BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Guru Les

Kejadian ini aku alami saat aku masih bekerja part-time di salah satu lembaga pendidikan komputer di Jakarta. Waktu itu salah seorang temanku ada yang menawarkan lowongan di tempat tersebut sebagai instruktur komputer part-time. Aku pikir boleh juga, toh mata kuliahku juga tinggal sedikit sehingga dalam seminggu paling cuma dua hari kuliah. Sisanya ya nongkrong di tempat kost atau jalan sama temen-temen. Kira-kira di bulan ketiga aku menjadi instruktur, aku mendapat murid yang mengambil kelas privat untuk Microsoft Office for Beginner. Sebetulnya aku paling malas mengajar beginner di kelas privat. Toh kalo cuma pengenalan ngapain mesti privat. Kalo advanced sih ketauan. Hampir saja aku tolak kalau waktu itu aku tidak melihat calon muridku tersebut.

Namanya Edwin, siswa kelas tiga SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup borju di Jakarta. Secara tak sengaja aku melihatnya mendaftar diantar maminya, saat aku mau mengambil beberapa CD di ruang administrasi. Tubuh Edwin terbilang tinggi untuk cowok seusianya, mungkin sekitar 173 cm (aku mengetahuinya karena saat dia berdiri tingginya kira-kira semataku, sementara tinggiku 177 cm) dengan berat mungkin 65-an kg. Kulitnya putih bersih, wajahnya oval dengan kedua mata yang cukup tajam, hidung yang mancung dan bibir yang mungil. Rambut coklatnya yang dihighlight kuning sungguh serasi dengan kulitnya yang bersih.

Edwin cukup cepat menangkap materi yang kuberikan. Materi beginner yang sedianya diselesaikan 24 session, dituntaskan Edwin hanya dengan 19 session. Apa boleh buat, sisa waktu yang ada hanya bisa kugunakan untuk memberinya latihan-latihan, karena kebijakan dari lembaga pendidikan tidak memperbolehkan murid mengakhiri term meskipun materi telah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan memberi materi yang lebih dari kurikulum yang diambil si murid. Ya sudah, aku hanya menjaga integritas saja.

Di sisa session, sambil latihan aku banyak mengobrol dengan Edwin. Cowok manis itu sangat terbuka sekali denganku. Edwin cerita mulai dari keinginannya kursus untuk persiapan kuliah di bidang Kedokteran nanti, tentang keluarganya yang jarang memberinya perhatian karena kedua orang tuanya sangat sibuk, sampai urusan... ehm seks. Aku cukup terkejut saat mengetahui bahwa Edwin sudah mulai berhubungan seks semenjak kelas tiga SMP dengan pacarnya yang berusia 7 tahun lebih tua darinya. Semenjak itu Edwin merasa ketagihan dan selalu mencari cara untuk memuaskan nafsunya. Dia pernah pacaran dengan 4 cowok sekaligus hanya untuk mendapatkan kepuasan seksnya.

Kami saling bertukar cerita. Dan Edwin juga terkejut ketika mengetahui bahwa hubungan badanku yang pertama malah dengan Bapak kost. Kami pun banyak bertukar pengalaman. Sampai akhirnya Edwin telah menyelesaikan term kursusnya, kami tetap kontak lewat telephone.

Suatu ketika Edwin memintaku untuk mengajar di rumahnya. Rupanya setelah mahir menggunakan Microsoft Office, banyak teman-teman sekolahnya yang tertarik ingin belajar juga. Edwin pun menawarkan mereka untuk ‘main belakang’. Karena biaya kursus di lembaga tempatku mengajar cukup mahal, Edwin mengajak teman-temannya untuk membayarku mengajar di rumahnya dengan separuh harga. Sementara mereka minta kepada orang tua mereka harga kursus di lembaga.

Edwin and the gank ada enam orang termasuk Edwin sendiri. Dan aku baru tahu bahwa mereka korban kesibukan orang tuanya masing-masing. Yah, tipikal anak-anak metropolitan yang diberi kasih sayang hanya dengan uang. Rony, Robert, Gathan, Roy dan Fredy adalah teman-teman sekolah Edwin. Seru juga ngajarin mereka. Kadang aku mesti meladeni candaan mereka, atau rela menjadi bahan ledekan (karena sebagai guru lesnya usianya ga jauh beda).
Hari itu baru jam 11 ketika Edwin meneleponku. Dia memintaku untuk datang lebih cepat dari waktu belajar biasanya. Aku oke-oke saja karena waktunya memang cocok. Jam 2 aku sudah berada di rumah Edwin.
“Tumben Ed, jam segini udah nyuruh gue dateng.” tanyaku.
“Iya, lagi bete...” jawabnya dengan wajah agak kusut. Aku mengacak-acak rambutnya pelan, lalu mencubit hidungnya.
“Kenapa nih? Cerita dong...” Edwin tersenyum sambil mencubit pinggangku. Tiba-tiba Cowok itu menarik lenganku dan mengajak ke kamar tidurnya.
“Hei..hei.. apa-apaan nih..” seruku.
“Nggak apa-apa hihihi....” Edwin terus menarikku hingga ke atas ranjangnya. Tanpa pikir panjang lagi aku segera merengkuh tubuh padat berisi yang terbungkus kaus ketat dan celana pendek. Aku lumat bibir mungilnya yang lembut.
“Mmmhh... mmm...” bibir kami saling melumat. Edwin kelihatan asyik sekali menikmati bibirku. Kedua tangannya sampai meremas rambutku. Sementara kedua tanganku masuk dari bawah kaus untuk merengkuh dada bidangnya. Ugh.. berisi sekaliuntuk ukuran cowok muda. Aku meremas-remas payudara Edwin. Cowok itu semakin bernafsu. Lidahnya semakin liar menjelajahi mulutku, dan remasan tangannya semakin erat.

Tanpa aku minta Edwin melepas sendiri kaus yang ‘mengganggunya’. Hmm.. terlihat jelas dada dan perut yang mulus itu. Tanpa ampun aku langsung menyambar teteknya dengan mulutku. Lidahku menari-nari lincah mengikuti gerakan gelinjangan Edwin.

“Sshh.. Riiooo..... aaahhh...” Edwin mendesah keasyikkan. Kepalaku dipeluk erat ke dadanya. Upss.. hampir aku sesak nafas dibuatnya. Lidahku terus bermain di kedua teteknya. Hhmm.. nikmat sekali. Aku menggigitinya pelan-pelan untuk memberikan sensasi di puting Edwin.
“Aahh.. Yoooo....” tubuh Edwin menggelinjang menahan rasa nikmat. Kami saling berpelukan erat, dan tubuh kami bergulingan tak karuan di atas ranjang. Gairah Edwin semakin memuncak. Dengan liar Cowok itu mencopoti semua kancing bajuku dan menanggalkannya dari tubuhku.
“Uuhh.. awas ya, sekarang gantian..” katanya. Aku diam saja ketika Edwin dengan penuh hasrat melepas celana panjang dan celana dalamku. Tubuhku sudah bugil tanpa busana.

Dengan penuh nafsu, Edwin langsung menyambar batang kontolku yang mulai mengeras, dan mengisapnya. Aku tersenyum melihat gayanya yang buas. Aku sedikit memiringkan tubuhku agar bisa mencapai celana pendeknya. Tanpa kesulitan aku melepas celana pendeknya dari tubuh Edwin, sekaligus dengan celana dalamnya. Hmm.. paha Cowok itu benar-benar putih dan mulus. Aku segera merangkul kedua pahanya untuk melumat kontol Edwin yang tersembunyi di pangkal pahanya.

Kami ‘terjebak’ dalam posisi 69. Dengan liar lidahku menjelajahi permukaan perut dan bulu  Edwin. Jemari-jemariku membantu menelurusuri tiap lekuk bagian bawah perutnya. Aahh.. aroma khas itu langsung tercium. Aku langsung mengulum batang kontol Edwin yang seolah melambai padaku.
“Uughhhh.. aahhh... Yooo.... gila lo.... aahhh...” Edwin sampai menghentikan kulumannya di kontolku untuk meresapi kenikmatan yang kuberikan di kontolnya. Aku tak mempedulikan desahan Edwin yang keasyikan, lidahku semakin liar menjelajahi kontolnya. Batang kontol Edwin sampai basah mengkilat oleh air liurku.
Tak tahan oleh kenikmatan yang kuberikan lewat mulut, Edwin segera bangkit dari posisinya dan memutar tubuhnya yang indah. Dalam sesaat saja tubuh putih mulus itu telah menindih tubuhku. Kedua tangannya bertumpu di ranjang mengapit leherku.
“Come on Yo.. give me the real one.... ssshhhh...” desahnya penuh nafsu sambil mendekatkan pantatnya ke batang kontolku. Aku membantunya dengan menuntun kontolku untuk masuk ke dalam liang kenikmatan itu. Ssllppp... bbleeessss...
“Sshh... sshhh.... oooohhh.... Yoo....” Edwin merintih keasyikan seiring dengan tubuhnya yang naik turun. Sementara kedua tanganku asyik memainkan kedua puting susunya. Bibir mungil Edwin yang terus mendesah kubungkam dengan bibirku. Lidahku bermain menjelajahi rongga mulutnya. Tubuh Edwin mulai menggelinjang menahan kenikmatan yang kuberikan dari segala arah. Pantatnya semakin cepat naik-turun.

Dengan gemas aku memeluk tubuh indah itu, dan berguling ke arah yang berlawanan. Sekarang aku yang menguasai permainan. Edwin merentangkan kedua belah kakinya yang putih mulus itu. Tanpa ampun aku kembali menghujamkan batang kontolku yang sudah basah ke dalam lubang pantatnya. Edwin kembali merintih tak karuan. Sementara kedua tanganku bergerilnya menjelahai pahanya yang mulus. Dengan jemariku aku berikan sensasi di sekitar paha, pantat dan selangkangan Edwin. Tubuh Edwin semakin menggelinjang, saat kontolnya aku kocok. Cowok itu tak kuasa lagi menahan nikmat yang dirasakannya. Batang kontolnya mulai berdenyut.

“Riooo... sshhhh.... aahhhhh....” akhirnya Edwin mencapai klimaksnya. Cairan spermanya membanjiri perut kami berdua. Tubuhnya langsung tergolek pasrah. Aku tersenyum melihat ekspresinya. Tiba-tiba Edwin merengkuh leherku dan mendekatkan ke wajahnya.
“Awas ya, bentar lagi tunggu pembalasan gue..” desahnya dengan nada menantang.
“Coba kalo bisa, gue mau liat...” jawabku balik menantang seraya mengecup bibirnya. Kemudian kami bersih-bersih bersama di kamar mandi. Aku dan Edwin mengulangi lagi permainan tadi di kamar mandi, dan untuk kedua kalinya Cowok manis itu mencapai klimaksnya.

Sekitar jam setengah empat sore sebenarnya waktu belajar akan dimulai, namun Edwin memaksaku untuk melakukannya sekali lagi di ranjangnya. Cowok itu penasaran sekali karena aku belum mencapai klimaks. Semula aku menolak karena takut sebentar lagi yang lain datang. Namun Edwin membungkam mulutku dengan kontolnya yang lumayan besar itu. Apa boleh buat, kami kembali melanjutkan permainan.

Benar saja, sepuluh menit sebelum jam empat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Rupanya kami baru sadar kalau pintu depan dari tadi tidak dikunci. Gathan dan Roy yang baru saja datang langsung nyelonong ke kamar setelah tidak mendapatkan Edwin di ruangan lain.

“Hei... gila lo berdua..!!!!” Gathan menjerit heboh. Aku dan Edwin yang sedang dalam posisi doggie style terkejut dengan kedatangan mereka. Aku menatap Edwin dengan bingung, tapi Cowok itu tenang-tenang saja.
“Aduh Edwin, lo kok gak bilang-bilang sih kalo mo barbequean... ajak-ajak dong..” cetus Roy tak kalah hebohnya. Edwin menanggapi dengan tenang.
“Udah nggak usah ribut, lo join aja langsung sini..” tanpa dikomando dua kali kedua Cowok itu langsung melepas pakaiannya dan bergabung dengan aku dan Edwin di ranjang. Hmmm... aroma sabun dan shampoo yang masih segar segera tercium karena mereka berdua baru saja mandi.

Entah kenapa hari itu Deo, Robert dan Fredy kebetulan tidak datang. Deo sempat menelpon untuk memberitahu bahwa dia harus mengantar kakaknya ke dokter. Robert ada acara weekend dengan keluarganya, sehingga harus berangkat sore itu juga. Sedangkan Fredy tidak ada kabar.

Hari itu otomatis tidak ada session. Kami berempat bersenang-senang di kamar Edwin sampai menjelang malam. Aku sempat tiga kali mencapai klimaks. Yang pertama saat dengan Edwin, tapi aku harus membuang spermaku di mulutnya karena Edwin tidak mau ambil resiko. Klimaks yang kedua ketika Roy dan Edwin melumat batang kontolku berdua. Aku betul-betul tak tahan saat mulut mereka mengapit batang kontolku dari sisi kiri dan kanan. Dan yang terakhir aku tuntaskan di dalam lubang pantat Gathan. Semula aku akan mencabut kontolku untuk mengeluarkan spermaku di luar. Namun Gathan yang sudah kepalang nafsu malah mempererat pelukannya di tubuhku, hingga akhirnya spermaku menyembur di dalam. Dan pada saat yang bersamaan Gathan juga mencapai klimaksnya.

Setelah makan malam, Gathan dan Roy menelpon ke rumah masing-masing untuk memberitahu bahwa mereka menginap. Dan kami pun mengulangi kenikmatan-kenikmatan itu semalam suntuk. Di rumah Edwin betul-betul bebas, sehingga permainan kami berempat betul-betul variatif. Kadang di ranjang, di ruang tamu, di sofa, di meja makan, di kamar mandi, di kolam renang. Yang paling gila waktu Roy mengajakku bermain di gazebo kecil yang dibangun di halaman belakang rumah Edwin. Waktu itu sudah jam 1 pagi. Asyik sekali ditemani hawa dingin kami saling menghangatkan.

Malam itu aku betul-betul akrab dengan Gathan dan Roy. Tak seperti sebelumnya, meskipun akrab namun mereka masih menganggapku seperti guru mereka, jadi masih ada rasa segan. Dari obrolan kami, aku mengetahui bahwa sebetulnya mereka berenam sama-sama pecandu seks. Edwin cerita bahwa mereka sering sekali ngerjain anak-anak kelas satu yang baru di sekolah mereka. Rumah Edwin ini sering sekali dijadikan ajang pesta seks mereka. Aku sampai geleng-geleng mendengar kegilaan mereka.

Hari-hari berikutnya aku jadi akrab dengan mereka berenam. Di kesempatan lain aku berhasil menikmati tubuh keenam abg itu pada hari yang sama. Hubungan aku dan mereka sempat berlangsung lama, hingga akhirnya setelah mereka lulus sekolah dan mereka saling berpencar. Robert, Gathan dan Fredy melanjutkan studi mereka ke Aussie, sedangkan Roy memilih belajar di USA, Gathan dan Edwin sama-sama ke Singapore. Tapi kami masih kontak via chat dan email. Beberapa bulan lagi rencananya mereka akan sama-sama pulang ke Indonesia, dan kami sudah mempersiapkan rencana pesta yang luar biasa. Tunggu aja ceritanya..

0 komentar: