BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Anak Orang Tua Asuhku

Aku merasa hidupku cukup beruntung. Walaupun aku berasal dari desa, namun aku dapat menikmati kehidupan orang kota, bahkan bersekolah hingga tamat SMP. Kini aku juga sedang sekolah di salah satu SMU di Kota Malang. Dan semua biaya sekolah serta hidupku, ditanggung oleh orang tua asuhku.

Semua keluarga Tuan Aldiansyah Wijaya dapat menerima keberadaanku. Termasuk Firman, anak semata wayang mereka yang usianya di bawahku selisih satu tahun. Cuma memang Nyonya Aldiansyah Wijaya rada cerewaet kalau meyangkut urusan putra semata wayangnya. “Mir…Amir, tolong kesini sebentar!" itu suara Firman, putra orang tua asuhku.
Aku segera bergegas memenuhi panggilannya, soalnya anak ini rada-rada manja. Kalau dia ngambek gara-gara aku terlambat memenuhi panggilannya, bisa berabe. Aku bakalan kena omelan Nyonya seharian.

"Ya, sebentar Dek," jawabku, kuletakkan buku Matematika yang sedang kubaca.
"Perasaan bukan cuman dia doang yang ujian, aku juga ujian besok," sungutku dalam hati.
Pasti anak manja ini bakalan minta aku ajarin matematika lagi. Jujur aja, males aku kalo harus ngajar dia. Dibilang bego, bisa berabe, cuman kalo diajarin emang gak bisa ngerti-ngerti dia. Aku gak tahu apa yang ada di kepalanya. Ngerepotin aku aja nih. Sambil bersungut aku berjalan cepat menaiki tangga rumah besar rumah orang tua asuhku ini. Kamar Firman ada di lantai dua rumah itu.

"Tok..tok..tok.., " tanganku mengetuk pintu kamar Firman pelan, sebelum pintu kamar itu kubuka. Kemudian aku berdiri di pintu kamarnya yang luas dan dipenuhi dengan berbagai poster tokoh komik seperti Spiderman, Superman, Batman itu. Nih anak badannya aja yang gede, tapi masih aja demen ama komik, kataku dalam hati. Dan seperti biasa aku disambut dengan omelannya yang sama dan sebangun setiap kali aku dipanggilnya,
"Lama banget sih lo,"
"Maaf Dek, aku tadi lagi konsentrasi baca buku Matematika, kan besok ujian, saking konsennya baca buku, panggilan Adek agak sayup-sayup kudengar," jawabku membela diri.
"Alasan lo," katanya tanpa perlu memandangku, matanya tak lepas dari layar komputer yang ada didepannya.
Lo, aku pikir dia lagi belajar, tak tahunya sedang asik komputeran anak manja ini. Lalu untuk apa aku dipanggilnya.
"Ada apa Adek, kok aku dipanggil?" tanyaku.
"Kapan Papi sama Mami balik dari Hongkong?" pertanyaanku tak dijawabnya, malah dia menyampaikan pertanyaan kepadaku.
"Bukannya masih seminggu lagi Dek," jawabku, masih berdiri di pintu kamarnya.
"Hmm," gumamnya. "Masuk sini! Tutup pintunya!" katanya.

Aku masuk lalu menuju kursi berkaki rendah itu. Biasanya juga kalau ke kamarnya aku langsung duduk di kursi itu. Mataku tidak berani melirik monitor komputer, soalnya pernah sekali aku melirik monitor dan disana terpampang tubuh bugil indah milik Pamela Anderson. Aku malu sekali waktu itu, wajahku merah, sementara dia ngeledek aku karena aku malu ngelihat gambar begituan. Akhirnya kami tidak jadi belajar waktu itu, karena konsentrasiku benar-benar hilang gara-gara melihat gambar itu. kontolku ngaceng sejadi-jadinya waktu itu.

Ketika aku baru saja duduk di kursi, tiba-tiba dia memanggilku,
"Sini Mir," katanya. "Gua mo nunjukin lo gambar bagus,"katanya.
"Enggak usah Dek," jawabku pelan.
Tapi dia membalas jawabanku dengan suara keras,
"Kalau gua suruh liat gambar, maka lo harus liat gambar! Sini!" katanya agak keras.

Daripada urusannya panjang segera aku bangkit dan mendekatinya, berdiri di belakangnya dan melihat ke monitor komputernya. Betapa kagetnya aku, jantungku serasa copot melihat gambar yang terpampang di monitor komputer itu. Seorang cowok bule, muda, ganteng, kekar dalam keadaan bugil sedang menungging dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Dibelakangnya seorang cowok yang juga bule, muda, ganteng, kekar, dan juga bugil memasukkan kontolnya yang besar dan panjang kedalam lobang pantat cowok yang sedang menungging itu. Mataku berkunang-kunang melihat gambar yang "tak biasa" buatku itu.

Aku terpaku, dan ketika tersadar aku bersegera untuk pergi dari tempatku berdiri, namun tangan putih berbulu halus, kekar milik Firman menahan tanganku.
"Jangan kemana-mana. Lihat aja baik-baik," katanya tegas.
Selanjutnya berganti-ganti gambar-gambar berbagai posisi persenggamaan sesama laki-laki disuguhkan Firman di depan mataku. Aku hanya bisa melotot melihat gambar-gambar itu. Pelan-pelan jantungku mulai normal detakannya, namun bulu romaku terasa merinding, pelan-pelan aku merasakan kontolku mulai bergerak-gerak, mengeras dan semakin keras.
"Adek, kenapa lihat gambar beginian..??" tanyaku pelan, dan aku yakin suaraku terdengar sangat bergetar.

Firman tak menjawab, namun kemudian ia memandangku dengan pandangan yang menurutku aneh, tiba-tiba aku risih dengan pandangannya. Selama ini bila aku memandangnya yang muncul hanya perasaan kesal, keqi, dongkol atas gaya manjanya saja. Selain aku risih melihat tatapan anehnya itu. Firman memang ganteng. Kegantengannya sudah diakui, kenapa? Soalnya bulan lalu saja dia mendapat predikat Juara I pemilihan model sebuah majalah terkenal. Sebelumnya juga sering menang di loba foto model atau fotogenic.

Firman, hidungnya mancung, bulu matanya tebal, bibirnya tipis dan kemerahan, kulitnya putih bersih dan ditumbuhi bulu-bulu halus di pergelangan tangan, betis, dan mungkin sampe pahanya. Aneh, aneh, selama ini aku tidak pernah memperhatikannya secara fisik. Kenapa kok tiba-tiba aku jadi begini sekarang?? Tubuhnya tinggi kokoh, mungkin sekitar 185 cm karena kalau aku berdiri disampingnya tubuhku lebih pendek sedikit darinya, sedangkan tinggiku 175 cm. Tubuhnya atletis, mungkin karena dia rajin renang dan rajin main volli, dia anggota tim inti volli di sekolahnya. Bukannya nyombong, tubuhku juga kekar dan atletis, bukan karena olahraga namun karena bekerja. Dulu di kampung pekerjaanku apalagi kalau bukan mencangkul sawah. Karenanya tubuhku lebih hitam dari Firman. Waktu baru tiba di rumah ini, tubuhku lebih hitam dan kulitku lebih kasar dari sekarang. Namun setelah hampir setahun aku tinggal disini kulitku sudah tidak terlalu hitam lagi, dan juga tidak sekasar dulu lagi, mungkin karena pengaruh makanan dan kini kulitku jarang terpanggang panas matahari.

Tiba-tiba tangan Firman menggenggam tanganku erat, lalu aku ditariknya ke tempat tidurnya yang empuk. Aku didudukkannya, kami duduk berhadapan. Dipegangnya daguku yang terbelah. Lalu dengan menatap mataku dalam-dalam Firman berkata,
"Aku pengen nyobain apa yang kita lihat di gambar-gambar tadi dengan kamu. Kamu mau kan?!!" tanyanya lembut namun tegas.
Sosok Firman sekarang benar-benar berubah kurasa. Bukan seperti Firman yang selama ini aku kenal. Kali ini dia begitu tegas dan matang tidak manja dan menjengkelkan seperti biasanya. Tatapannya elangnya benar-benar menyihirku, sehingga tanpa ada perlawanan aku terdiam.

Selanjutnya wajahnya semakin dekat mendekati wajahku. Nafasnya yang hangat berhembus diwajahku. Tiba-tiba aku merasa bibirnya lekat di bibirku. Bibirku terasa basah oleh air hangat. Rupanya lidahnya mulai menyapu bibirku. Pelan-pelan lidah itu mendesak ingin masuk kedalam mulutku. Secara alami mulutku mulai membuka membiarkan lidah Firman mencari lidahku. Mulut kamu kemudian saling melumat, menghisap, dan lidah kami beradu dengan dahsyat. Baru sekali ini aku berciuman, dan gilanya dengan seorang cowok. Namun ciuman itu terasa sangat nikmat kurasakan. Kami terus melumat, lama.

Setelah selesai acara lumat-melumat di bibir dilanjutkan dengan daerah lain. Secara perlahan Firman menyerbu leher, telinga, belakang leherku. Aku menjadi ragu kalau Firman baru sekali ini melakukan hubungan sejenis. Karena aku kok merasa dia sangat pintar dalam hal ini. Bahkan tangannya sudah menjelajah entah kemana-mana. Hingga akhirnya aku sudah dalam keadaan telanjang bulat. Lalu diapun membuka baju dan celananya dengan tergedsa gesa.

Lalu dia menindihku lagi. Tubuhnya berkeringat ketika bergesekan dengan tubuhku. Dia mengerang-erang, akibat gesekan-gesekan tubuh kami menimbulkan rasa yang nikmat. Tidak bisa kukatakan bagaimana nikmatnya, namun arghh. Lalu dia melumat bibirku, meremas rambutku, menggesek-gesekkan dadanya yang bidang ke dadaku. Menggesek-gesekkan kontolnya yang keras ke kontolku. Aku lirik kontol Firman ternyata begitu besar, keras dan panjang dengan warna kemerahan di kepalanya.

Bosan dengan aksi gesek-menggesek Firman mengganti posisi. Dia menungging bertumpu pada dua tangan dan kakinya. Sementara aku berada di bawahnya, telentang dengan kepala mengahadap ke atas. Wajahku tepat menghadap ke selangkangan Firman. Tangan Firman menggenggam kontolku. Lama dia mengamati kontolku yang batangnya berwarna kuning langsat kemerahan. Kepala kontolku memang berwarna lebih gelap. Di pangkal kontolku itu bertebaran bulu jembut halus, namun lebat, tumbuh hingga ke lobang pantatku.
"Besar banget kontol mu, Mir..hmmpp." desah Firman sambil mulutnya menyelomoti batang keras ku itu. Aku terkejut, namun hanya bisa diam menikmati apa yang dilakukan Firman.

Lalu mulutku pun dipaksa untuk membuka. Karena kontol Firman mendesak desak dan mendorong dorong mulutku. “Buka dan lakukan seperti apa yang kulakukan,”perintah Firman. Aku pun mulai membuka mulut dan menghisap batang kejantanan anak majikanku yang keras ini. Entah kenapa saat Firman mengemut, menghisap, menjilat kontolku ini sangat nikmat kurasa, dan aku pun sangat menikmatinya. Padahal kontolku ini tak manis rasanya seperti permen atau es krim. Rasanya asin, dan baunya pun sebenarnya tak enak, karena sudah bercampur bau ludah, precum, dan mungkin sedikit air kencing. Tapi entahlah.. Kok dia begitu menyukainya. Lidah Firman tak berhenti-henti menjilat, mulutnya tak berhenti-henti mengulum, menyedot, menghisap. Srupp. Dia juga lebih nakal lagi, lidah dan mulutnya mulai berani-beranian mengekspansi ke arah lobang pantatku.

Lobang pantatku terasa basah dan hangat karena jilatan lidahnya.
"Arghh.." Aku mendesah kegelian, gesekan lidahnya yang kasar di lobang pantatku benar-benar nikmat rasanya. Saking nikmatnya aku jadi melupakan kontol gede di hadapanku ini. Aku konsentrasi menikmati kenakalan mulut dan lidah Firman dibawah sana, eh jarinya pun mulai nakal juga rupanya. Ngapain tuh jari menusuk-nusuk pantatku?? Aku mendelik, bukan karena marah, tapi karena keenakan. Aku benar-benar lupa dengan kontol Firman, aku mengerang-erang keenakan. Dan Firman pun tak memaksaku untuk mengrejai kontolnya lagi. Rupanya dia pun sedang keasikan mengerjain lobang pantatku. Malah tiba-tiba dia membebaskan dirinya dari kangkanganku.

Dari lobang celah antara kedua pahaku dia beringsut keluar. Lalu dia menungging d ibelakangku. Dan mulai merimming pantatku dengan mulutnya. Ohh..shitt..mulutnya nakal banget, lidahnya nakal banget, jari-jarinya itu juga. Kok enak bangetthh..Ohh..Aku memejamkan mataku menahan rasa nikmat itu. Lidah, mulut, dan jari Firman tak putus-putus mengerjain lobang pantatku, sekali-kali dikocoknya juga batang kontolku. Tapi tiba-tiba aku merasa Firman menghentikannya. Aku kebingungan, aku menunggu siapa tau dia akan melanjutkan lagi. Tapi tak ada tanda-tanda Firman melanjutkan lagi. Aku menoleh ke belakang mencari tahu apa yang terjadi, kenapa Firman menghentikan aksinya.

Kulihat d ibelakangku Firman sedang memasangkan kondom ke kontolnya yang besar dan mengacung itu. Aku begitu kaget dan merasa heran. “Adek mau ngapain..?" tanyaku bergetar. Firman tak menjawab. Firman benar-benar lain, biasanya dia cerewet, namun sepanjang persenggamaan ini dia benar-benar jadi orang yang banyak bekerja sedikit bicara. Jari telunjuknya diletakkannya ke mulutnya, memberi isyarat kepadaku agar tidak bicara lagi. Akupun diam. “Aku pengen nyobain yang seperti di gambar itu”,ujar Firman. Tak lama kemudian, aku merasakan lobang pantatku mulai dijejali dengan sebuah bongkahan benda keras, kenyal dan besar. kontol Firman mencoba memasuki lobang pantatku yang masih perjaka.
"Orgghh..orghh..orghh." aku mengerang-erang, karena merasa sedikit kesakitan.

Namun Firman tak memperdulikannya, terus saja dia mencoba menjejali lobang pantatku. Sedikit demi sedikit kontol besar berkondom itu memasuki lobang pantatku. Lobang pantatku terasa panas, perih. Aku memejamkan mata menahan sakit. Namun untuk menolak keinginanannya aku tak mau. Antara rasa takut dan perasaan lain, bercampur aduk. Bahkan yang aneh, aku juga mulai menikmatinya. Aku menahan rasa sakitku itu hingga akhirnya aku rasakan bulu jembut Firman menggesek belahan pantatku. Rupanya seluruh kontolnya telah masuk semua. Tak kusangka anus sempitku sanggup juga menelan batang keras dan besar itu. Arghh.. Firman mendiamkan kontolnya sesaat. Aku mengambil kesempatan itu untuk meralakskan lobang pantatku sekaligus mengatur nafasku.

Tiba-tiba tanpa pake woro-woro terlebih dahulu Firman menarik kontolnya dan segera membenamkannya lagi. Memang tak seluruh kontol itu bisa ditariknya karena sempitnya lobang pantatku namun gesekan itu cukup membuatku untuk menjerit. "Akhh.." aku benar-benar merasa sedikit kesakitan, namun ada sensasi anehnya juga. Firman tak memperdulikan jeritanku, malah aksi tarik sorong itu kemudian dilakukannya terus berulang-ulang. Awalnya pelan namun setelah kontolnya dapat beradaptasi dengan lobang pantatku, gerakannya cepat dan semakin cepat. Aku pun mendesis desis menahan rasa sakit dan rasa nikmat. Untunglah kamarnya itu kedap suara, sehingga desisanku tak perlu mengganggu orang lain di rumah.

Tak lama jeritanku mereda, bukan karena Firman menghentikan gerakannya, namun memang kemudian gesekan kontol Firman itu tak lagi kurasakan ada sakitnya seperti tadi. Gesekan itu semakin lama semakin enak kurasakan. Akhirnya jeritanku pun beralih menjadi erangan-erangan. "engg..engg..engg..engg.." Keringat memabsahi tubuh kami berdua.

Goyangan Firman semakin binal dan cepat, nafasnya liar dan tak beraturan, tangannya meremas pinggangku kuat-kuat. kontolnya mengaduk-aduk lobang pantatku. Mulutnya melumat-lumat leher belakangku, giginya menggigit-gigit kecil disana. Tiba-tiba Firman melakukan gerakan hentakan kontol di lobang pantatku, dibenamkannya kontolnya sedalam-dalamnya di lobang pantat ku itu. Lalu kurasakan ada yang menggelembung di dalam pantatku. Aku yakin itu pasti ujung kondomnya yang sudah dipenuhi dengan udara karena gesekan itu. Tiba tiba Firman melakukan aksi yang lain. Dia terdiam rebah diatas tubuhku sementara dia terus menyuruh pantatku bergerak gerak. Tak tahan menahan tubuhnya yang berat aku pun merebahkan diri di kasur empuk itu dengan tubuh Firman di atas tubuhku. kontolnya masih tersimpan dengan aman di lobang pantatku. Lalu dia menggoyang goyang lagi.

Nafas Firman tak beraturan. kontolnya masih saja menikmati kenyamanan lobang pantatku Lalu dia mencabut kontol berkondom itu dari lubang pantatku. Lalu dia berdiri dan kakinya mengangkang di atas perutku. Lalu kontolku dipegangnya, dan dilumurinya dnegan ludah. Lalu dengan perlahan kontolku di arahkan tepat di lubang pantatnya. Firman lalu menduduki kontolku itu. Namun susah sekali kontolku menembus lubang sempitnya.
Dengan paksa dia terus memasukkan kontolku yang besar itu ke lobang pantatnya, tanpa kondom. Dengan paksa kontolku dibenamkannya ke lobang pantatnya. Kulihat mata Firman sedikit mendelik. Rupanya dia merasa kesusahan memasukkan kontolku ke lobangnya. Entah karena kontolku yang sangat besar atau karena lobang pantatnya yang sangat sempit, sangat susah kontol ku terbenam kesana. Keringat Firman mulai bercucuran. Namun dia terus mencoba dan akhirnya batang itupun dapat masuk namun hanya ¾ nya saja kurasa. Rasa hangat dan nikmat kurasakan. Sungguh rasa yang nikmat, sehingga akupun mendorong pantatku agar kontolku melesak masuk. Segera pantatnya digoyang tarik turun, sehingga kontolku pun tarik-tusuk. Aku merasakan kontolku dicengkeram sangan ketat oleh lubang pantatnya. Firman terus melakukan gerakan tarik turunkan pantatnya itu. Tapi dalam tempo yang masih sangat lambat.

Tak lama goyangan Firman semakin lebih lancar, rupanya kontolku sudah dapat beradaptasi disitu. Akhirnya kontolkupun dapat masuk seluruhnya, goyanganku pun dapat kupercepat. Goyanganku semakin pelan, dan aku lihat mata Firman mulai terkatup-katup. Dari mulutnya terdengar erangan-erangan, dia sudah keenakan juga rupanya. Kedua tangannya asik meremas belahan pantatku, sambil tangan yang satunya asyik mengocok kontolnya sendiri. Pantat Firman juga bergoyang lembut membalas goyangan ku. Goyanganku tetap kulakukan seintens mungkin. Dan dari erangannya aku tahu si anak manja ini bener-bener keenakan.

Buktinya sekarang dia malah dengan bernafsu menggoyangkan pantatnya naik turun menduduki kontolku. Sementara aku telentang dibawah meremas-remas dadanya. Wajahnya memandangiku dengan penuh nafsu, dengan tetap menggenjot-genjot.

Tiba-tiba aku merasa kontolku akan meledak. Aku dorong dia, kupaksa dia telentang tanpa kucabut kontolku dari lobangnya. Lalu aku tindih dia, kupegang kedua pipinya, kupandangi matanya. Aku ingin ketika muncrat memandangi matanya. Kupaksa dia memandangiku. Lalu pantatku bergoyang cepat-cepat-cepat.
"Hoh..hoh..hoh..hoh. .hoh..hoh..hoh..hoh..,dia mengerang erang keenakan. Terus kubenamkan kontolku ke pantatnya, hingga akhirnya aku merasakan kontolku berdenyut. Rupanya kurasakan denyutan-denyutan di batang kontolku semakin hebat, lalu kutekan sedalam-dalamnya dan kusemburkan cairan spermaku di dasar lubang pantatnya. Dan bersamaan dengan itu Firman juga mencapai orgasmenya. Tubuh cowok itu sampai bergetar ketika denyutan-denyutan nikmat memancar dari dalam lubang perkecingannya. Semburan spermanya muncrat memenuhi dada dan perutnya.



0 komentar: