BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Memories In Beijing

Setelah lulus kuliah dan bekerja sebentar di jakarta, aku berencana untuk memberikan hadiah untuk diriku sendiri yaitu keliling Asia (lagi) selama beberapa waktu, dimulai dari China, Hong Kong, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Singapore

Cuaca panas terik yang membakar sudah terasa begitu tiba di Beijing. Bukan karena polusi udara atau pembangunan yang tinggi, tetapi lebih dikarenakan angin yang bertiup dari gurun pasir di arah Timur.
Dengan T-Shirt dan celana pendek yang pas di tubuh, aku memulai ‘perjalanan sejarah’ dari sebuah taman yang dulunya merupakan tempat berdoanya sang kaisar dengan para biksu. (Temple of Heaven) Sebelum masuk ke taman tersebut dan ingin membeli tiket masuk, seorang anak muda (seumuran denganku) menghampiri dan mengajak berbicara dalam Bahasa Inggris yang kurang lancar (namun dimengerti).
Faiq;Namaku Dave, butuh tour guide..?Kopral; Tanyanya.

Faiq;Boleh juga.Kopral; Jawabku..
Dalam taman, kami berkeliling sambil ia menjelaskan semua sejarah dibaliknya. Ia juga menawari untuk berkeliling ke tempat – tempat lain. Dengan tinggi kurang lebih 178 cm dan berat yang ideal, penampilan yang keren (tidak seperti anak muda lainnya di Beijing saat itu), dan raut wajahnya yang charming, siapa yang menolak untuk ditemani ‘kencan’? hehehehe
Ketika ingin mengambil minuman, buku guide yang kupegang jatuh dan tiket gay bar yang aku kunjungi malam sebelumnya serta dan sebungkus kondom (bungkusnya saja) yang kujadikan pembatas buku jatuh berserakan.
Faiq;Kamu ke tempat ini ya tadi malam?Kopral; Tanya Dave.

Faiq;Err, iya. Kamu juga?Kopral;

Faiq;Iya. Acara tadi malam bagus ya? Berarti kamu….Kopral;
Sebelum selesai ia bertanya, aku meng-iyakan pertanyaannya. Kami berdua tersenyum. Memang, jika dilihat kami berdua bukan tipe gay yang mudah ditebak dari luar. Hubungan kami tetap professional setelah itu walau terjadi pembicaraan – pembicaraan yang nakal (normal aku rasa untuk kita semua). Kudapati ternyata ia masuk kuliah dan mencari uang tambahan agar dapat meneruskan sekolahnya di Amerika.
Keesokan harinya, ia membawaku ke Istana Terlarang (Forbidden City). Disana kami melihat begitu banyak istana dan ruangan yang digunakan oleh kaisar untuk bekerja dan ‘bermain’. Aku pun mengusilinya dan berkata,

Faiq;Apakah enak untuk ‘bermain’ disini?Kopral; Kami hanya tertawa. Dibawah sinar matahari yang terik, keringat bercucuran. Aku menjadi sedikit bergairah ketika melihatnya mengelap keringat di lehernya. Ingin rasanya kucium dan merasakan wangi tubuhnya yang alami. Kulihat ada sedang bergairah dibawah celana jeans ketatnya.
Sesekali ia kugoda dan ia membalasnya. Dari Forbidden City kami menuju ke Daerah Tua, suatu daerah dimana orang – orang Beijing ini masih tinggal dengan keadaan sama persis dengan ratusan tahun yang lalu. (Hutong area) Ketika sedang beristirahat di daerah yang benar – benar sepi aku mulai meraba pundaknya lalu ke tangannya. Ia tidak menolak bahkan terlihat malu – malu. Kita berdua lalu ke wc umum dimana wc ini hanya digunakan untuk penduduk sekitar untuk mandi dan lainnya. (Untungnya bersih.)
Aku langsung memeluknya dan ia mulai membuka celana yang kukenakan. Tidak mau kalah, aku juga menurunkan celana jeans yang ia kenakan. Tidak lama, kulihat batang kontol berwarna putih kemerahan sedang berdiri tegak dengan ukuran standard. Ia terkagum melihat punyaku yang memang jauh diatas ukuran orang Asia.
Sambil mencium, ia memainkan kontolku dengan cepat namun lembut. Aku kemudian mencium lehernya yang sudah kutunggu dari tadi. Faiq;Arrgh, nikmatnya. Aku sudah menunggu hal ini dari tadi,Kopral; komentarku.

Faiq;Aku juga. Hmm, ciumanmu membuatku makin bergairah.Kopral;
Faiq;Boleh kuisap?Kopral; Tanyanya. Faiq;Jangan ditunggu lagi. Please, cepat.Kopral;
Ia menghisap kontolku seperti memakan Ping Tang (permen khas China yang terbuat dari buah yang dilapisi gula caramel). Tidak kusangka bahwa ia sangat pintar memainkan kontol. Semua letak sensitive-ku dimainkan tanpa terlewati sedikit pun. Aku tentu juga ingin menikmati Ping Tang asli khas Beijing. Aku menuntunya ke atas dan langsung menghisap kontol nya yang putih kemerahan.
Sayangnya, dia cepat berorgasme. Pejuhnya bermuncratan di dalam mulutku. Tadinya ingin kubuang tapi ia langsung menciumku dan menelan sperma-nya sendiri sambil mengocok kontolku. Kaget tetapi timbul sensasi baru. Setelah aku memberi aba – aba bahwa aku akan keluar, dia langsung jongkok dan menghisap kontolku kembali. Spermaku berhamburan di dalam mulutnya. Dia langsung menelan seluruh spermaku. Seperti kata pepatah orang China,

Faiq;Setetes darah adalah perjuangan.Kopral; Untuknya, Faiq;Setetes sperma adalah perjuangan (sex).Kopral;
Kita keluar dari wc tersebut dengan santai. Sore telah tiba dan kami makan di sebuah restoran Korea barbeque sambil minum bir. Beberapa makanan khas untuk penambah ‘gairah’ juga kami pesan. Awalnya kami pesan hanya untuk makan saja, tanpa ada unsur ‘gairah’ sedikit pun. Setelah makan, aku mengajaknya ke kamar hotelku.
Faiq;Mau nginep disini? Besok kamu juga tidak kuliah kan? Lebih enak tidur bersama daripada sendirian nih.Kopral; Tanyaku. Faiq;Tapi takut ah. Nanti aku diapa-apain lagi.Kopral; Ledeknya. Faiq;Yang takut itu aku. Bisa – bisa aku diapa-apain sama kamu. Eh, mau mandi gak?Kopral; Faiq;Bareng?Kopral; Faiq;Gak mau juga gak apa apa sih….Kopral; Jawabku santai sambil menuju ke kamar mandi.
Ia mengikuti dan mulai membuka bajuku satu per satu. Setelah aku telanjang bulat, aku mulai membuka miliknya. Di bawah air hangat kita saling mencumbu dan membersihkan tubuh masing – masing. Setelah handukan, kami keluar bersama dan ia langsung mendorong tubuhku ke ranjang. Ia langsung mencium punggungku.

Faiq;Ahh, ahhh, terusin dong, Dave.Kopral;
Dengan keadaan nungging ia menempelkan kontolnya ke pantat sambil mencium kupingku dengan tangan yang sedang mengocok kontolku. Aku hanya bisa pasrah dan mengiijinkan ia melakukan apapun yang ia ingin lakukan. Ia kembali menciumi punggungku perlahan turun ke bawah hingga ke lubang anal. Faiq;Arrh…Kopral; Aku hanya bisa berteriak merasakan kenikmatan yang ia berikan.
Aku berbaring sambil melihatnya. Faiq;Jilatanmu membuatku gila.Kopral; Faiq;Suka? Boleh aku masukin ke kamu?Kopral; Faiq;Boleh saja, tapi nanti gantian ya?Kopral; Faiq;No problem,Kopral; Jawabnya sambil mencari kondom dan pelumas dalam tasku.
Ia memulai aksinya dan langsung mengangkat kakiku. Dengan tangan yang berlumuran gel, ia melumuri kontolnya yang sudah bersarungkan kondom rasanya mint. Dengan perlahan ia memasukan kontolnya.

Faiq;Ah, dingin sekali.Kopral; Komentarku.
Beberapa gaya kami lakukan namun tidak semua jurus dikeluarkan, kalau tidak apa yang nanti bisa dilakukan pada saat aku melakukannya? Dihadapannya, kulihat ia masih memompa kontolnya dengan semangat. Faiq;Aku ingin keluar.Kopral; Aku menghentikan gerakannya dan mencabut kontolnya dan kubuka sarung kondom yang ia gunakan. Aku mengocoknya dengan cepat dan tersemburlah cairan hangat yang kental.
Tidak sabar untuk melanjutkan kenikmatan kembali, aku langsung mengenakan kondom mint. Faiq;Ayolah. Please, fuck me hard. Tidak usah pakai pelumas lagi. Aku ingin merasakan kerasnya kontolmu di dalam aku.Kopral;

Seperti yang ia inginkan, aku langsung memasukan kontolku yang tegang keras. Ia nampak kesakitan dan ingin kukeluarkan namun tidak diperbolehkan. Faiq;Terusin, please.Kopral;
Aku mulai melakukan semua gerakan dan mencoba aneka gaya yang belum kami lakukan. Sambil memasukan dan mengeluarkan kontolku di lubangnya, aku memainkan kontolnya yang setengah tertidur.
Faiq;Ummph…aku mau keluar, Dave.Kopral;

Faiq;Keluarin di dadaku ya.Kopral;
Aku mencabut kontolku dan ia mengocoknya untukku. Faiq;Ah…ahh…Kopral; Spermaku berhamburan di dadanya. Ada yang muncrat mengenai mukanya. Walaupun sudah di tetes terakhir ia tidak ingin berhenti mengocok dengan kerasnya di kepala kontolku yang sudah berwarna keunguan itu. Aku merasa sedikit kegelian dan ia kembali menghisap kontolku untuk merasakan tetes terakhir.
Kami bilas dan tidur bersama. Selama seminggu ia bersamaku dan sebagai imbalan untuk ‘kerja kerasnya’ aku memberikan dia uang lebih agar ia bisa mencapai cita – citanya. Kami masih terus berhubungan dan hingga saat ini jika aku ke Beijing, kita pasti meluangkan waktu untuk bersama namun tidak pernah membahas masa lalu.



0 komentar: