BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Les Tambahan

Ini kisah sewaktu aku masih tinggal di kampung asalku. Mungkin ini menjadi asal muasal mengapa aku kini sangat enjoy menjalani kehidupanku sebagai seorang homoseks pecinta sejenis. Aku masih ingat betul memori masa lalu itu.

Saat itu aku diajak oleh temanku untuk belajar ngaji di sebuah surau yang tempatnya jauh dari rumahku. Saat itu aku masih di bangku SMP kelas 1. Karena dorongan orang tua dan keinginanku untuk belajar ngaji begitu besar, aku menjalani aktivitas belajar ngajiku dengan semangat, meskipun harus rutin aku jalani tiap hari. Sepulang sekolah aku langsung ke rumah guru ngajiku. Usia guru ngajiku sekitar 27 tahun dan dia belum menikah. Dia tinggal sendiri di kontrakannya. Sore itu, karena surau sepi, guru ngajiku ini mengajakku ke rumah kontrakannya. Disana aku tidak belajar ngaji, tapi dikasih selembar kertas yang berisikan pertanyaan mengenai pelajaran di sekolah. Aku pun mengerjakannya. Selesai itu aku pulang.

Hari berikutnya aku ngaji lagi. Dan seperti hari kemaren, guru ngajiku mengajakku mampir lagi ke rumah kontrakannya. Tapi teman-temanku tidak ada yang mengikuti ke rumah kontrakan guru ngajiku. Entah dilarang atau memang teman temanku yang tidak berminat. Hanya aku sendiri yang mampir dan belajar di kontrakannya yang lumayan besar. Aku memanggilnya Pak Imran.
"Pak, yang lain ngga ikut belajar ya?" tanyaku heran.
"Ga tau. Biar saja mereka ga mau belajar. Toh hanya orang yang rajin belajar yang pintar. Ya sudah kita mulai saja. Kita bahas soal kemarin"
"Oh, soal kemaren gimana hasilnya pak?", tanyaku.
"Nilaimu 8. Tapi kamu bisa lebih pintar dari yang sekarang kalau kamu lebih rajin",ujar guru ngajiku.
"Iya saya sudah rajin belajar, tapi kan kemampuan otak berbeda-beda",sanggahku.
"Nah saya bisa membuat kamu lebih cerdas. Sekaligus memberikan ilmu kanuragan"
"Ilmu kanuragan apa?" tanyaku.
"Ilmu yang bisa membuatmu bisa menjawab semua test dengan benar. "Ayo ikut Pak Imran" perintahnya. Aku mengikutinya ke kamar tengah di rumah kontrakannya. "Aku akan meminjam tubuhmu sebentar, sekitar 5 menit. Dan aku akan menilap semua nafsu duniawi dari tubuhmu. Oh ya, kamu sudah punya pacar?" tanya Pak Imran
"Sudah" jawabku polos.
“Ow..masih kecil sudah pacaran ya. Itu juga termasuk nafsu duniawi yang harus ditilap
"Pak Imran akan mengolesi ramuan ini dulu pada tubuhmu. Ini ramuan agar tubuhmu suci" katanya sambil mengoleskan sesuatu pada kedua tanganku. "Buka bajunya" perintahnya. Ya aku menurut saja. Dia mulai mengolesi dadaku dan ke ketiakku.
"Aduh geli pak", kataku malu-malu.

"Pejamkan matamu" perintahnya. Aku masih menurut saja. Dia mengolesi pada seluruh wajahku. Lalu dia mulai komat kamit seperti sedang membaca mantra. Aku memicingkan mata mengintip.
“Kamu jangan ngintip. Kamu harus konsentrasi penuh”ujar Pak Imran.
Akupun memejamkan mata lagi. Lama tangan itu menempel di punggungku. Sekitar 30 menitan, Pak Imran berubah posisi dan kini menempelkan tangannya di dadaku. Lama dia berkomat kamit lagi. Akupun mulai bosan dalam suasana hening dan sepi seperti ini. Dan lama lama karena memejamkan mata terus, aku menjadi setengah mengantuk. Pak Imran masih saja terus berkomat kamit sampai aku merasa capek.

Antara sadar dan tidak, tangan Pak Imran mulai menggerayangi tubuhku. Bahkan dalam ketidak kesadaranku, aku merasakan tangannya masuk ke dalam celana Pramuka SMPku yang longgar. Masuk lagi ke dalam celana dalamku, menggenggam sesuatu yang hanya dimiliki pria. Aku akan berontak. Tapi karena Pak Imran terus serius, aku hanya diam saja karena takut dimarahi.
Tangannya yang dingin serasa enak pada zakarku. Hembusan nafasnya yang hangat kini kurasakan pada telinga kananku.
Karena ulah tangannya, otot kejantananku itupun perlahan menegang. Aku bereaksi dan berusaha menghindar. Namun aku masih takut takut, akrena aku masih mendengar Pak Imran berkomat kamit membaca mantra. Lalu tak lama berselang Pak Imran melepaskan tangannya. Dia kemudian melepaskan zakarku yang tegang akibat ulah tangannya. Kemudian dia mendorongku perlahan rebah di tikar. Aku yang seperti terhipotis seolah lemas dan rebah di tikar pandan itu dalam posisi telungkup. Lalu kurasakan Pak Imran mengolesi ramuan itu lagi pada kedua pahaku dengan kedua tangannya. Naik keatas hingga ke pinggangku dan punggungku.

Aku belum pernah merasakan sentuhan ini. Tapi jujur saja aku merasakan sedikit nikmat. Lalu tangan Pak Imron mengolesi bagian pinggang hingga turun sedikit ke pantatku. Namun karena aku masih memakai celana, tangannya tertahan di pinggangku. Lalu dia membalikkan tubuhku, dan kini aku telentang. Tangannya kembali mengoleskan ramuan itu ke oerut, dada dan masuk ke dalam celana pramukaku. Lalu pahaku juga dielusnya lembut. Aku semakin terbuai oleh sentuhan itu. Jujur aku belum pernah merasakan sentuhan seperti itu, sehingga aku hanya pasrah menikmatinya.
Lalu Pak Imran membaca mantra agak keras sambil memelorotkan celana Pramukaku. Antara sadar dan tidak, aku berusaha menahan agar celanaku tidak lepas. Namun seperti terhipnotis sejak awalnya, aku hanya pasrah ketika celanaku mulai turun sedikit. Apalagi elusan tangan Pak Imran terus menjelajahi sekujur tubuhku, bahkan kedua pentil susuku juga diraba rabanya. Sungguh aku merasakan sensasi nikmat yang belum pernah aku rasakan.
Aku hanya terdiam menikmati ritual itu agar aku menjadi anak yang cerdas di sekolahku. Toh tidak ada Celana dalamku di tariknya turun sampai ke mata kakiku. "Angkat kaki kananmu" aku mengangkatnya. Dia menarik celanaku serta melepaskannya. Aku yang tau kegiatan ini, dan jangan sampai ada temanku yang tau kalau aku pintar karena memakai ilmu kanuragan.
Aku mendengar bacaan mantra Pak Imran mulai memburu karena nafasnya terengah. Bahkan kurasakan hembusan nafasnya yang begitu cepat.

Aku berusaha akan membuka mataku, namun karena hembusan itu tepat di depanku, aku terus memejamkan mataku. Lalu sejenak, kurasakan hembusan nafasnya yang menderu seakan meniup-niup batang zakarku yang membesar tegak lurus kearah depan. Sedetik kemudian kurasakan kepala zakarku terbungkus sesuatu yang basah. Ya pasti mulutnya melahap kepala zakarku. Aku tersentak kaget. Namun nikmat ku rasakan saat lidahnya menyapu seluruh bagian kepala zakarku. Aku belum pernah merasakan nikmatnya zakar yang dikulum. Kemudian kulumannya hingga kepangkal zakarku. Aaah nikmatnya saat kurasakan kulumannya bergerak maju mundur. Kemudian ditambah buah zakarku yang di mainkan oleh tangannya. Ah luar biasa nikmatnya. Kemudian kurasakan nikmat itu semakin besar. Sehingga zakarku menegang 100% dan kadang berkedut-kedut. Ya aku tak tau rasa nikmat apa yang aku rasakan. Kuluman guru ngajiku ini begitu nikmat, mulutnya terasa lihai mempermainkan zakarku yang belum banyak ditumbuhi bulu kelamin itu. Sampai sesuatu berbeda mulai menerpaku.

Otot kakiku mulai lemas karena rasa nikmat itu. Nikmat yang amat luar biasa itu memuncak seiring kurasakan sesuatu berkedut kedut hendak keluar dari dalam perkencinganku.
Lalu Pak Imran melepaskan kocokan tangannya dari zakarku. Aku yang merasa berada di awang awang sangat menyesali tindakan itu. Ingin tangan dan mulut Pak Imran berada di zakarku agar rasa nikmat itu tidak turun secara perlahan. Kini aku mulai tenang lagi, dorongan dari dalam perkencinganku tidak lagi menderu dan mendesak seperti tadi.

Lalu aku rasakan tangan Pak Imron memegangi zakarku lagi. Aku sungguh merasa senang, dan berharap Pak Imran melakukan hal yang seperti tadi. Karena sangat enak aku rasakan. Dan ternyata benar, harapanku terwujud, karena kurasakan elusan jari jari tangan Pak Imran di selangkanganku, di buah zakarku hingga di batang panisku mulai dia lakukan lagi. Aku kembali merasakan hal yang nikmat lagi. Kini aku mulai terbang ke awang awang lagi. Bahkan ketika sesuatu yang basah dan hangat mengulum batang zakarku, aku semakin terbuai daalam nikmatnya. Tubuhku seakan terbang dan kini aku semakin memejamkan mataku sambil menikmati hal terenak sepanjang umurku ini.
Sejenak aku rasakan kakiku diangkat, hingga selangkanganku agak longgar. Bukan hanya kuluman saja, kini jari jari tangan Pak Imran merabai dan memijiti di sekitar selangkanganku. Bahkan jari itu membelah belah diantara bongkahan pantatku.

Bukan hanya itu, jilatan lidahnya juga aku rasakan tidak lagi sebatas di buah zakar dan batangnya. Tapi juga menjalar di selangkangan hingga pantatku juga diangkat. Dengan sapuan lidahnya di antara lubang anusku, aku rasakan sensasi nikmat luar biasa. Lalu lidah itu kembali menjilati pangkal dan batang zakarku dan mengulum lagi. Namun jari-jari Pak Imran masih memijiti dan sesekali menusuk nusuk di selangkanganku, hingga ujung jari itu menembus luabng anusku. Ada rasa nikmat tak terkira saat ujung jari itu menembus lubang anusku sementara batang zakarku dikulum oleh mulutnya yang basah dan hangat.
Kini kuluman itu semakin masuk dan pangkal zakarku juga dikulum habis. Lidah Pak Imron juga menari nari menyapu dan menjilati sekujur zakarku. Bahkan kurasakan Pak Imran juga turut mendesah desah, dan nafasnya memburu. Jari tangannya masih menusuki lubang anusku. Aku sudah tidak perduli lagi, karena kini kurasakan telingaku menjadi tuli seperti tadi. Badanku seakan menggigil dan bergetar. Otot zakarku menegang dan begitu kerasnya dalam kuluman mulutnya. Otot kakiku menjadi kaku, karena aku berusaha menahan dorongan dari dalam perkencingaku yang kini mulai mendesak desak lagi. Setiap sentuhan di otot zakarku kini terasa sangat sensitif dan sangat nikmat sekali. Aku ingin aksi Pak Imran dihentikan sejenak, agar aku kembali relaks seperi tadi. Tapi rupanya kuluman itu begitu kuatnya, dan tak terasa aku menegang dan otot zakarku berkedut kedut hingga sesuatu dari dalam perkencingaku melesak ingin keluar dan akhirnya muncrat lah.

"CROT CROT.. CROT.... CROT.... CROOT" Aku merasa kencing yang amat nikmat sekali. Mataku seakan berkunang kunang. Dalam pejaman mataku, warnanya indah sekali.Telingaku seakan menjadi tuli total. Badanku bergetar dan menegang.Aku hitung ada 5 kali semprotan yang baru kualami.Otot-otot kakiku tegang dan kaku. Lutuku seakan ngilu dan lemas. Tanganku berpegangan pada tembok dibelakangku. Lalu nafasku yang memburu berlahan aku atur kembali. Pak Imran melepaskan kuluman itu dan dia tidak lagi membaca mantra lagi. Aku berusaha mengintip, mulutnya seakan penuh oleh sesuatu. Lalu dia menaikkan celana Pramukaku. Aku masih merasakan lemas di sekujur tubuhku. Tapi dengan elusan dan pijatan kecil oleh Pak Imran, aku mulai tenang lagi. Kini Pak Imran bergumam lagi seolah membaca matra. Lalu dia meneriakkan kata “Amieeen”.
“Sudah selesai ritualnya. Kamu bisa membuka mata lagi”ujarnya.
Aku merasakan tubuhku terasa lebih enteng. Sambil memakaikan kembali bajuku, Pak Imran berkata bahwa ritual itu setidaknya dilakukan 5 kali agar hasilnya cespleng. Dan dia bilang bahwa ritual itu tidak usah diceritakan pada siapa siapa.
Dia bilang 3 hari lagi aku bisa kembali melakukan ritual itu lagi. Oh, entah kenapa aku ingin cepat cepat 3 hari itu segera datang lagi, agar ritual keduaku bisa berjalan.

0 komentar: