BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Meja Bilyard

Busyeett! Aku melihat jam, ternyata sudah pukul setengah 12 malam, dan aku belum juga bisa menutup mataku untuk tidur, memang pada malam itu keadaan udara sedang panas dan hatiku sedang gelisah yang mana aku juga tidak tahu penyebabnya. Karena aku belum bisa tidur juga, akhirnya aku mengambil keputusan lebih baik keluar sebentar mencari angin. Hmmm.., sejuk juga angin malam sekarang, atau mungkin karena baru diguyur hujan, tapi.. "Ahkk.. nggak aku ambil pusing."

Dalam perjalan aku sempat berpikir juga, mau kemana aku tengah malam begini, tapi akhirnya aku mendapat ide juga, pergi ke tempat billiard. Ya, ke tempat billiard, mungkin badanku harus capek sedikit biar bisa tidur, lagipula biasanya tempat itu tutupnya jam 2 pagi.

Akhirnya aku sampai juga. Setelah memarkir mobil lalu aku masuk. Wuih! ramai juga. Memang untuk ukuran di kotaku, tempat billiard ini yang paling bagus dan waitress-nya juga cantik-cantik. Setelah agak lama melihat-lihat situasi, akhirnya aku menemukan meja yang kosong. Posisi mejanya agak di pojok. Kemudian kunyalakan lampu yang ada di meja itu, lalu aku mengambil stik. Aku berpikir, mungkin cukup beberapa koin saja hingga badan ini agak capek. Saat itu aku tidak begitu memperhatikan waitress yang sedang menyusun bola, lagipula aku sedang mengoleskan tanganku dengan bedak.

"Mas.. mainnya sendirian ya.. saya temenin main ya," tanya cowok penjaga counter minuman di tempat billyard itu kepadaku.
"Boleh," jawabku singkat.
Begitu aku membalikkan badanku untuk main, aku jadi terpana melihat sosok tubuh yang gagahnya minta ampun. Orangnya tidak terlalu tinggi mungkin sebahuku, rambutnya cepak bergelombang, kulitnya sawo matang, dengan tubuh yang tegap, mata yang agak bulat, kumisnya yang menantang dan ditunjang dengan pakaiannya yang pada saat itu menggunakan kaos ketat, membuat lekuk tubuhnya menjadi semakin menggiurkan bagi lelaki gay yang melihatnya. Aku heran juga, mau-maunya dia menyapaku dan begitu percaya diri sekali kalau aku ini suka sama cowok. Padahal tujuanku cuman untuk bermain billiard.

Akhirnya kuawali dengan break yang tentunya ditemani oleh cowok tersebut. Aku grogi juga, kadang-kadang saat dia sedang memukul bola, aku iseng-iseng melihat gundukan tonjolan di selangkangan celana jins ketatnya yangagak menonjol, apalagi saat dia sedang menyusun bola, kulihat jendolan pahanya yang membuat darahku mudaku berdesir.

Selama 3 koin aku tidak banyak ngobrol dengannya tetapi setelah beberapa lama karena mungkin agak akrab, yang mana dalam permainan kami sering saling mengejek akhirnya aku memberanikan diri untuk mengenalnya lebih jauh.

"Mas, namanya siapa?" tanyaku saat dia sedang mau memukul bola, sambil mataku melihat ke tonjolan celana jins itu.
"Ady.. Mas sendiri siapa?" tanyanya."Saya Erick Mas.. hmm.. udah merried Mas?" tanyaku agak menyelidik bak seorang dedektif.
Ady agak tersenyum mendengar pertanyaanku itu.
"Kalo belom kenapa.. kalo udah kenapa," jawabnya sambil memukul bola.
"Kalo udah, saya nggak akan bertanya lagi dan mainnya mo udahan aja karena takut ada yang ngambek.. tapi kalo belom, boleh khan saya daftar," jawabku sambil tertawa.
"Iihhh.. buntut-buntutnya malah mau daftar," jawabnya sambil matanya memandang ke arahku.
Tatapan matanya nakal sekali, pikiran kotorku mulai keluar. Tapi setelah itu, kami malah asyik bermain sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah 2 pagi, dan akhirnya kusudahi bermainnya karena merasa capek.

"Mas, udahan ah.. capek nih.. oh ya, aku pesen minumnya lagi dong," kataku kepada Ady.
"Iya.. tapi Ady minta Krating Daeng ya," pintanya.
"Boleh.. boleh.. ngambil aja.." kataku sambil memperhatikan Ady yang berjalan lenggak lenggok bak peragawati yang berjalan di catwalk.
Tak beberapa lama dia datang lagi sambil membawa minumannya, kemudian duduk di sebelahku yang mana dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus sengaja dia perlihatkan pada semua orang.

"Mas tinggal di mana?" tanyaku.
"Di daerah Di***(edited)," jawabnya.
"Ooo.. deket juga," kataku, lalu aku bertanya lagi tentang hal yang belum dia jawab waktu diawal perjumpaan tadi."Oh ya Mas, udah merried?" selidikku sambil tersenyum, dia menggelengkan kepala.
Yes! artinya itu belum merried pikirku, aku jadi tambah bersemangat untuk mengenalnya lagi.
"Hmmm.. Mas pulangnya sama siapa," tanyaku lagi.
"Ikut jemputan, kenapa emangnya?" dia balik bertanya.
"Nggak pa-pa Mas, tapi kalo Mas nggak keberatan, boleh dong saya anter pulang?" kataku sambil mengharapkan dia mau bareng pulangnya.
Mas Ady terdiam, sepertinya dia sedang mempertimbangkan tawaranku, yang pada akhirnya...

"Boleh aja, tapi kamu sendirian khan?" kata Ady, senang juga aku mendengarnya, memang itu yang kuharapkan jawaban darinya.
"Berdua Mas, tuh ama bayangan," kataku sambil tertawa, mendengar jawabanku dia tersenyum sambil memukul pahaku.
Kemudian kami ngobrol sambil menunggu waktu pulang, yang sebelumnya kubereskan dulu pembayaranbekas aku main tadi berikut minumannya. Jam sudah menunjukan pukul 2 pagi lewat, tampak waitress yang satu shift ama Ady sudah pada pulang, yang sebelumnya mereka setor dulu penghasilan koin mereka malam itu, dan aku baru tahu kalau keluar dari situ ternyata mereka sudah pada berganti pakaian. Tp kok Mas Ady tidak berganti pakaian.

"Nggak ganti pakaiannya dulu Mas?" tanyaku.
"Nggak ah, males.. lagipula aku kan nggak ikut jemputan, jadinya nggak risih," jawabnya sambil menuju ke kasir untuk menyetor laporan penjualan counter minuman, tapi sebelum sampai ke kasir dia setengah berbisik kepadaku, "Kamu duluan aja Rick, ntar aku nyusul.. kamu tunggu di depan warung aja."
Aku cuma mengangguk saja, aku langsung keluar dan segera menuju mobilku lalu kuparkir mobilku di depan warung yang tidak jauh dari tempat billiard.

Tidak berapa lama Mas Ady datang.
"Sorry ya, agak lama.. lagipula tadi aku kasih alasan dulu kalo sekarang nggak ikut jemputan," katanya.
"Nggak pa-pa Mas," kataku sambil menghidupkan mobil dari tempat billiard ke rumahnya yang cuma membutuhkan waktu 15 menit, tapi otak kotorku malah mulai mencari ide agar aku dapat bersamanya agak lebih lama lagi. Akhirnya aku dapat juga ide tersebut, memang kalau untuk hal-hal seperti itu akulah ahlinya.
"Mas, mau langsung ke rumah atau mau jalan-jalan dulu," tanyaku pada Mas Ady sambil melirik dadanya yang tegap dan agak berbulu tersebut.
"Hmm.. emang mau ke mana gitu Rick?" kata Ady sambil menyalakan sebatang rokok, aku sempat berpikir, yang akhirnya..
"Kalau ke Batu aja gimana Mas, ya.. sambil liat kota Malang dari atas sana.. terus makan jagung bakar," kataku lagi.
"Hmmm.. boleh lah Rick," jawabnya lagi.
Dalam perjalanan kami tidak banyak bicara, mungkin karena dia dan aku sudah agak capek karena main billiard tadi.

Setelah sampai di sana, lalu kuparkirkan mobil ke tempat yang agak gelap, di samping itu dapat juga melihat pemandangan kota Malang yang mungkin hanya terlihat lampu-lampunya saja. Kemudian aku memesan beberapa makanan yang tentunya menu utamanya jagung bakar, dan aku memesan beer hitam supaya badanku agak hangat.

Setelah makanan dan minuman sudah selesai dihidangkan, aku balik lagi ke mobil. Lalu kuberikan makannan yang Mas Ady pesan.
"Pemandangannya bagus ya Mas, betah aku kalo udah di sini," kataku mengawali pembicaraan.
"Iya Rick, bagus banget," jawabnya sambil makan jagung bakar.
"Mas udah lama kerja di situ?" kataku lagi.
"Baru 2 bulan Rick, kenapa emangnya?" jawabnya.
"Nggak pa-pa Mas, sayang aja." kataku sambil meminum beer-ku.
"Sayang kenapa Rick?" jawab Ady dengan dengan agak keheranan atas pertanyaanku itu.
"Sayang aja Mas, kok mau-maunya Mas kerja di situ, kan banyak kerjaan yang lain, apalagi Mas wajahnya cakep, tubuh proporsional. Pasti gampang nyari kerjaan yang lain," kataku dengan sedikit agak merayu.
"Terima kasih Rick, kamu perhatian juga.. tapi aku terpaksa Rick, jaman sekarang kerjaan susah, apalagi ijasahku cuma lulus SMA.. ya jadinya terpaksa, tapi aku ngucapin terima kasih deh Rick.. kamu perhatian banget," kata Ady sambil tangan kanannya mengusap pipiku, kubalas dengan mencium telapak tangannya.
"Mas, Erick harap pertemuan kita nggak sampai disini.. nanti Erick akan sering-sering main ke tempat itu," kataku merajuk.
"Terima kasih Rick," ucap Ady sambil mencium hangat pipiku.
Serrr! ada suatu yang lain, kurasakan kehangatan dalam jiwaku, perasaan kasih sayang yang amat dalam terasa sekali. Lama aku memandangi wajahnya, sepertinya dia tahu kalau aku memperhatikannya.

"Kok ngeliatin terus Rick?" tanya Mas Ady.
Kaget juga aku, ternyata dia tahu kalau aku sedang memperhatikannya.
"Eh, nggak kok Mas.. pengen aja liat Mas.. biar puas." kataku sambil bercanda dikit.
"Idihh.. genit kamu Rick," kata Ady sambil mencubit pahaku.
"Rick.. jangan panggil Mas ya.. lagi pula umur kita nggak beda jauh kok," katanya.
"Hmmm.. oke deh.. Om.. eh.. Ady," kataku sambil bercanda lagi.
Ady tersenyum sambil mencubit lagi pahaku.

Selang beberapa waktu kami terdiam karena menikmati makanan yang tadi kami pesan.
"Auuww!" Ady agak menjerit, aku kaget juga.
"Kenapa Ady?" tanyaku.
"Bibirku kegigit.. kayaknya berdarah nih," katanya sambil agak meringis.
Kemudian kunyalakan lampu yang ada di dalam, lalu aku memperhatikan bibirnya yang memang berdarah, tapi sedikit. Lalu aku mengambil tissue yang ada di belakang jok depan.
"Makanya kalo lagi makan jangan sambil ngelamun.. jadinya salah gigit," kataku sambil membersihkan darah yang keluar dari bibirnya.
"Siapa juga yang ngelamun.. ngarang aja kamu Rick," katanya.
"Udah.. ntar nggak bisa dibersihkan dong kalo nyerocos terus." kataku lagi.
Dia diam aja, sementara aku membersihkan seputar bibirnya. Setelah selesai, kubuang tissue itu keluar, dengan posisi jari tanganku masih memegang bibirnya. Aku sempat tertegun memandang bibirnya yang mungil itu, dengan perlahan kucium dengan lembut bibir itu, kulepaskan lagi, kemudian memandang wajahnya, dia tersenyum lalu memejamkan matanya. Lalu kucium kembali bibirnya yang mungil, lama juga aku melumat bibirnya, lalu tangan kananku mematikan lampu yang masih menyala.

Kemudian kupegang pipinya, aku masih mencium dengan lembut bibirnya. Lama-lama nafas kami berdua mulai tidak beraturan. Lalu kujulurkan lidahku ke dalam rongga mulutnya, agak gelagapan juga dia menerima serangan dariku, tapi tiba-tiba dia membalas lebih ganas lagi, lidahku disedotnya sesekali digigitnya. Bunyi perpaduan antara bibir yang bertemu bibir dibarengi saling sedot lidah sudah tidak kami hiraukan, permaianan lidah kami berdua malah bertambah hebat.

Mungkin bisa anda membayangkan posisi kami pada waktu itu, aku yang duduk di jok depan kemudi, sedangkan dia berada di jok sampingku, jelas perutku yang pada waktu itu sedang berasyik ria terganjal oleh rem tangan, ditambah badanku yang agak melilit. Pegel juga waktu itu, lalu kusudahi percumbuan kami. "Ady, kita pindah ke belakang," bisikku. Ady tidak bicara, kemudian kami berdua pindah ke belakang.

Oh ya, waktu itu aku memakai mobil espass supervan, jadi di bagian tengahnya agak lega sedikit, didukung kaca yang gelap, sehingga sangat mendukung sekali. Tapi sebelum melanjutkan, aku kembalikan dulu peralatan bekas makan tadi sambil membayar, lalu aku balik lagi ke mobil.

Lama juga kami diam, dengan inisiatifku aku mulai menghampiri wajahnya, sambil kedua tanganku memegang wajahnya. Dia memejamkan matanya. "Aku sayang kamu Ady.." kataku sambil mencium kembali bibirnya yang mungil, sehingga dia tidak sempat membalas ucapanku tadi.

Kali ini permainan kami lebih hebat dari tadi, Ady yang tadinya agak ragu malah kini tampaknya makin ganas, nafasnya mulai agak memburu. Tidak sampai disitu saja, tangan kananku mulai turun ke bawah, mengelus pahanya. Setelah mengelus, tanganku kuarahkan ke setelan jok sehingga posisi Ady sekarang jadi setengah posisi tidur, sedangkan badanku ada diantara kedua pahanya. Kemudian kupegang lagi wajahnya sambil masih tetap berciuman, tanganku mulai menelusuri lehernya terus pundak dan akhirnya sampai pada dada bidangnya, lalu tanganku kuarahkan ke kancingnya, kubuka satu persatu.

"Erickk.." bisiknya sambil tangannya merangkul leherku.
Setelah kancingnya terbuka semua, terpampanglah dada bidang itu, ditumbuhi bulu-bulu halus nan lebat. Aku buka kaosnya, lalu kubuka dan kulempar ke jok paling belakang. Tanpa melepas bajunya, aku kemudian bergeser lagi ke atas, kulumat bibirnya. Setelah puas, ciumanku mulai berpindah ke telinga kirinya, kulumat dan sesekali kugigit telinganya. Ady makin mendesah kenikmatan. Lalu setelah puas dengan apa yang kulakukan, kujiilat lehernya yang jenjang, terus menuju pundaknya, yang akhirnya sampai ke dadanya dan kudapati tetek kecil itu. Dengan lembut kujilat putingnya silih berganti, kadang aku meremas keduanya, lalu kusedot puting susunya, sesekali kugigit mesra.

"Ooohh.. Eriicckkk.." rintihnya.
Aku masih saja asyik mempermainkan kedua bukit kembarnya itu, lalu tanganku kugunakan untuk membuka bajuku, lalu kulepas juga celana jeans-ku, karena batang kontolku agak sakit, maklum pada waktu itu sudah dalam posisi siap tempur. Kemudian tanganku kuarahkan ke dadanya, kuremas-remas dengan lembut, sambil lidahku masih mempermainkan puting susunya hingga dia menggelinjang keenakan. Puas dengan meremas kedua dadanya, kedua tanganku kuarahkan ke pahanya. Dengan posisi masih melumat tetek kecilnya, tanganku mengelus-elus pahanya, terasa juga olehku bulu-bulu halusnya, kubuka releting celananya dan kugeser ke bawah sehingga bulu-bulu kontolnya jelas telihat. Tapi aku tidak mau terburu-buru, kualihkan tanganku ke pinggangnya. Setelah puas bermain dengan teteknya, lidahku menjulur ke bagian bawah. Kujilat pusarnya.Tangan Ady meremas-remas rambutku, kakinya bergerak tidak beraturan, mungkin karena dia menerima rangsangan sehingga dia tidak bisa diam. Setelah itu, lidahku turun lebih ke bawah lagi, kali ini di hadapanku terpampang jelas tonjolan kenikmatan. Kubuka dan kutarik kebawah celana jins itu. Lalu kujilat kontolnya yang masih tertutup CD putih, jari tanganku kuarahkan ke pinggir CD-nya. Kugeser sedikit pinggir CD-nya sehingga batang kontolnya agak kelihatan, lalu kujilat batang kontolnnya, kusedot mesra yang mana membuat Ady semakin keras meremas rambutku. Tidak puas dengan itu, kutarik CD-nya untuk kulepaskan. Ady ikut membantu dengan mengangkat pantatnya ke atas sehingga dengan mudah aku melepas CD-nya.Dengan tidak sabar, aku lalu menjilat kontolnya. Dengan jariku yang memegang batang kontol itu, kunikmati batang kontol itu serasa makan es krim lolipop.

kontolnya sudah basah sekali, lalu aku sambil menjilat batang kontolnya aku mencari ujung kontolnya. Setelah ketemu, kujilat bibir kecil itu. Kemudian kusedot sampai cairannya pun ikut tersedot olehku. Ady semakin mendesah tak karuan. Tiba-tiba kakinya dinaikkan ke atas pundakku sehingga wajahku agak terjepit oleh kedua pahanya. "Eerriicckk.." jeritnya sambil tangannya meremas rambutku. Kubenamkan wajahku di kontolnya, disamping itu jepitan pahanya semakin terasa oleh wajahku. Hmmm.. rupanya dia baru terangsang hebat.

"Rick, udah Rick.. udah.. masukin aja Sayang.." pintanya sambil mengusap-usap rambutku, sengaja kubiarkan dulu jilatan dan hisapanku terhadap kontolnya. Kubiarkan dulu dia menikamati puncak terangsangnya. Setelah kulihat dia agak santai, kutundukkan kepalaku lagi untuk menuju kontolnya yang indah itu, tapi dia malah menahannya, sambil menggelengkan kepalanya dia tersenyum. "Udah Rick.. jangann.. aku nggak kuat loh.." katanya. Akhirnya kuturuti juga, dengan posisi kaki agak ditekuk, badanku aku ditegakkan, lalu kuarahkan batang kontolku yang sejak tadi sudah minta bagian ke arah agak bawah. Bongkahan pantat itu kukuak dan kudapati lubang kontol yang ditumbuhi bulu bulu halus. Kulihat wajahnya yang agak berkeringat."Sshh.. Erickkk.. pelan Sayang.." katanya begitu aku baru memasukkan jariku sedikit sambil kulumuri ludahku. Sedikit demi sedikit jariku masuk, satu, lalu dua hingga tiga jariku masuk semua. Lalu kuganti kontolku ku arahkan ke lubang pantat yang telah setengah terbuka itu. Kudorong setengah batang kontolku, sambil kedua tangannya agak menahan dadaku. Memang kurasakan agak sulit juga. Kalau perawan sih bukan, tapi karena jarang dipakai, jadinya agak susah juga masuknya.

"Aakkhhh.. Riccckkk.." rintihnya begitu aku langsung memasukkan batang kontolku, dia kaget juga waktu kuperlakukan begitu. "Nakal kamu Rick.." sambil berkata dia mencubit pinggangku,Pelan-pelan aku mulai menggerakkan pantatku, dengan refleks dia melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku. Makin lama gerakanku makin cepat, bibir kami pun sesekali saling berpagutan, diselingi desahan-desahan nikmat.

"Oookhh.. Ady.. enak sekali Sayang.." kataku dibarengi nafas yang memburu. Tanganku sibuk mengocok batang kontolnya yang semakin berdenyut denyut dan tangan satunya memilin tetek dan meremas dada bidangnya. Kulihat wajah Ady, matanya terpejam, sepertinya dia sedang menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Tidak berapa lama.. tiba-tiba pelukannya makin erat dan jepitan kakinya yang melingkar di pinggangku, terasa menjepit sekali, rupanya dia mencapai puncaknya lagi, aku diam sebentar sambil kutekan lag ikontolku ke dalam lubang pantatnya. Aku merubah posisi, dia kusuruh nungging seperti “doggy style”. Lubang pantatnya tertantang untuk kumasuki, sementara kontol Adi bergelantungan.. sambil kutusuk dari belakang, sambil kuciumi punggungnya, kukocok kontolnya mengikuti aluran sodokan kontolku di pantatnya..

"Riccckkk.. aaakkhh.. sshhh.." rintihnya sambil matanya merem melek. Aktifitasku kuhentikan sejenak biar dia merasakan kenikmatan yang baru dia dapat. "Rick.. kamu belum keluar ya.. gantian ya," pintanya sambil tersenyum manis, aku hanya menganggukkan kepalaku. Memang kalau dalam bercinta bukannya aku kuat, tapi aku selalu mengatur irama. Aku ingin supaya pasanganku puas lebih dulu, setelah dia puas baru aku yang mencari kepuasan, jadi tidak akan saling mengecewakan.

Kini gantian posisiku yang agak setengah tidur, dan tubuh Ady berada di tengah kedua pahaku. Kulihat dia mengambil tissue, lalu mengelap batang kontolku. Setelah itu dia melihat wajahku sebentar, lalu dengan perlahan dia mulai menjilat kepala kontolku. "Sshhh.." aku cuma bisa mendesis karena geli yang kurasakan. Ady masih saja asyik menjilati lubang kepala kontolku, lalu tiba-tiba dia memasukkan kepala kontolku ke dalam mulutnya. Sesekali batangku dia gigit dengan lembut. Hisapannya lembut sekali, aku cuma bisa mendesah kenikmatan. Ady tampaknya menikmati permainan ini, aku hanya bisa mengelus-elus rambutnya, sesekali kuremas kedua bukit kembarnya.

Lama-lama hisapannya semakin kuat, enak sekali rasanya. Kurasa mungkin kalau begini terus aku bisa ambrol maka aku buru-buru menghentikan aktifitasnya, dia tampak keheranan. "Udah Ady sayang.. aku nggak kuat.. kamu sekarang di atas, ya.." kataku. Ady cuma tersenyum, mungkin senyumannya itu penuh arti, aku tidak bisa mengartikannya. Lalu Ady setengah berdiri, kemudian dia mengangkangi tubuhku, diraihnya batang kontolku, lalu diarahkan ke lubang pantatnya. Aku dudukin, dan kontol dia tertera jelas di depanku, secepat kilat kusambar kontol itu dan kuremas-remas.. Begitu kepala kontolku tepat pada lubang pantatnya, dengan sedikit sentakan kontolku amblas dilahapnya. Kami terdiam sesaat, kulihat Ady memejamkan matanya, tangannya dia taruh di dadaku, lalu pelan-pelan dia gerakkan pantatnya naik turun, kepalanya mendongak ke belakang. Setiap kali dia melakukan gerakan, dari mulutnya keluar desahan dan rintihan yang makin membangkitkan nafsu birahiku, begitu juga denganku, aku pun mengerang kenikmatan.

Makin lama gerakan Ady makin cepat, batang kontolku terasa seperti diremas-remas. Walaupun keadaannya agak gelap tapi dapat kulihat mimik wajahnya seperti menikmati permainanan ini. Badannya yang terlihat mengkilap karena keringat yang keluar. Aku pun tidak tinggal diam, tanganku meremas kedua dada bidangnya, sambil sesekali memelintir putingnya, lalu kuangkat badanku sedikit supaya aku bisa menghisap putingnya yang begitu menantang. Tangannya mendekap leherku, seperti meminta lebih keras lagi aku menghisap putingnya. Gerakannya tambah liar saja, dan erangannya jelas sekali terdengar. "Aaakkhhh.. ssshhh.. Errriicckk.." erangnya sambil meremas rambutku. Aku semakin aktif saja melumat putingnya, sambil tangaku semakin keras mengocok batang kontolnya dan Ady makin hebat saja gerakannya.

Tiba-tiba kurasakan sesuatu akan keluar dari batang kontolku. Aku mencoba bertahan, tapi sepertinya tidak bisa. "Ady.. aku mau keluarr.. aakkhhh.." erangku. "Aku juga Rick.. sebentar lagi.. bareng yaa.. okhhh.. okhhh.. Erickkk.." desahnya sambil tangannya sekarang memegang wajahku, lalu dia melumat bibirku, tangannya melingkar di pundakku, tetapi bibirnya masih mencium bibirku.

Dan.. "Aaakkhhh.. Erriicckkk.." jerit Ady sambil mendekapku begitu kuat sekali. Tanganya merebut batang kontolnya untuk dia kocok sendir. Dengan kocokan dan remasan tanga Ady sendiri, akhirnya kontol besar itu memuncratkan cairan spermanya. "Aakkhhh.. aku keluaarrr Adya.. ookhhh.." eranganku menahan kenikmatan yang tiada taranya. Kami lalu terdiam dengan nafas yang tersenggal-senggal, dengan posisi Ady masih di atasku, kemudian Ady mencium keningku, lalu melumat bibirku, aku pun tak mau kalah, kubalas ciumannya. Kami berciuman cukup lama, sambil mengucapkan kata-kata sayang. "Aku sayang kamu Ady.. kuharap jangan berakhir disini," kataku sambil mencium keningnya, tampak dia memejamkan matanya begitu aku mencium keningnya. "Ady sayang kamu juga Rick.." ucapnya. Kulihat sepintas wajahnya penuh kebahagian dan kepuasan. Tak terasa kami tertidur dalam posisi masih di atas badanku. Deru kendaraan yang lewat terdengar jelas sekali, aku sadar, lalu aku bangun, kulihat kami masih dalam keadaan telanjang bulat. Lalu kubangunkan Ady untuk segera berpakaian kemudian kita kembali untuk pulang. Untungnya posisi mobil tidak menghandap ke jalan raya, ditambah kaca mobil yang gelap sehingga kecil kemungkinan kalau orang bisa melihat ke dalam mobil. Setelah beres berpakaian lalu kami pulang, tapi sebelumnya saya janjian dulu dengan Ady untuk bertemu kembali malam nanti, dan dia setuju. Hmmm..
Oke deh, komentar dan kritiknya saya tunggu.


0 komentar: