir dan hidungku. Aku sendiri kembali ngaceng berat karena aroma khas pria ini.

Kini dalam tengkurap, kuangkat bokongnya. Dia yang tahu maksudku langsung nungging. Bokongnya yang masih terbungkus CD-nya langsung menantang mukaku. Pelan aku melepaskan jilatan pada tepi-tepi CD-nya. Sesekali hidungku nyungsep ke celah bokong tampan itu untuk menyergap aromanya. Ahhh..nikmat kurasakan. Gairahku langsung meletup eput karena aroma khas itu.
Hati-hati tanganku mulai menguak dan melorotkan CD-nya yang kumal itu sambil diikuti rambatan lidah, bibir dan hidungku. Uhh, lubang analnya yang dikitari lebat bulu-bulunya sungguh sangat menawan. Berkerutan menuju pusat lubang. Warnanya memerah. Dan sehat banget. Maksudku masih kenceng dan nampaknya belum pernah disodomi.

Aku langsung cium dan jilati dubur itu. Dia merintih sambil tangan kanannya berusaha meraih rambutku untuk diremasinya. Dia tak pernah menyangka aku akan berbuat seperti itu. Lubang pembuangannya diperlakukan istimewa seperti itu olehku pria eksekutif muda.
Pada puncaknya dia terbakar. Bangun dan mendorong kemudian ganti memaksa aku untuk nungging. Kupikir dia akan melakukan seperti yang aku lakukan. Ternyata dia langsung menembak pantatku. Ahh..kenapa terburu buru banget nih orang, pikirku.

Tapi aku pasrah aja. Birahiku telah memuncak. kontolnya yang gede membuat pantatku terasa pedih dan panas saat akan membobol lubang anusku. Dengan kutuntun dan tanganku membimbing kontol besar itu tepat di lubang anusku. Karena masih seret, aku lumuri dengan ludahku. Aku jilat jilat batang kontolnya, lalu aku kulum kulum hingga basah. Lantas setelah aku pasangkan kondom, aku arahkan lagi ke lubang anusku. Sedikit kepala kontol itu melesak menembusi lubang anusku. Aku tahan sebentar dan ambil nafas. Lalu aku dorong hingga sedikit lagi batang itu menusuk semakin ke dalam. Akhirnya seluruh batang besar itu tenggelam di dalam lubang anusku.

Ahh...panas kurasakan gesekan karet kondom itu dengan kulit anusku, karena tidak memakai pelicin. Namun aku sungguh merasakan sensasi yang begitu hebat karena kontol berselubung kondom itu berhasil masuk tanpa pelicin. Memang agak seret waktu dia menggesek gesekkan batang kontolnya memompai anusku. Tubuhku bergetar menahan nikmat saat dia mulai menggenjoti pantatku. Diangkatnya pantatku. Lalu dia balik tubuhku untuk mencoba gaya yang berbeda. Lama kelamaan rasa panas terasa membakar anusku, karena pelicin ludah sudah mengering. Tetapi aku sangat puas menikmati setiap jengkal batang kontolnya menghajar lubangku. Aku dibuat terkapar oleh genjotannya yang jantan itu. Akhirnya, tubuhnya bergetar seperti orang menggigil, pertanda dia akan mencapai puncak. Crettt..crettt semburan spermanya aku rasakan muncrat di dalam kondom.

Dia muncratkan spermanya di dalam anusku. Dia pun akhirnya menggelepar lemas. Kini aku malah yang masih tegang. Kontolku terus menengang sejak dia hajar lubang anusku. Sengaja aku tidak mengocok kontolku agar aku bisa menikmati persenggamaan tanpa menggunakan pelicin. Aku genggam kontolku dengan terus membaui tubuhnya. Sesekali aku jilati puting susunya. Dia rupanya merasa kegelian dan pamitan akan ke kamar mandi untuk pipis.

Aku ikut bangkit dan menyusulnya ke kamar mandi. Seperti tadi aku bilang, bahwa aku sangat ingin merasakan air kencingnya. Dia kusuruh kencing di mukaku. Tapi dia rupanya sungkan dan enggan melakukan. Aku terus mengocoki kontolku sambil menunggu air kencingnya membasahi mukaku.
Aku terus meohonnya agar dia mau mengencingku. Dia agak kikuk ingin menuruti kemauanku. Akhirnya dia mengaggukkan kepala pertanda setuju akan mengarahkan kencingnya ke mukaku.

Aku melihat batang kontol berwarna gelap itu berkedut kedut seakan mau menengang lagi. Lalu currrr... air kencing hangat itu menimpa kepala, rambut dan mukaku. Serrrr.... bau pesing itu tercium indera penciumanku. Dan bau khas itu sungguh kubaui sebagai aroma surgawi yang membuatku terbang ke awang awang. Ohhh kurasak\an sensasi luar biasa hangatnya air kencing pria Flores ini terus mengguyur dan menyirami muka dan tubuhku. Baunya semakin pesing dan itu membuat birahiku memuncak dengan drastis. Dan kocokan tanganku di batangku semakin cepat hingga akhirnya dalam hitungan detik aku tak kuasa menahan ejakulasiku.

Crotttt...crott...spermaku menyembur dengan disirami air kencing supir taksi ini. “Woww...” Pria Flores itu berteriak terkejut. Aku tersenyum menikmati apa yang barusan aku alami. Ahhh betapa indahnya Jakarta ini kurasakan. Sungguh aku terpuaskan.




0 komentar: