BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Akibat Ban Meletus

Wah! Segarnya udara desa! kataku dalam hati. Matahari sore menyinari wajahku yang tampan dan tak berjerawat. Telah lama aku menunggu kesempatan untuk berkelana ke desa-desa yang masih belum banyak dikunjungi orang-orang kota. Aku adalah seorang programmer yang bekerja di Malang. "Dorr!" Terdengar suara letusan dan dengan terpaksa aku menghentikan mobilku. Ternyata ban mobilku meletus. Kiri kanan tidak ada satu orang pun. Malam telah menjelang dan matahari telah tenggelam di balik pegunungan di sebelah Barat. Dengan berat hati aku berjalan kaki dan meninggalkan mobilku di sana. Memang hari sialku. Ban serep yang biasa kusimpan di dalam bagasi lupa kubawa.

Baru berjalan beberapa langkah, terdengar suara sepeda motor dari belakang. Sepeda motor itu dikemudikan oleh seorang kakek-kakek. Sepeda motor itu berhenti seketika saat melihatku.

"Permisi, apakah ada tambal ban di desa ini?" Sapaku ramah, aku takut dia tidak mengerti bahasa Indonesia yang kurang lancar ini.
"Loe orang mana, kok pake bahasa Indonesia segala ya?" tanya kakek itu.
"Kakek mahir berbahasa Indonesia kan?" tanyaku penasaran.
"Duduklah di belakang, gue bonceng ke rumahku. Tak jauh kok." Jawabnya dengan tawa kecil. Aku duduk berboncengan dengan kakek itu. Setelah melewati lahan-lahan yang berwarna kuning emas akhirnya kami sampai di sebuah rumah kuno dari kayu.

"Ini adalah rumahku. Mari masuk." kata kakek tersebut mempersilakanku.
Sewaktu memasuki rumah itu, bulu kudukku mulai berdiri.
"Mocha, buatkan dua gelas kopi, kita ada tamu nih." kata kakek tersebut menyuruh seseorang.
Dari arah dapur muncul seorang cowok muda, wajahnya manis dan cute, badannya tegap, dan dia memakai baju yang super ketat. Setelah menuangkan dua gelas kopi dia masuk ke dapur dan menyibukkan diri.

"Anak muda, siapa namamu?" kata kakek tersebut ramah.
"Oh maaf, namaku Alvin. Aku bekerja untuk IBM. Tadi banku meletus.."
"Anak muda, malam ini kamu tidur di kamar Mocha saja, sebab kamar Mocha satu-satunya yang ada dua ranjang."
"Maaf, boleh saya tahu nama kakek?"
"Ho ho ho... Namaku Dayat, dua tahun yang lalu aku dan cucuku, Mocha, berimigrasi ke sini. Kok tadi kamu lama merhatiin cucuku, kenapa??"
Aku tersentak kaget, bagaimana dia tahu?
Kikuk aku dibuat oleh pertanyaan kakek itu. Akhirnya pembicaraan jadi kaku. Lama menahan diri, akhirnya aku permisi untuk tidur.
"Pak Dayat, saya mohon diri, saya mau tidur dulu."
"Silakan, tapi jangan keluar dari rumah ini setelah tengah malam, sebab terlalu bahaya."
"Terima kasih atas semuanya, boleh saya tahu kamarnya yang mana Kek?"
"Kamar di pojok kanan."
Setelah itu kakek tersebut masuk ke kamar di pojok kiri.

Aku masuk ke kamar dan ternyata kamar itu tidak ada orang. Dua buah ranjang yang dimaksud kakek tersebut masih rapi dan berdampingan. "Wah, malam ini bisa main deh", pikiran nakalku mulai bekerja. Aku terbaring di sebelah kanan ranjang dan sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa kulakukan. Dalam waktu singkat, batang kontolku mulai menjadi keras.

Tiba-tiba saja, pintu kamar dibuka dan Mocha memasuki kamar. Dia pasti mengira aku telah tertidur lelap, sebab dengan pelan-pelan dia berjalan ke arah lemari bajunya sambil melepas pakaiannya satu persatu. Ternyata dia berganti celana pendek dan kaos singlet. Sekilas waktu dia telanjang, aku sempat melihat tonjolan di selangkangannya dan bulu di dadanya. Lalu dia memakai piyama tidur. Badannya yang aduhai semakin indah di bawah sinar remang lampu kamar.

Setelah memakai piyamanya dia tidur di sebelahku. Tangannya yang mulus mengelus pipiku sambil berbisik, "Loe suka apa yang loe lihat barusan nggak?" Aku tersentak kaget. Jadi tadi dia ganti baju di depanku dengan sengaja. Tangannya mulai turun dan memegang kejantananku yang sekeras baja. "Nakal juga loe, dari tadi diam aja." Dia membalikkan badanku dan mulai menciumi wajahku. Mulai dari keningku, kemudian hidung, dan akhirnya mulutku. Aku membalas ciumannya dan akhirnya kami French Kissing. Lidah kami bertemu dan bergelut. Badan kami mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa permainan ini akan menjadi menarik.

Tanganku mulai membuka baju piyamanya. Tanpa melepaskan French Kiss kami, dia membuang bajunya ke tanah. Tangan nakalku mulai memainkan dadanya yang bidang. Tangannya mulai melepaskan kemejaku dan tak lama kemejaku juga menyusul di tanah.

Ciuman kami terlepas untuk mengambil nafas. Nafas kami mulai menjadi berat dan kami bergerak menurut insting kami. Aku mulai menciumi lehernya dan terus turun ke arah dadanya. Aku menciumi dadanya dan menjilati puting susunya. Setelah lumayan puas dengan dadanya, aku menurunkan celana piyamanya. Tanganku mulai bermain di tonjolan kelelakiannya yang mulai mengeras. Aku memegang batang kontol itu, sambil tanganku bergerilya meremas. Mocha juga tak kalah ganasnya. Dia melepaskan sabuk dan celana jeans-ku. Celanaku menyusul baju dan celana kami di tanah. Celana dalamku juga menyusul.

Aku pun tidak mau buang-buang waktu lagi. Kuhisap batang kontolnya dan kujilati batang lelaki itu. Langsung saja dia mengerang dengan penuh kepuasan. Sambil terus menjilati kontolnya, aku memasukkan dua jari ke liang pantatnya. Tanganku yang satunya menemukan dadanya dan mulai memelintir ringan puting susunya. Dia mengerang dengan gembira dan cairannya asin precum di kontolnya mulai mengalir pertanda dia terangsang hebat. Aku tidak peduli, dengan ganas kudorong maju mundur jemariku dan dengan keras kujilati batang kontolnya. Tepat juga dugaanku, dia mendapat rangsangan yang sangat hebat.

Batang kejantananku yang sejak tadi keras dan online siap-siap kumasukkan ke lubang pantatnya. Tetapi dia menarikku dan membaringkan tubuhku di ranjang. "Tenang aja..." katanya dengan suara yang merdu. Setelah itu, dia langsung mengulum batang kontolku dan dia langsung menaruh kontolnya lagi di atas wajahku. Langsung saja kujilati. Dalam posisi 69 ini, kami saling memuaskan satu sama lainnya. Tak lama, aku merasa air maniku akan keluar. "Mocha, I'm cumming..." desahku diiringi dengan semprotan air maniku yang maha dahsyat dan langsung ditelan dengan mesra oleh Mocha dan setelah orgasme yang keras itu, kurasakan Mocha mencapai puncak orgasme seperti yang kualami tadi. Spermanya muncrat dan mulutku terasa penuh oleh sperma Mocha.

Kami sangat kecapaian dan berbaring sebentar. Rupanya Mocha masih hot. Dia mulai memegang-megang batang kontolku dan genggamannya mulai bergerak naik turun. Batang kontolku yang offline langsung saja berdiri tegap. Mocha duduk mengkangkang dan mengendarai batang kontolku. Badannya naik turun berirama. Tanganku memainkan puting susunya yang mulai mengeras dalam peganganku. Dia mulai mengerang dan berteriak, "Enak...!" Pinggulku juga turut bergerak naik mengikuti irama Mocha. Kocokan tanganku juga mengikuti irama hentakan goyangan pinggul Mocha yang naik turun memompa kontolku di dalam lubang pantatnya.



Sesekali aku merubah posisi sodokan, berbaring sambil terus kosodok pantat gembol itu. Sesekali kubaringkan dan kuangkat kedua paha Mocha dengan sentakan-sentakan kuat kontolku pada lubang pantatnya. Dengan tangaku yang tidak pernah lepas meremas dan mengocok batang kontol Mocha. Kurasakan denyutan di batang kontol Mocha.

Tanda-tanda ejakulasi mulai muncul dan irama kami semakin lebih cepat. "Ooh.. ooh.." Kami berdua mengerang bersamaan dan akhirnya aku merasakan otot-otot lubang pantat mengeras dan dengan erangan yang keras Mocha melenguh sambil kuperkuat kocokan pada kontolnya dan batang itupun meletup letup dan muncratlah cairan sperma Mocha dengan diikuti denyutan denyutan kenikamatan. Sperma itupun tumpah ruah di perut kami berdua, menyemburkan aroma khas sperma yang menggoda. Pada saat itu juga batang kontolku menembakkan cairan nikmatnya ke dalam liang lubang pantat yang sempit itu.

Kami berpakaian kembali. Kami berdua tidur berpelukan sampai besok paginya. Pagi harinya, aku melihat Pak Dayat sedang melihat beberapa orang pemuda desa yang sedang memperbaiki ban mobilku dan setelah selesai, saya langsung pergi dari desa itu meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.


TAMAT


1 komentar:

Blog27999 mengatakan...

Your Affiliate Profit Machine is waiting -

Plus, getting it running is as simple as 1--2--3!

Here are the steps to make it work...

STEP 1. Choose which affiliate products you want to push
STEP 2. Add PUSH button traffic (it LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the affiliate system grow your list and sell your affiliate products all for you!

So, do you want to start making profits??

Click here to start running the system