BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Pelayanan Minimarket

Hujan baru mengguyur Kota Malang, udara terasa dingin. Sore itu aku ingin membuat kopi hangat sambil membaca majalah MM kesukaanku. Aku segera memasak air dan menyiapkan teko di dapur, tapi ketika aku buka toples gula dan kopiku habis. Aku segera bergegas ke mini market terdekat di kompleks perumahanku. Sesampai di sana, aku lihat ada pramuniaga baru, seorang pria muda sekitar 23 tahun. Rambutnya dipotong cepak, alisnya tebal, berkumis, berkulit sawo matang bersih, warna kulit kesukaanku, berbadan biasa ukuran asia, parasnya maskulin, serasi proporsi tubuhnya dan cukup menarik hatiku.
Aku dekati dia dan mengatakan bahwa aku perlu kopi Torabika, pria muda itu menjawab dengan agak parau dan memandangku penuh arti, “Perlu berapa, Bang ?” Hampir tak terdengar suaranya.
Hmmmm, kata hatiku. “Lima bungkus,” kataku. Ketika aku membayar dan dia menerima uang itu, mata kami bertemu, pandangannya menembus relung hatiku. Pada saat dia mengembalikan uang kembalian, tangannya tersentuh tanganku, badanku serasa tersengat listrik, seraya berkata, “Ada yang lain masih diperlukan?”
“Hmmm, saya masih perlu tissue dan hand body,” jawabku. Lalu aku menuju ke ruang sebelah. Disana ada beberapa rak yang berisi bermacam-macam barang.
“Di rak yang itu,” katanya, sembari dia mengikuti aku. Ketika itu toko sedang sepi pengunjung, karena hujan baru saja reda, hanya dia dan seorang pria lain yang sedang istirahat di depan. Ternyata dia ikut menyusulku dan menunjukkan tempat barang yang kuperlukan. Di rak perlatan mandi itu dia memandangku penuh arti, sambil tersenyum ia menunjukkan beberapa jenis tissue. Aku balas pandangannya dan akupun juga tersenyum, tanda aku juga suka senyumnya.
Sambil memilih tissue basah dan toilet tissue, lengan kami bersentuhan, bergesekan dengan bulu halus di lengannya. Aku tak ingat lagi, tangan kamipun sudah saling meremas. Badannya tergetar begitupun aku. Kulihat pandangan mata itu. Mata yang menusuk dan begitu dalam penuh arti. Setelah itu, kami kembali ke ruang depan, karena kudengar ada pengunjung datang. Saat membayar, kami saling berkenalan dia mengatakan namanya Desmond, dengan suara agak parau dan sexy terdengarnya, membuat badanku serasa kena aliran listrik 5 watt. Kami berjanji bertemu lagi besok jam 5:00 sore. Kebetulan besok dia shift pagi, jadi saat sore dia sudah off kerja. Kukatakan apakah dia mau menungguku di Wartel yang tidak jauh dari toko ia bekerja. Ia mengerdipkan matanya yang hitam legam dan tajam itu tanda setuju.
Pulang kerja, aku segera mengendarai mobilku kesana. Jalanan agak macet karena hujan, dia sudah menungguku sekitar 30 menit. Rupanya dia agak kesal karena menungguku agak lama. Aku mengerti akan hal itu, lalu kudekati dia, kupegang tangannya, dengan agak meremas, diapun mulai tersenyum, matanya mengerdip membuat wajahnya berubah ceria dan tentunya tambah menarik hati. “Menunggu lama?” kataku.
Kuajak dia memasuki mobilku. Di dalam mobil, dia sudah tidak sabar, begitu pintu tertutup, dia menyergap bibirku. Kaget juga aku diperlakukan seperti itu. Betapa aku tidak menyangkanya, meski aku juga sangat menyukainya. Dia mengecup dan melumat bibirku penuh perasaan. Dan kusambut lumatan-lumatan dan hisapan-hisapannya dengan hangat. Kuremas dada dan putingnya, aku rasakan ada bulu tipis di dadanya. Kubuka kancing bajunya, dan kugigit lembut putingnya yang berwarna merah tua itu, sambil meremas dadanya. Diapun juga meremas puting, dan pantatku……. Sepuluh menit sudah kami saling berciuman dan berpelukan……. Setelah rasa rindu kami renda, aku katakana bagaimana kalau nonton di bisokop terdekat, tapi dia menolak dan menyarankan agar aku sudi mampir ke rumah kontrakannya tak jauh dari wartel itu. Aku tersenyum tanda setuju……….
Tiba di rumah kontrakannya hujan mereda, aku dipersilahkan duduk di ruang depan yang berukuran 3 x 2 meter. Dia masuk ke kamarnya yang letaknya di belakang ruang itu. Keluar dari kamarnya, ia membawakan seduhan jahe panas. Dia hanya mengenakan kaus oblong dan sarung. Body atas nya yang natural tanpa tempaan gym tampak sexy sekali. Aku membayangkan bagaimana bentuk rudalnya. Dia duduk di sampingku, dan mempersilahkan aku mereguk jahe panas itu. Ah, nikmat sekali…. membuat badanku hangat karena udara cukup dingin akibat hujan di senja itu. Sambil kami merokok, dia menceritakan tentang dirinya sampai dia bekerja di toko itu.
Pandangannya hangat dan mesra menusuk kalbuku, kamipun duduk lebih berdekatan. Udara dingin, tidak terasa lagi, karena suhu badanku sudah meningkat begitupun dia, kusentuh paha atasnya, dan kemudian tanganku bergeser mendekati daerah vitalnya, ternyata dia tidak memakai celana dalam. Tanganku menempel di daerah dekat vitalnya sambil menekan-nekannya dengan lembut. Kurasakan, kontolnya mulai menegang, membuat kain sarungnya membentuk pyramid. Wow, pemandangan indah tak kalah dengan pyramid raja Fira’un di Mesir sana. Tak sabar lagi, tanganku menggerilya ke dalam sarungnya, kemudian ku remas-remas dengan lembut kepala kontolnya yang cukup besar bak jamur itu. Dia melenguh, dan melumat bibirku dengan hangat dan semangat. Aku sambut dengan lumatan dan hisapan pada bibirnya. Lidahnya dijulurkan ke dalam mulut kemudian ditarik lagi, keluar masuk bak mengentot mulut, tapi dengan lidah. Pandai sekali dia….. Ah, merangsang sekali, aku seperti tersengat aliran listrik.
Dia minta agar aku membuka baju dan celana panjangku. Aku lakukan, kemudian hanya memakai cd saja, sementara itu dia telah membuka sarung dan kaos oblongnya. Ah bukan main, rudalnya yang dikelilingi bulu jembut lebat sudah ngaceng membentuk sudut 45 derajat dengan perutnya yang datar yang juga dihiasi bulu-bulu lembut. Rudalnya indah berwarna coklat dengan guratan-guratan pembuluh darah yang menggurat secara vertikal, kepala rudalnya tak kalah bagusnya, berbentuk setengah bulatan bagaikan atap convention hall, tegak setengah miring dan kokoh bak menara Pisa. Hmmm……… bukan main.
Dia mengerdipkan mata kirinya, dan tersenyum penuh arti, sambil menjulurkan lidahnya. Tandanya, ia ingin berciuman dan rudalnya ingin dilumat. Ditengah-tengah sibuknya kami berlumatan bibir, kepalaku perlahan dituntunnya ke arah kontolnya, aku jilat celah urine-nya, dan hisap-hisap rudalnya yang berwarna sawo matang itu, dia mengerang-erang dan menggelinjang meliuk-liuk kenikmatan bagaikan penari perut dari Timur Tengah.
Puas dihisap, dia mengajakku pindah ke kamar tidurnya, aku tidur terlentang, cd-ku dilucutinya, dan dia ganti menghisap-hisap kontolku yang cukup gede dan sudah ngaceng berat membentuk sudut 90 derajad dengan dinding perutku. Sambil menghisap kontolku, pahaku direnggangkan dan dia mulai merojoki lobang kenikmatanku dengan jarinya yang dilumuri jelly. “Ah…ah,” erangku….bukan main nikmat rasanya. Setelah itu kami bergelut di atas tempat tidur ukuran satu orang itu. Satu di atas satu di bawah. Sempit tapi cukup untuk tempat kami bergulat asmara. Kami kembali berciuman dan kontol kami saling beradu. Selama kami bergelut, rudal kami saling bergesekan……..
Nafsu kami sudah memuncak. Aku masih pada posisi terlentang, kemudian dia berdiri, dan membuka pahaku, dia menyelipkan bantal di bawah pantatku, kemudian kontolnya disarungi kondom dan dilumuri jelly, dan ia mulai memasukkannya ke dalam lobang kenikmatanku. Perlahan-lahan tapi pasti, kemudian blessss…….. setelah seluruh batang rudalnya masuk di dalam lobang kenikmatan itu, ia mengentotiku, dan menindih badanku, kami berpelukan, tubuh kami menjadi satu. Kulitnya yang sawo agak gelap kontras dengan kulitku yang sawo terang terlihat pada cermin sederhana ukuran 50 x 50 cm yang terletak di kursi menghadap tempat tidur. Kami saling melumati bibir, sambil rudalnya terus menusuk keluar masuk……. Akupun mengerang dan merintih dientotin rudalnya yang cukup gede itu dan dia melenguh tiada habisnya. Semakin aku merintih, semakin ganas dia mengentotiku, bagai penuggang kuda professional di arena lomba. Aku mengocok kontolku dan dia terus mengentoti celah sempitku. Aku sudah tidak tahan, air mani asmaraku muncrat, ah… dan lobangku menyempit total…….. Sambil berciuman dia berbisik, “Ah…..oh…. nikmat sekali, Bang,” “Serasa senjataku semakin teremas-remas dan segera akan meletup,” katanya parau di antara erangan-erangannya.
Badanku serasa tak bertenaga karena sudah ejakulasi, tapi pantatnya yang padat berisi itu masih terus turun naik dan rudalnya menembaki lobang anusku itu tak henti-hentinya. Aku merintih dan mengerang dalam kenikmatan dan akhirnya rudalnya berdentum, peluru-pelurunya menyerbu ruang asmara diriku, hangat rasanya. Sementara itu ia memelukku erat-erat dan melumati bibirku dalam-dalam. Badanku kami bersatu padu saat itu dalam kobaran puncak kenikmatan. Kami tetap dalam posisi berpelukan dengan erat sampai peluru-pelurunya keluar semua. Setelah itu kami membersihkan diri di kamar mandi.
Kemudian, sambil istirahat, kami duduk di tempat tidur sambil ngobrol kesana kemari dari soal-soal umum sampai hal-hal yang menjurus kearah itu….., dengan mata berpandangan mesra penuh arti tanda adegan perlu diulang lagi Dua jam kami istirahat. Matanya mulai membinarkan birahi. Suaranya mulai parau. “Hmm….bagaimana kalau lagi?,” katanya lirih dalam keparauan penuh nafsu birahi mudanya.
Kuraba rudalnya yang berwana coklat tua dan kepala kontolnya bak jamur warna merah tua yang tampak menawan itu sudah menegang lagi. Kukecup bibirnya, kemudian turn ke arah putingnya, perutnya, kemudian aku jilati celah urine kepala kontolnya, lalu ku-hisap-hisap rudalnya yg kokoh itu. Dia mengerang-erang dalam kenikmatan sambil matanya terpejam dan terbuka sendu bagai sedang melayang terbang ke langit ke tujuh.
“Ah..ah…terus jangan berhenti, Bang,” katanya parau setengah terdengar. Sambil duduk, dia mengisyaratkan agar aku duduk di atas pangkuannya. Dia memelukku dari belakang, hangat terasa badannya yang menempel di punggungku dan dia meremas-remas putingku, aku palingkan mukaku dan kami saling berkecupan melumati bibir kami. Kemudian dia memasukkan rudal pujaanku itu ke dalam diriku lagi dari arah bawah. Aku diminta untuk turun naik, sambil dia menggenggam dan mengocok rudalku dengan penuh perasaan. Permainan kedua agak lama, sekitar 15 menit, dari posisi duduk di atas pangkuannya, kemudian sambil berdiri dia tetap menembakiku. Lalu kami yang masih pada posisi berhimpitan dan rudalnya masih menancap, berpindah ke tempat tidur, sambil rebah di tempat tidur sempit itu, aku tetap di depannya, dan aku mengangkat sebelah kaki kananku untuk memudahkan dia menusukkan rudalnya. Sambil dia tetap menembak-nembakkan rudalnya, aku yang berada dipelukannya, memiringkan kepalaku agar memudahkan dia melumati bibirku. kemudian menggigit lembut putingku.
Maju mundur tiada hentinya, bak detak jarum jam…… Sunyi kala itu, hanya terdengar desahan-desahan nafsu bercampur nafas kami berdua. Nikmat tak terkirakan. Kemudian, klimakspun tiba, peluru rudal ku keluar yang berakibat menyempitkan goa yang sedang ditembakinya. Dia semakin mempercepat tembakan-tembakannya, kemudian dalam erangan, rudalnya berdentum dan memuntahkan peluru2nya… Banjir peluh pada badan kami dalam kepuasan. Hening sejenak dalam kenikmatan……
Suasana panas, jendela ventilasi atas dibukanya, dan sinar bulan purnamapun masuk ke kamar, membuat suasana menjadi redup temaram. Sejuk semilir angin menerpa badan kami. Hmm…. rupanya bulan dan angin ikut menyaksikan dan merasakan permainan asmara kami berdua. Setelah membersihkan diri, akupun pamit pulang, dan kami berjanji untuk bertemu lagi. Setiba di rumah aku langsung tidur pulas, karena lelah sekali.

0 komentar: