BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Diari Gay Gigolo

Di tempat biasa aku nongkrong, aku hanya terdiam. Sesaat datang pria menghampiriku. "Hai, boleh kenalan?" dia berkata begitu kepada diriku. Aku hanya menatapnya dan berkata."Silahkan."jawabku dingin.

Aku melihat matanya. Dan membaca maksud dari tatapan matanya. Hmmphh...aku tahu apa maksud dibalik kata-kata yang diucapkannya itu. Aku mengulurkan tanganku, sambil menyebutkan namaku: “Restu”. Dibalasnya menjabat tanganku dan menyebutkan namanya: “Nino”.
Selanjutnya bisa ditebak, pertanyaan seputar tempat tinggal, asal darimana, dan bla..bla...
Setelah berbasa basi sebentar, dia mengajakku pulang dan kami berjalan beriringan. Selanjutnya kami masuk ke dalam mobilnya. Selama di perjalanan, kembali basa basi meluncur dari mulut kami masing masing. Sesampainya di hotel, langsung menuju ke parkiran, lalu ke lobby dan mengahadap resepsionist. Berjalan menuju kamar, dan akhirnya pintu kamar hotelpun dikunci.
Sambil menghidupkan televisi, masing masing membuka sepatu lalu duduk di atas ranjang kamar. Tiba tiba, tanpa ada yang mengkomando, tangan kami sudah saling menyentuh dan membuka pakaian lawan. Selebihnya bisa ditebak, ketika diapun menuntun tanganku merabai sekujur tubuhnya.

Dan tanpa komando berikutnya. Dia juga mulai meremas-remas dada dan putting kecilku. Mulai dari remasan lembut. Remasan keras. Liar. Hmmphh... Ada yang aneh. Aku tidak merasakan apa-apa. Aku melihat dirinya, yang sibuk mencumbuiku. Dia terus berupaya merabai dan menyentuhi bagian sensitifku. Aku hanya pasrah dan mengimbangi aksinya. Aku memandangi tubuhnya. Melihat ke arah tubuhku yang kini telah hampir telanjang bulat. Sementara pria itu sibuk menjilati dada dan buah putingku, sambil tangannya terus mengocoki dan meremasi batang kejantananku yang masih terbungkus celana dalam. Lidahnya terus bermain di otot otot dada bentukan fitnes selama dua tahun itu.

Aku membusungkan dadaku. Seakan menantangnya untuk menjilat otot dadaku. Spontan dia menjilat semuanya. Meremas semuanya. Aku merasakan putting dadaku yang kecil itu berada di dalam mulutnya. Dia terus menjilat. Menyedot. Mencium putingku. Tangannya sesekali meremas kedua otot-otot dadaku. Tapi aku tidak merasakan apa-apa… Pria ini masih bermain dengan dadaku yang kiri. Masih menjilat. Menghisap. Menyedot putingku...hmpphhh....Seluruh dada gempal milikku dilumatnya hingga seluruh permukaannya basah oleh ludah bercampur liurnya.

Aku melihat matanya dan dari tatapan matanya aku tahu apa maksudnya. Aku membuka celana dalamku hingga sebatas paha. Dan membiarkan batang kejantananku yang menggantung terekspose secara jelas. Batang kejantananku yang besar itu perlahan semakin teracung dan mengeras karena dia terus merabai dan merangsangku. Kepala batangku berwarna merah kecoklatan dan kini ada lendir di lubang perkencinganku. Pertanda aku sudah terangsang. Namun entah mengapa, pikiraanku justru tidak merasakan sesuatu yang berbeda.

Dia menyentuh bulu kontolku. Dan dia tahu apa yang dia sentuh. Aku berusaha menggeliat untuk mengimbangi nafsunya yang menggelora. Dan hal itu membuat dia menjadi semakin cepat menjilat tubuhku. Dari menjilati bagian dadaku. Dia turun keperutku sambil terus menjilatnya. Dan sampai kebagian batang kejantananku.
Pria itupun kini dengan spontan melahap dan menjilati batang kejantananku yang sedang menegang dengan keras. Dimasukkannya batang yang menjadi alat perkencinganku itu. Dia begitu bernafsunya. Namun entah mengapa, aku merasa tidak jijik. Tidak terangsang. Tidak marah. Tidak benci. Biasa saja. Aku melihat keatas. Dan berharap pria ini cepat-cepat selesai bermain dengan batang kejantananku yang banyak dipuji puji setiap orang yang melihatnya.

Aku tahu kalau ini akan lama. Karena para pria biasanya suka dengan bagian tubuhku yang ini. Air liurnya sudah membasahi seluruh bagian batang kenyal berwarna kecoklatan itu. Dan dia masih merasa kurang. Dia masih meremas-remas dan terus menjilatnya. Seakan tidak ada hari esok. Aku yakin sekarang dia merasakan nafsu meliputi dirinya. Dan aku yakin dia ingin lebih jauh. Aku menyadari kebutuhannya. Maka aku berusaha melepaskan celana dalamku. Aku menarik salah satu kakiku keatas agar celana dalam yang kupakai bisa kulepaskan hingga terjatuh di lantai. Lalu aku menuntun tangannya menuju kearah lubang pantatku. Dia berganti posisi di depanku, tepat di depan selangkanganku. Dia melihat bulu kontolku. Melihat dengan jelas batang kejantananku yang teracung keras dan kini nampak mengkilat karena ludahnya. Sesekali dia menjilati lagi batang itu.

Lalu aku mengangkat pantatku agar dia bisa melihat lebih jauh. Dan dia melihat dua bongkahan daging kenyal pantatku dengan lubang berwarna kemerahan. Dan dia berkata: "Aku suka melihat lubang pantat pria" Aku hanya menganggukkan kepala. Dan membelai kepalanya. Mendekatkan kepalanya kepada lubang pantatku itu. Dan dia segera memainkan lidahnya lagi. Begitu cepat gerak ujung lidahnya...kekanan. Kekiri. Keatas. Kebawah. Menjilat-jilat pantatku. Sesekali mengigiti daging kenyal itu. Lalu menjilati biji biji pelerku. Menjilati lipatan lubang pantatku. Menghisap lubang itu dengan mulutnya. Berusaha memasukkan ujung lidahnya ke lubang pantatku itu. Ups..

Aku tetap tidak bisa merasakan apapun. Tidak ada. Tidak cukup terangsang. Tidak merasa jijik. Tidak benci. Tidak marah...sama seperti tadi. Aku hanya menunggu waktu dimana pria ini selesai bermain dengan bagian tubuh yang di belakang dan di bawah. Terasa lama menunggu seperti ini. Aku meraih tasku. Membukanya. Dan mengambil kondom dan pelicin yang sudah aku persiapkan. Meski aku menjalani profesi ini, namun aku harus padai menjaga kesehatanku. Termasuk menjaga agar tidak tertular ataupun menulari partnerku. Menunggu waktu berjalan. Sembari pria ini menjilati lubang pantatku dan meremas batang kejantananku. Aku bisa mendengar suara-suara becek dan basah yang keluar dari jilatan lidah pria ini. Aku juga tahu ludahnya sudah membasahi hampir seluruh batang kejantanan dan lubang pantatku...

Lalu tiba tiba, dia membuka celana dalamnya dan mengeluarkan kontolnya. Lalu tangannya meraih tanganku dan akupun mengerti apa yang harus aku perbuat. Kuremasi batang kontol miliknya yang berwarna agak kemerahan itu. Mungkin karena kulit tubuh pria ini sangat putih, sehingga kulit kontolnya juga tidak terlalu gelap. Ujung kulup kontol pria ini masih membungkus kepalanya. Padahal pria ini telah begitu terangsangnya, namun kulupnya tidak membuka secara penuh. Terlihat kepala kontolnya mau menyembul diantara kulit kulup itu, warnanya kemerahan dengan lendir precum yang mengaliri lubang perkecingannya. Kepala kontol pria ini terus teracung acung mengeras sejalan dengan aksiku meremasi dan merabai bilur bilur urat batang kejantananya. Sesekali kulupnya aku tarik ke pangkal batang kontolnya agar kepalanya muncul penuh.

Kini kulupnya tidak lagi membungkusi kepala kontol yang berwarna kemerahan itu. Senyum terpancar jelas dari mukanya. Dan dia menyodorkan kontolnya kembali ke depan mulutku. Memang kontolnya tidak kecil tidak besar. Aku sudah melihat puluhan kontol dan kontol yang ini sama saja dengan yang lainnya. Aku tahu maksudnya menyodorkan kontolnya ke mulutku. Aku menjilat-jilat kecil dengan ujung lidahku. Dan dia merasa semakin senang. Aku menjilatnya terus menerus. Seperti lidah anjing yang sedang menjilat susu minumannya. Dan aku memasukkan kontol itu ke dalam mulutku. Dan menyedotnya. Memainkannya. Memaju-mundurkan kepalaku di batang kontolnya. Benda kenyal itu terasa penuh di mulutku. Dan dia hanya bisa menggeliat geliat sambil menahan rasa enak.

Aku tidak peduli apa yang dia lakukan. Aku tidak merasakan apa-apa...lagu-lagu yang ada di telingaku terus mengalun. Aku menyukai lagu ini kataku. Dan kemudian setelah dia merasa aku cukup membuat kontolnya enak dan lebih keras. Lalu dia mencari cari sesuatu di kantong celananya. Aku paham yang dia cari. Segera kuraih tasku dan kukeluarkan pelicin dan kondomku. Segera kupasangkan kondom di batang kontolnya, sambil kulumuri pelicin. Sambil aku terus mengocoki batang kontol berpelicin itu. Lalu dia mengambil alih, meraih batang kontolnya dan mengocokinya sendiri.

Dia mengambil posisi dengan mengakat kedua kakiku. Pantatku diganjal bantal. Akupun bersiap. Jarinya berusaha membelah lubang pantatku. Ditusukkan ujung jari telunjuknya yang brpelicin itu. Lalu dia memasukkan kontol itu ke dalam lubang pantatku. Huff...aku merasakan sedikit sakit. Seperti digigit semut pada saat dia memasukkan kontolnya secara tiba tiba. Karena otot-otot lubang pantatku memerlukan waktu sebentar untuk membiasakan diri dengan kontol yang baru masuk itu. Dia menusuk-nusukkan kontolnya kedalam lubang pantatku. Dan dia memegang kakiku. Dan menggerakkan pantatnya maju mundur....aku hanya merasakan ada kontol yang bergerak maju mundur di dalam lubang pantatku. Dia meracau. Matanya terpejam-membuka seolah merasakan kenikmatan dari pergesakan batang kontolnya yang dijepit dinding pantatku. Dia terus berusaha memasukkan seluruh batang kontolnya lebih dalam lagi. Namun aku tidak merasakan apa-apa. Tidak ada rasa puas. Tidak ada rasa jijik...tidak ada rasa apa-apa....

Beberapa menit kemudian. Dia merubah posisi, membalikkan tubuhku. Sehingga kini aku tertelungkup. Dia menyodomi pantatku dari atas. Aku terdiam menghadap bantal.Dia terus mengerjai pantatku dari atas. Mencabut dan memasukkan batang kontolnya. Mulutnya kadang menggigiti punggungku saat dia menancapkan dalam dalam batang kontolnya. Puas menyodomiku dari arah belakang, dia membalikkan tubuhku lagi. Kini kembali pada posisi awal tadi, kami saling berhadapan lagi. Kakiku di angkatnya dan ditaruh di pundaknya. Kembali dia menyerbu lubang pantatku dengan sodokan sodokan kontolnya yang terus teracung keras. Sesekali dia mengocoki batang kontolku saat seluruh batangnya dia tancapkan dalam dalam di lubang pantatku. Sesekali dia meneteki dan menjilati dadaku. Kulihat nafasya semakin memburu. Keringatnya mulai bercucuran. Sudah hampir 15 menit berlalu dia mengerjai pantatku. Batang kontolnya kadang dikeluarkan, lalu ditusukkan secara tiba tiba. Lalu dengan gerakan cepat dan konstan dia memaju mundurkan kontolnya. Lalu selang beberapa kemudian, gerakan dia melambat diikuti tubuhnya yang bergetar dan mengejang.

Dia mencabut kontolnya dan melepaskan kondom. Lalu dengan hanya dua kali kocokan di kontolnya, dia memuncratkan seluruh tabungan cairan spermanya ke tubuhku. Dia mengerang saat cairan hangat itu menyembur. Beberapa semburan kulihat mengenai dada dan perutku.Cairan berwarna putih kental itu sudah sering kulihat. Dari ayah tiriku. Dari adik ponakanku. Dari pamanku. Dari pria-pria yang sama dengan pria ini, pelangganku..semuanya sama. Melenguh puas saat mengeluarkan cairan itu...
Tetap saja aku tidak merasakan apa-apa. Aku hanya mengambil beberapa tissue dari tasku. Mengelap semua cairan itu. Dan berkata :"Sudah?". Pria itu mengangguk puas dan menyunggingkan senyuman. Dengan keringat yang membasahi tubuhnya dia kembali mengaggukkan kepalanya. Aku tahu dia tidak bisa berbicara, karena tenaganya sudah habis...


Aku meraih pakaianku yang berserakan. Memakai celana dalamku dan bajuku. Dan merapikan sisa pelicin dan kondom serta tissue ke dalam tasku. Lalu aku menerima uang dari pria itu. Beberapa lembar rupiah sebagai imbalan atas tubuhku. Dan berusaha berdiri ketika dirinya kembali mendekati dan memelukku sambil mengambil nafas....
Aku tidak merasakan apa-apa...tidak ada satupun perasaan yang aku rasakan. Hanya rasa bosan menunggu waktu. Waktu dimana pria itu selesai menuntaskan waktunya memainkan tubuhku...



0 komentar: