BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 29 Mei 2009

Adik Kos Kamar Sebelah

Aku kost di daerah Blimbing Malang, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang remaja manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan senyumnya benar-benar mempesona. Dia remaja etnis Thionghoa dan murid SMP Katholik yang terkenal di kota Malang. Dalam kamar kostku terdapat beberapa lubang angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas putih..., tapi setelah cowok manis itu kost di sebelah kamarku, maka kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu. Suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku dibuka, lalu aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata cowok itu baru pulang dari sekolahnya..., tapi kok sampai larut malam begini tanyaku dalam hati. Cowok manis itu yang belakangan namanya kuketahui yaitu Herman, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian mengambil segelas air putih dan meminumnya..., akhirnya dia duduk di kursi sambil mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku mengintip. Herman sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu kamarku telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat ke dalam kamarnya.


Dia mulai membuka baju dan celananya untuk berganti baju. Saat dia telanjang sejenak itu, terlihat jelas celana dalamnya yang putih dengan gundukan di tengahnya..., lalu saja tiba-tiba kontolku yang berada dalam celanaku otomatis mulai ereksi. Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya, apalagi ketika Herman lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan celana dalamnya itu dan berganti celana dalam baru. Sebentar dia bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih dan tangannya mulai meluncur pada dadanya yang belum muncul otot-otot bisep trisep. Diusapnya dada dan putting payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting susunya sambil memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat, lalu tangan satunya meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya dengan pelan, tangannya mulai masuk ke celananya dan bermain lama. Aku bergetar lemas melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang sekali. Lalu kulihat Herman mulai melepaskan celana dalamnya dan..., Wowww, belum ada bulunya sama sekali, sebuah kontol yang belum sunat dan tak berbulu. Ohh, begitu indah, begitu mempesona. Lalu kulihat Herman naik ke tempat tidur, menelungkup dan menggoyangkan pantatnya ibarat sedang bersetubuh.

Herman menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan..., naik dan turun..., rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi sampai lama Herman bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya, Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan kontolnya dikocok serta ditempelkannya pantat pada ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Herman..., rupanya dia sedang terangsang berat...., suara nafasnya yang ditahan menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga, Namun belum juga selesai, Herman kemudian mengambil spidol..., dibasahi dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang pantatnya, begitu spidol itu masuk sekitar satu atau dua centi matanya mulai merem melek dan erangan nafasnya makin memburu, "Ahh..., ahh", Lalu dicopotnya spidol itu dari lubang pantatnya, sekarang jari tengahnya mulai juga dicolokkan ke dalam lubang pantatnya..., pertama..., jari itu masuk sebatas kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih dalam yaitu setengahnya, dia melenguh, "Oohh..., ohh..., ahh", tapi heran aku jadinya, jari tengahnya dicabut lagi dari lubang pantatnya, kurang nikmat rupanya..., lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu..., aku yang menyaksikan semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi.

Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka celana dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih besar lagi ereksinya melihat lubang pantat si Herman yang sedang terangsang itu. Lalu aku mengintip lagi dan sekarang Herman rupanya sedang menempelkan lubang pantatnya itu pada ujung meja belajarnya. Kini gerakannya maju mundur sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat seperti itu..., dan tiba-tiba dia melenguh, "Ahh..., ahh..., ahh", rupanya dia telah mencapai kenikmatan yang dicari-carinya. Kontolnya yang imut dan lucu itu menyemburkan sperma begitu keras dan banyak, hingga muncrat ke dinding dan kasurnya. Buru-buru Herman mengelap sisa-sisa sperma di kontolnya lalu membersihkan kasurnya dari cairan spermanya.

Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan pandanganku. Kulihat lubang pantatnya yang berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena digesek terus dengan ujung kursi dan meja. Terlihat jelas pantatnya yang menggembung dengan montoknya ibarat kue apem yang ingin rasanya kutelan, kulumat habis..., dan tanpa terasa tanganku mulai menekan biji penisku dan kukocok penisku yang sedang dalamn posisi "ON". Kuambil sedikit krim pembersih muka dan kuoleskan pada kepala penisku, lalu kukocok terus, kukocok naik turun dan, "Akhh", aku mengeluh pendek ketika air maniku muncrat ke tembok sambil mataku tetap menatap pada pantat Herman yang masih telentang di tempat tidurnya. Nikmat sekali rasanya onani sambil menyaksikan Herman yang masih berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi pada lubang angin, dan rupanya dia ketiduran, mungkin capai dan lelah.

Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan, komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku sampai ke tempat kostku. Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau ada pria di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar sebelahku, Herman..., yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang membuat aku sangat ingin memilikinya


Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah. Herman yang manis itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur pulas.


Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali, jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.

Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan, "Alaamaak", Herman memakai celana G-string, celana yang tembus pandang sehingga kontolnya yang berwarna putih kemerahan sangat jelas terbayang di hadapanku. "Ohh..., glekk", aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku. Kulihat wajahnya, matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit menekuk tanda bahwa cowok ini mempunyai nafsu besar dalam seks, itu memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam lubang pantatnya, tapi aku tidak mau ceroboh seperti itu.


Setelah aku yakin bahwa Herman benar-benar sudah pulas, pelan-pelan kusingkap G-stringnya, dan nampaklah kontol mungilnya, lalu aku sampirkan ke samping buah pelernya. Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi kontol mungil yang belum sunat itu terkulai lemas membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk. Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada penisnya yang lemas itu, aku diam sebentar takut kalau kalau Herman bangun, aku bisa kena malu, tapi rupanya Herman benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai meremas dan mengocok penis mungil dengan kulup itu .

"Huaa", aku merinding dan gemetar, kumainkan kontolnya, kulupnya kubuka trus kututup lagi, kuremas terus, kugesek pelan, sekali-sekali kubelai kontol mungil itu hingga dipangkal kontolnya, bulunyapun masih tipis dan lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut. Ahh, indahnya kau Herman, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Herman bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar, karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas.


Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana G-stringnya perlahan tanpa bunyi, pelan, pelan, dan lepaslah celana G-string itu dari tempatnya, kemudian kulepas dari kakinya sehingga kini Herman benar-benar telanjang bulat.


Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap tak berkedip. Dada dan perutnya yang putih mulus, bersih khas lelaki keturunan. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada penisnya yang masih berkulup itu, kuhirup aromanya yang khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di ujung kontol berkulup itu. Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap cowok yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada kontol berkulup si Herman ini. Batang peler yang putih kemerahan itu kusapu dengan lidahku, kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja sedot dengan pelan batang penis mungil itu.

Kemudian penis berkulup itu kujilat-jilat lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur panjang, aku usap terus, aku sedot terus, kujelajahi batang kelelakian itu sehingga lama-kelamaan ujung kontol itu itu mulai basah ada kulupnya, lembab dan berair. Oh, nikmatnya air precum itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Herman terbangun bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Herman masih tetap saja pulas tidurnya.-Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, kontol berkulup yang mungil itu, kontol yang sudah basah. Perahan tapi pasti, kontol itu mulai bergerak-gerak pertanda sudah mulai terisai darah dan mulai menegang dan teracung. Ingin rasanya aku masukkan kontol itu ke dalam lubang pantatku, namun kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Herman.


Sayang Herman tertidur pulas, andaikata Herman dapat merasakan dalam keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang dirasakannya itu, tapi walaupun Herman saat ini sedang tertidur pulas secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,...nikmat yang amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti, walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta kontolnya yang mulai mengalirkan precum pertanda dia juga terangsang, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.


Akhirnya karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di kontol berkulupnya, maka pelan-pelan lubang pantatku yang memang sudah minta terus sejak tadi kuoles-oleskan dulu dengan krim peicin, lalu aku arahkan sesaat pada ujung kontol berkulup itu, rasa basah dan hangat pada lubang pantatku membuat penisku bergerak sendiri otomatis membayangkan pergesekan kontol berkulup itu di dinding lubang pantatku. Dan ketika lubang pantatku dirasa sudah cukup rileks dan licin oleh krim pelicin, maka dengan hati-hati namun pasti penis berkulup milik Herman itu kumasukan perlahan-lahan ke dalam lubang pantatku..., pelan, pelan dan, "sleeppp..., sleseppp", kepala penis berkulup yang masih gundul dn belum berbulu itu sudah tidak kelihatan karena batas di kepala penis Herman sudah masuk ke dalam lubang pantatku. Ohhh kurasakan sensasi yang luar biasa, karena kontol berkulup itu mulai berdenyut denyut merasakan hangatnya dinding lubang pantatku.

Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!.., dia, Herman masih pulas saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat, "Ehhss..., ehh..., sss", seperti orang ngigau. Lalu kucabut lagi penis berkulup itu sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir setengahnya, "Akhh..., ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya kontol kulup kamu Herman, betapa imutnya kontolmu". Oh, gerakanku terhenti sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul manis yang mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya yang agak menekuk sedikit,.. ohh Herman, betapa sempurnanya tubuhmu, betapa enaknya kontol kulupmu, betapa nikmatnya batang kelelakianmu. Oh, apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat menyayangimu.


Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penis berkulup itu supaya bisa masuk lebih jauh lagi ke dalam lubang pantatku, "Bleeeess..., blesssess", "Akhh..., akhh", sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali kontol itu masuk di lubang pantatku.


Ketika kumasukan penis berkulup itu lebih dalam lagi, kulihat Herman agak tersentak sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjata berkulupnya betul-betul masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku yakin sekali bahwa Herman pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya.

Akupun demikian, ketika penis berkulup itu sudah masuk semua ke dalam lubang pantatku, kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh kontol Herman ini, aneh sangat luar biasa. Sambil sesekali tangaku sibuk mengocok dan meremas kontolku yang terus teracung dan mengalirkan precum kenikmatan sedari tadi. Oh Herman, tak akan kutinggalkan kamu.


Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan sebagai resep untuk memuaskan Herman ini. Akhirnya senjata berkulup itu kubenamkan habis ke dasar lubang pantatku, habis kutekan penis berkulup itu dalam-dalam. Aakh, kontol berkulup Herman memang bukan main, walaupun kontol itu kecil tetapi anehkarena kulup itu memberikan sensasi yang luar biasa ketika kutarik masukkan, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar batang penis berkulup itu membuat sensasinya semakin dahsyat.


Lama-kelamaan, ketika penis berkulup itu benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam pada lubang pantatku, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa, yang akan muncrat dari lubang perkencinganku. "Ohh..., ohh", kupercepat gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di perut dan dadanya. Aku langsung lemas, dan segera kucabut penis berkulup itu, takut Herman terbangun.


Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana G-stringnya kupakaikan lagi, begitu juga dengan selimut juga aku kenakan lagi padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.


Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap berangkat ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Herman keluar dan tersenyum padaku. Rupanya dia baru bangun tidur dan bermimpi sangat indah tadi malam.

"Mau berangkat Pak?", tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi.


"Kok Herman nggak sekolah?".

"Nanti Pak, Herman giliran masuk siang", akupun tersenyum dan Hermanpun lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur ayam, perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung berangkat ke kantor.



TAMAT

0 komentar: