BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Cowok di Kantin

Suatu ketika pada waktu latihan fitnes usai, aku merasa lapar. Kusempatkan sebentar mampir di kantin depan untuk minum. Di kantin ini kulihat banyak sekali cowok cowok yang sedang bercanda dengan riang dan tertawa lepas.

Sebagian adalah pegawai fitnes cener ini, dan sebagian yang lain pegawai atau karyawan di ruko ruko kompleks pertokoan ini. Sambil minum aku merasa ada sepasang mata melihatku dengan serius dan kucoba menoleh dan dia tersenyum. Kutaksir cowok berkulit putih ini umurnya 32 tahun tetapi badannya masih sip. Kubuang pandang mataku menjauhi untuk menghindari tatapan matanya tapi tak lama kemudian aku dibuat terkejut oleh suaranya yang sudah berada di dekatku.
"Sendirian ya, boleh aku duduk disini?", pintanya sambil meletakkan pantatnya di kursi depanku, sehingga dia sekarang jelas berada di hadapanku.

Dia memperkenalkan diri dengan nama Didin dan aku menyambut dengan memperkenalkan namaku Ade. Dia ternyata pegawai lembaga keuangan yang kantornya di seberang fitnes center. Saat kita ngobrol kuperhatikan bodynya cukup bagus, dadanya memang belum membentuk sex packnya namun cukup padat. Perkenalan awal ini akhirnya aku dan Didin menjadi lebih akrab. Suatu ketika saat aku kelar latian fitnes kulihat Didin sendiri, dengan baik hati aku menawarkan dia untuk aku antar ke tujuannya dan dia tidak menolak.

Di dalam mobil sesekali mataku mencuri pandang ke arah dadanya, kali ini Didin memakai baju seragam kantor, namun dasinya dilepas dan tiga kancing baju bagian atasnya dilepas. Mungkin merasa gerah seharian dengan baju berdasi. Dari balik bajunya, nampak bulu bulu dadanya menyembul. Tanpa terasa dia juga melihat ekor mataku.
"Ada yang aneh ya? Kok dari tadi meliat ke arahku..., Kalo nyetir yang bagus dong jangan lihat samping ntar kalo nabrak bagaimana", tanyanya pura-pura marah.
"Ah..., Nggak ada cuman lihat aja kok", jawabku bingung sambil menggaruk kepala yang tidak gatal tanda aku manyun.
"Ah..., kamu ini liatin apaan seh. Aku jadi kikuk kalo diperhatiin gitu", timpalnya sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah karena ketahuan mengamatinya.

Memang setelah beberapa kali ngobrol dan dilanjut percakapan di telpon, akhirnya kami sempat menyinggung tentang orientasi seks kami masing-masing. Aku bilang, aku masih memiliki pacar cewek, namun kalo soal ngeseks, aku mengaku pernah berhubungan dengan cowok waktu remaja. Kalau responnya tidak terlalu frontal, kulanjutkan dengan cerita kalau pernah lakuin lagi beberapa bulan yang lalu. Ini memang trik pancingan yang aku lakukan jika aku berkenalan dengan cowok baru yang aku taksir. Tetapi aku tidak tau orientasi seks cowok baru ini. Apakah dia cowok hetero ataukah sama sepertiku juga bisa melakukan hubungan seks dengan sesama cowok juga. Kebanyakan memang mereka mengaku belum pernah berhubungan seks dengan cowok. Namun ketika keesokan harinya dia masih menelpon lagi dan masih mau ditemui, berarti memang tuh cowok bisa didekati, alias dia BISA diajak atau minimal diarahkan untuk melakukan hubungan seks sejenis. Tetapi memang butuh proses. Tetapi terkadang beberapa orang memang dasarnya biseks, tetapi mereka sok jaim (jaga image).

Kendaraan memasuki halaman yang cukup luas dengan taman yang cukup bagus.
"Masuk dulu De,.. aku ada perlu pengin cerita-cerita ama kamu", pintanya.
Tanpa persetujuan lagi aku memasuki ruang tamunya. Tak lama kemudian Didin keluar dengan memakai celana boxer dan kaos tanpa lengan. Pandanganku jadi kacau melihatnya, dari sela lengannya kulihat ketiaknya yang berbulu lebat. Lalu kulihat jelas daging yang menyembul di balik kaos tanpa lengan. Body yang bagus, seperti hasil tempaan fitnes satu atau dua tahun.

"Lho.., kok sepi nih, mana keluargamu yang lain...", tanyaku menyelidik.
"Adikku masih sekolah sedangkan ortuku sudah 4 hari ini tidak pulang, biasa bisnis", jawabnya.
Sambil kulihat tangannya mengutak-atik remote televisi.
"Nah terus kegiatanmu apa kalo lagi sepi begini...", tanyaku lagi.
Sambil sesekali mataku kuarahkan pada bulu dada serta bulu di sekujur paha dan betisnya.

"Yach biasanya sih pulang kerja aku kumpul-kumpul ama beberapa teman dan dilanjutkan dengan santai-santai, jalan di mall atau di rumah nonton TV bahkan putar video..., e..., e..., Yah tahu sendirilah..", senyumnya menggoda.
Gaya duduk Didin berubah ubah sehingga aku semakin bebas mengarahkan mataku pada jendolan di selangkangan pahanya yang membuat konsentrasiku kacau. Timbul niat isengku untuk menggodanya lebih jauh.
"Video apaan sih..", tanyaku pura-pura bodoh.

Lama Didin terdiam dan akhirnya dia mengarahkan tangannya pada televisi dan VCD player. Lalu dia mengambil kunci lemari sebelah TV dan mengeluarkan tas CD serta memasukkan VCD ke dalam player. Lalu tangannya kembali sibuk dengan remote dan tak lama kulihat adegan yang cukup mendebarkan yaitu seorang lelaki hitam dengan kontol yang lumayan besar sedang dikulum oleh perempuan kulit putih. Kontras sekali nampaknya, aku terkejut sambil memandang Didin, dia tersenyum aku jadi salah tingkah. Akhirnya televisinya dia matikan.
"Yah itulah yang sering kami tonton bersama De..., Kami puas setelah menonton terus rumpi sama-sama, kebetulan hari ini mereka ada acara dan aku tidak sehingga aku sendirian saat ini", ceritanya pasrah.

"Nonton aja apa enaknya ?", tanyaku menggoda padahal kontolku sendiri sudah mulai tegak berdiri.
"Mending aku bantuin lho kalo begini", pintaku sambil senyum
"Ah..., De paling-paling kamu juga takut.., cuman omong aja..., Mancing ya...", dia menimpali.
Aku merasa tertantang dengan perkataannya.
"Nggak kok, bener deh coba aja nyalain televisinya..."
"Terus ngapain, berani beneran kamu", tantangnya tak kalah ngotot.
"He em..., Lihat aja.., aku udah tadi kok geregetan lihat kamu", balasku menantang.

Kulihat wajahnya memerah dan tanpa menunggu waktu lagi tangan Didin memijit tombol remote dan kulihat kembali bagaimana ganasnya cewek menghisap kontol si cowok. Didin menggeser duduknya mendekatiku.
"De terus terang aku sudah lama memperhatikan dirimu", bisiknya.
Belum sempat dia meneruskan aku sudah menyorongkan mulutku padanya, diluar dugaan dia langsung membalas dengan ganas dan buas. Hampir aku tidak bisa bernafas dan dengan sigap tanganku menjelajah seluruh tubuhnya. Tiba pada gumpalan daging di dalam celana boxernya yang mulai tadi kulirik kini sudah berada di genggamanku. Dengan lembut kuelus dan kuremas, Didin menggelinjang. Karena kursi yang kududuki sempit aku mencoba menggeser Didin pada tempat yang lebih lapang yaitu di karpet bawah. Dengan perlahan tanganku mulai masuk pada bongkahan dada gempalnya lewat celah ketiaknya. Kenyal padat sekali, kuucek terus sampai kurasakan pentil Didin mulai mengeras sementara mulutku masih dikuasai oleh lidahnya yang panas.

Kutarik mulutku dan kuangkat kaos Didin lewat kepalanya sehingga kini Didin tinggal hanya memakai celana boxer saja. Aku melihat tak berkedip betapa dadanya terbentuk bagus dengan ditumbuhi bulu bulu yang halus dan rapi. Perlahan mulutku mendarat mulus pada lingkaran coklat kehitaman ditengah dadanya. Kuhisap pentil Didin yang mengeras dan cukup besar untuk ukuran cowok itu. Dia mengerang tak karuan. Kuteruskan sambil tanganku mengusap seluruh tubuhnya. Aku menindih Didin perlahan, kurasakan kontolku yang mulai membesar menatap perut Didin dan Didin menarik diri ke atas sehingga kontolku mengarah tepat dis elangkangannya. Tangan kiriku memeluk lehernya mulutku kearah dada kiri dan kanan sementara tangan kananku menjelajah tubuhnya. Kini tangan kiriku berpindah putingnya dan mulutku menciumi perut dan pusarnya sementara tangan kananku kini pada tempat yang tadi ditindih kontolku yaitu jendolan daging di celana boxernya. Didin terkejut dan "Ennngh..., zzz...", dan suara itu tak beda dengan suara televisi yang kulirik semakin hot saja, tanganku tambah berani saja, kusibakkan celana boxernya dan kuelus jendolan daging terbungkus celana dalamnya.

Tanganku tak sabar dengan cepat kumasukkan tanganku pada CD nya dan kurasakan betapa lebat rambut kontolnya. Basah semakin terasa saat kepala kontolnya tersentuh jari tengahku. Berarti dia sedang terangsang juga, akrena cairan precumnya mulai keluar. Kuucek perlahan Didin semakin tak karuan tingkahnya dan jariku yang lain mempermainkan batang dan biji biji pelernya. Aku merasa tak bebas dengan aksiku, lalu kutarik semua yang melekat didaerah pahanya yaitu celana boxer dan celana dalamnya, Didin hanya terpejam merasakan seluruh gerakanku. Kuperhatikan sekarang seorang coeok telanjang bulat dengan dada yang gempal serta rambut kontol lebat dan batang kontol yang cukup panjang keluar agak kaku. Tanganku terus mengucek batang kontol Didin dan kudengar lenguhan tak karuan saat aku mengocok batang itu secara lembut.

Aku terkejut tiba-tiba Didin bangun dan menarik tanganku menjauh dari batang kontolnya, dengan mendesah Didin menarik kancing bajuku dan menurunkan retsleting celanaku hingga terlepas dan kini aku tinggal memakai CD saja. Didin menelusuri tubuhku dengan mulutnya yang terhiasi kumis tipis itu. Kini aku yang merasakan gejolak nafsu yang luar biasa, kurasakan tangan Didin mengelus kontolku dari luar CD-ku.

Sementara itu mulut Didin semakin tak karuan arahnya, mulai dari leher, dada, pinggangku digigit kecil dan perutku juga tak luput dari ciumannya aku didorong sehingga posisku terlentang saat ini, tanganku hanya bisa menggapai kepala Didin yang kini berada di perutku. Kurasakan tangannya yang banyak ditumbuhi bulu bulu itu mulai meremas-remas keras kontolku dan kontolku semakin kaku saja. Kuperhatikan wajah Didin terkejut saat tanganya mulai masuk CD dan memegang kontolku. Cepat-cepat disibaknya semua penghalang kontolku dan kini dia nampak jelas bagaimana kontolku meradang. Kepala kontolku memerah dan tangan Didin tak sanggup menutup semua bagian kontolku. Diremas-remas dengan gemas kontolku dan memandangku penuh nafsu juga. Aku mengikuti matanya dan mengangguk. Didin mengerti anggukanku dan dengan perlahan mulut Didin disorongkan pada kepala kontolku.

Aku merasa hangat saat mulut cowok itu mendarat di kontolku. Didin mulai menggila dengan menghisap dan menjilat seluruh bagian kontolku. Aku merasakan kontolku berdenyut keras menahan hisapan kuat mulut Didin. Dan Didin semakin menjadi jadi manakala mendengar eranganku, seluruh tubuhku terasa melayang merasakan panasnya lidah yang menjilat dan mulut yang menghisap, dan kuperhatikan kepala Didin naik turun dengan mulut penuh oleh batang kontolku.
Tangan Didin juga tidak tinggal diam kuperhatikan tangan kirinya sibuk meggosok kontolnya sendiri dan tangan kanannya memegang kontolku dan mengocoknya sementara mulutnya tetap aktif menghisap dan terus menghisap.

Didin kini mulai menjauhkan mulutnya pada kontolku dan tak seberapa lama dia duduk sambil memeluk tubuhku. Akupun tak mau kalah oleh aksinya, kini kepalaku yang tertunduk dan tepat di depan selangkangan Didin. Segera aku pegang batang kontol yang pangkalnya dipenuhi bulu jembut yang sangat lebat. Sungguh baru kali ini aku melihat bulu jembut kontol yang sedemikian lebatnya. Ada aroma khas memancar dari bulu bulu dan selangkangan pria penu bulu ini. Aroma pesing bercampur aroma kelekaian yang justru begitu membiusku dan membuat libidoku semakin naik ke puncak nafsuku. Segera kudekatkan mulutku, dan lidahkupun langsung kujulurkan pada batang kontol Didin yang berurat dan kepalanya berwarna kemerahan ini.
Kusentuh batang kontol panjang berurat itu dengan ujung lidahku. Lalu kusapukan secara merata ke seluruh batang kontol Didin, hingga ke bagian lipatan kepala dan bekas sunatan. Bahkan kepala kontol memerah ini juga tak luput dari jilatan lidahku. Karena penasaran yang hebat segera kukulum kepala kontol Didin di dalam mulutku.
Kurasakan kenyalnya kepala kontol itu, dan secara reflek lidahku pun menari nari dan menerobos ujung lubang keluarnya kencing. Kuputar putar ujung lidahku di mulut tempat keluarnya kencing itu. Kulihat Didin melenguh dan menggeliat keras merasakan debur nikmat dari jilatan lidahku.
Lalu setelah puas memainkan batang kontol beserta biji biji yang meggantung itu. Kucoba balikkan tubuh Didin. Woww….mataku terbelalak melihat gundukan bongkahan pantat Didin sungguh padat berisi. Pantat yang putih itu sungguh montok dan terlihat sangat lentur dan kenyal. Tak tahan, segera kusentuh dan kupegang kedua bongkahan pantat kenyal tersebut. Dan sungguh kurasakan kekenyalan pantat cowok penuh bulu ini. Hanya sedikit bagian dri pantat ini yang tidak ditumbuhi bulu.
Aku julurkan kemai lidahku untuk menyapu bongkahan pantat itu. Sesekali kuvariasikan dengan gigitan kecil di gumpalan daging ini. Didin menggeliat dan mendesis ketika aku menggigit pantatnya. Lalu lidahku kujelujur dan menari menari di semua area pantat cowok ini. Sesekali naik ke pinggang, hingga berputar dan menyentuh belahan pantatnya. Didin menggeliat geliat merasakan geli dan nikmat yang berbaur. Lalu kusibakkan belahan pantat itu dan kucoba lidah panasku sentuhkan di belahan sekitar lubang anusnya. Didin menggelinjang gelinjang. “Uhh…enak banget. Apa yang kamu lakuin”,tanya Didin. Aku hanya diam saja, sambil tanganku mengambil kondom dan pelicin yang selalu kusimpan di dompet. Lalu kurobek pembungkus kondom itu itu dan kupasangkan di kontolku yang masih menegang. Lalu aku mengambil posisi dengan tangan kiriku memegang batang kontolku, sambil kulumuri dengan pelicin yang telah kubuka. Kulumuri bagian kepala hingga pangkal kontol yang telah terbungkus kondom itu dengan pelan.
Jilatan pada pantatnya kini beralih ke pingganya, lalu naik lagi ke punggungnya, hingga ke lehernya. Perlahan-lahan kepala kontolku kuletakkan pada belahan bongkahan pantat Didin. Lalu kugeser kaki Didin agar agak terbuka dan agak menyamping sedemikian rupa, sehingga bisa masuk saat kuarahkan kepala kontolku di belahan bongkahan pantat itu. Kepala kontolku yang telah terlumuri pelicin itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bongkahan pantat Didin dan menyentuh lubang anusnya. Pelicin itu pun akhirnya membasahi belahan pantat Didin. Terdengar suara erangan perlahan dan badannya mengeliat geliat tanpa sadar apa yang akan aku lakukan.
Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kontolku menerobos lubang anus Didin dengan pelan. Kutekan sedikit kontolku, sehingga ujung kepala kontolku masuk sedikit pada lubang anus Didin. Sekarang kepala kontolku terjepit sedikit di antara bibir lubang anus Didin. Dari mulut Didin tetap terdengar suara mendesis perlahan, dan kepalanya menoleh dan sedikit mendongak ke atas. Sebelum Didin tersadar penuh, segera kubungkam mulutnya dengan ciumanku. Targetku aku sudah harus menaklukan lubang pantat Didin dengan menempatkan posisi kontolku di dalam lubang anus Didin. Sebab itu segera kupastikan letak kontolku agar tegak lurus pada lubang anus Didin. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing kontolku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala kontolku mulai menerobos ke dalam lubang anus Didin. Kelihatan sejenak kedua paha Didin bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan kontolku ke dalam lubang anusnya.

Didin tersentak kaget karena tidak menyangka aku akan melakukan itu. Dia berontak dan badannya bergerak gerak melepaskan diri. Karena gerakan Didin yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi kontolku menerobos masuk ke dalam lubang anus Didin dengan cepat. Kudengar teriakan tertahan dari mulut Didin yang terus kusumpal dengan ciuma ciumanku. “Aakhhh…..hhheekk”. Kelihatan Didin sangat kaget dan mungkin juga merasa sedikit kesakitan akibat kontolku yang besar menerobos masuk ke dalam lubang anusnya dengan tiba-tiba.
Meskipun Didin terus bergerak meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Akibat gerakan-gerakan Didin dengan kedua kaki Didin yang meronta-ronta itu, kontolku yang telah terbenam di dalam lubang anus Didin terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dinding dalam lubang anus Didin. Wowww..sensasi luar biasa. Nikmat. Hangat. Enak sekali. Tak dapat kulukiskan dengan kata-kata.
Gerakan pinggulku makin kupercepat, sambil lidahku kujulur julurkan di tengkuk Didin. Sementara tanganku kugerakkan mencari kontol ujang yang tertekan di bawah tubuh kami. Saat kudapati, ternyata kontol itu masih tetap terasa keras terhimpit tubuh Didin. Berarti Didin tidak benar benar merasa sakit. Malah mungkin sudah mulai menikmati enaknya sodokan kontolku di lubang anusnya. Karena kalau Didin merasa sakit, pastinya kontol itu akan lemas dan tidak tegang. Tangaku yang satu juga kurabakan pada punggung dan memutar ke arah dada Didin yang terhimpit karpet lantai. Kini kudapati dada dan tetek Didin seteah dia agak mengangkat tubuhnya. Aku mulai memijit-mijit dada Didin, terutama pada bagian putingnya yang masih mengeras. Kupilin-pilin bagian yang memang bisa membuat rangsangan hebat pada setiap cowok itu.
Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada lantai, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, kontolku menghujam lubang pantat Didin dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang anusnya. Sambil terus mengentoti pria berbulu ini, sesekali tanganku memutar mutar dan merabai sekujur tubuh Didin yang penuh bulu itu.
Lalu puas dengan posisi dipunggungi tubuh Didin, segera kubalik tubuh cowok berbulu ini. Kini kami saling berhadapan. Didin memejamkan matanya. Entah merasa malu atau apa. Aku tidak perduli lagi. Segera kudaratkn ciumanku ke lehernya dan terus ke dadanya yang padat dan sedikit berotot itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua dadanya yang ditumbuhi bulu, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan Didin menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang penuh dengan bulu bulu itu. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada selangkangan di antara kedua paha yang putih itu.Pada bagian kontol Didin, mulutku dengan cepat menempel ketat pada batang kontolnya dan lidahku bermain-main di ujung kontol, tempat keluarnya kecing itu.
Sambil terus bermain main dengan lidahku pada bagian selangkangannya, lalu mulai merambat naik lagi. Perutnya dan dadanya menjadi sasaranku berikutnya. Kini kutempatkan posisi badanku sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala Ujang dan dengan setengah berjongkok.
Sejalan dengan itu batang kontolku kuarahkan ke belahan pantatnya. Dengan bantuan tanga kiriku, kuarahkan kontolku ke lubang anusnya. Lalu secara perlahan kuhentakkan hingga ujung kepala kontolku melesak perlahan menerobos lubang anusnya. Kini terasa kepala kontolku itu langsung terjepit di antara dinding lubang anus Didin.Dengan suatu tekanan agak dalam, maka seluruh batang kontolku langsung menerobos masuk ke dalam lubang anus Didin dan amblas semua batangku yang cukup panjang itu. Trdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut Didin. Uuuuhhhhh… Akh” tetapi matanya masih terus merapat. Tak lama kemudian Didin mengimbangi dengan menggoyang pinggulnya dengan cepat, karena kelihatan bahwa Didin merasakan nikmat yang begitu hebat.
Hal ini membuatku jadi makin terangsang saja. Aku serasa melayang layang di udara. Namun aku juga tidak mau mendiamkan kedua tanganku. Sementara tangan kiri bergerilya dan menggerayangi dada dan memilin milin puting dada Didin. Sedang tangan kananku menggenggam, meremas dan mengocok batang kontol berurat milik Didin.
Hal itu membuat Didin tambah nafsu dan semakin liar menggoyang patatnya. Ada rasa hangat dan sensasi luar biasa kurasakan saat menusuki pantat Didin itu. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam kontolku seolah mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku.

Kusaksikan wajah Didin meringis menahan laju kontolku di lubang anusnya. Aku merasakan kontolku berdenyut seperti dipijat, Didin perlahan mulai menggoyangkan pantatnya ke kanan dan ke kiri.
"Ssstt, eeennghhh..., Aku nggak tahan De...", lenguhnya.

Aku menjadi giat menggoyang kontolku menusuk-nusuk lubang anusnya yang semakin longgar. Suara kecipak anus Didin saat kutusuk membuatku semakin bergairah dan aku memegang pinggang Didin untuk mengarahkan semua kontolku pada lubangnya, aku mulai merasakan kontolku panas dan mau keluar.
"Didin..., aku mulai nggak tahan nih.., mau keluar..., ahhh", Aku berteriak sambil terus kugoyang pantatku berputar dan meremas pinggulnya yang berisi.

Didin semakin menjadi dan bersamaan dengan keluarnya spermaku aku merasakan ketegangan yang luar biasa bahkan lebih hebat dari yang tadi, kaki Didin kaku dan melingakar pada kakiku dan erangannya semakin keras dan binal. Pagutan tangannya kurasakan sampai aku hampir tak bernafas. Tiba tiba Crottt…crottttttt…crottttt sperma Didin menyembur mengenai mukanya sendiri. Semburan berikutnya menyemprot ke dada dan perutnya. Terakhir semprotan spermanya semakin melemah dan cairan putih nan kental berbau khas itu memenuhi perut Didin.
Lalu kami berdua berpelukan, karena merasa puas dan sama-sama kelelahan.



0 komentar: