BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Lem Perangko Amplop

Malam saat hujan di bulan April itu, saya sedang menulis surat buat seorang teman. BAit demi bait kata dirangkai hingga satu halaman folio surat itu penuh dengan rangkaian kalimat suratku. Setelah membubuhkan tanda tangan di bagian akhir surat serta melipat kertasnya, saya meraih amplop di atas meja serta memasukkan kertas surat ke dalamnya. Untuk menutup amplop, saya mencari-cari lem di dalam laci. Sampai habis tangan saya merogoh-rogoh ke dalam laci, lem kertas itu tidak juga saya temukan. Baru kemudian saya ingat lem saya itu dipinjam teman dan belum dikembalikan. Dengan hati masghul saya pandangi saja surat itu sambil berpikir-pikir.

Sekonyong-konyong BF saya masuk, biasa tanpa mengetok pintu dan langsung senyum-senyum memandangi saya dari samping meja. Dia pasti belum mandi karena masih memakai kaos u-can-see putih yang menampakkan otot bisepnya yang cukup besar itu, serta celana pendek seperti sering dipakai pesepakbola. Meskipun begitu yang saya suka dari dia adalah dia tidak jorok. Dari harum sabun dan pasta giginya, saya tahu dia sudah cuci muka dan menggosok gigi.
"Heh, bengong aja .."ledeknya.
Saya cuma menjulurkan lidah saja.
"Ngapain, sih, Yan ?"tanyanya lagi.
Saya tidak menjawab karena tiba-tiba saja melintas pikiran nakal di otak saya. Pikiran itu timbul saat saya memperhatikan celana pendek dia dan otomatis yang ada di dalamnya. Saya jadi ingat botol lem saya ...
"Ton, punya lem nggak ?"tanya saya.
"Lem kertas ? Wah, kayaknya nggak punya. Aku jarang sih nulis-nulis surat kayak gitu ... "jawab Nino BF saya.
"Aku minta, dong ... "kata saya.
"Lho, aku sudah bilang ... "kata-katanya berhenti karena tangan saya tiba-tiba sudah mendarat di depan celananya. Dia terdiam, dan langsung tahu maksud saya.
"Mm, boleh sih .. tapi agak lama bikinnya"katanya langsung nyambung.
"Oh, nggak apa-apa ... "kata saya bernafsu. 'Botol'nya sudah mulai terasa mengeras di tangan saya.
"Tapi sudah beberapa hari nggak dipakai, nih .. "bisik BF saya bergairah, "harus kamu kocok-kocok dulu ... "
Saya sudah tidak kuat lagi. Saya tarik badan dia ke depan saya. Karena saya duduk di kursi tinggi wajah saya tepat di depan selangkangan dia. Perlahan-lahan saya lorotkan celana pendeknya. Saya angkat kaosnya tinggi-tinggi. Saya nikmati pemandangan selangkangan bercelana dalam cokelat itu. Kemudian, tanpa membuang waktu saya buka lembar paling menggairahkan itu.
'Botol'nya sudah keras. Saya suka kepala botolnya yang besar bak jamur dan urat-urat nadi di badan botolnya yang membuatnya begitu keras.
Saya mulai penjelajahan lidah saya dari kantong skrotumnya yang menggelantung besar, ke atas menyusuri glans bagian bawah. Saya sempatkan waktu cukup lama untuk menjilat-jilat bagian lubang kontol di bawah kepala kontolnya. Baru kemudian saya masukkan seluruh kepala kontolnya ke mulut saya sambil saya kulum seperti lolipop.
Sambil mempermainkan 'botol'nya itu saya selalu memperhatikan wajahnya. Saya suka sekali mengamati bagaimana wajah dia merespon apa yang saya lakukan. Dari mimik serta suaranya saat 'dikerjai' saya bisa mengetahui kalau dia paling kelabakan saat kepala kontolnya masuk mulut dengan lidah sibuk menggeleser-geleser bagian bawah kepala kontol serta lubangnya.
Apa yang sekitar dua puluh menit kami lakukan ini tampaknya cukup membosankan untuk diperinci. Jadi, saya singkatkan saja ceritanya sampai saat dia mencapai orgasme.
Pada saat detik-detik itu mulai terasa, dia mulai meregangkan kepalanya ke belakang. Tangannya - mungkin tanpa sadar - mencengkeram bagian belakang kepala saya. Dadanya juga meregang ke depan sementara pinggulnya bergerak ke depan belakang mengimbangi gerakan mulut saya. Saya percepat gerakan maju mundur mulut saya sambil saya tambah dengan aksi menyedot dan menggeleserkan lidah saya di bagian bawah kepala kontolnya.
Kakinya aku angkat, hingga akupun lelauasa bermain-main di selangkangan dan lubang pantatnya. Aku julurkan lidahku dan kusentuh kerutan lubang pantatnya. Gelinjangan dan desisan panjang menandakan rasa geli dan sensasi luar biasa dirasakan Nino BF saya. Kudorong lidahku masuk ke lubang pantat itu, hingga lubang itu basah. Dan itu sudah cukup memudahkan bagi jariku untuk menerobos masuk cengkeraman lubang pantatnya. Pelan pelan kumasukkan satu jaru, lalu dua jari hingga Nino BK saya merasa relaks dan santai. Saat itulah, aku ubah posisi Nino BF saya berada di atas perutku dan pantatnya tepat diatas kontolku yang teracung ke atas.
Pelan secara pasti, Nino menekankan pantatnya hingga ujung kontolku menyentuh dan menerobos bongkahan pantat gembolnya, hingga menusuk dan menerobos lubang anus itu. Secara pelan tapi pasti, disertai erangan dan desisas pertanda Nino BF saya sedang terangsang berat, aku hentakkan kontolku supaya melesk ke dalam lubang anus itu. Agar sensasi yang dirasakan Nino BF saya semakin menjadi, kupilin-piln dan kuraba seluruh permukaan dada dan putting susunya. Tentunya Nino merasakan hal yang luar biasa hingga seolah terbang melayang diatas perut saya.
Setelah merasakan denyutan kontol saya yang semakin teracung keras, Nino melesakkan pantatnya hingga kontolku terbenam dan menghunjam ke dalam lubang pantat itu. Ada sensasi luar biasa yang kurasakan, antara kehangatan lubang pantat itu dengan cengkeraman lubang itu pada batang kontolku. Sungguh suatu sensasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Agar sensasi itu semakin merambat naik, kugoyangkan pinggulku hingga membuat gesekan pada lubang pantat Nino BF saya. Karena gesekan itu begitu dirasai nikmat, Nino meracau tiak karuan sambil menjilati jari-jemari tanganku. Hal ini selain lubang pantatnya tertusuk-tusuk kontolku, di bagian lainnya kontol Nino terus kukocok dan kuremas-remas. Puas dengan satu posisi, aku ganti posisi lain yang menjadi favourite Nino BF saya.
Dengan berhadap-hadapan, kaki Nino diangkat tinggi-tinggi sambil dia pegangi. Sementara aku sibuk mengisap batang kontol Nino, sambil mengarahkan ujung kontolku untuk kutembakkan ke lubang pantatnya. Jadi saat bersamaan Nino merasakan dua kenikmatan sekaligus. Lubang pantatnya digempur dan disodomi kontolku, sementara kontolnya diulir-ulir dan dihisap-hisap oleh mulutku.
Setiap hentakan dan dorongan kontolku pada pantatnya, selalu diikuti ceracau dan erangan kenikmatan Nino BF saya. “Terus… terus mas… lebih dalam lagi..jangan berhenti yah..terus…entotin aku..terusss…..lebih dalam lagi ya…. Masukin semua kontolmu…ohhhh..terus mas..terus….” Padahal dari tadi aku sudah mengentotinya dan menggoyang-goyangkan kontolku sekeras mungkin hingga seluruh batang kontolku terbenam ke lubang pantatnya, tapi kenapa Nino masih memintaku agar kontolku dimasukkan semua. Kurang panjangkah, kontol ukuran 18 cm ini bagi lubang patatnya? Ataukan memang letak G-Spot dia di perbatasan skrotum dan lubang pantatnya terlampau jauh dijangkau ujung kontolku?
Selama setengah jam kuhentakkan dan kubetarik-benamkan kontolku di lubang pantatnya. Akhirnya Nino berdesis dan mengerang pelan, dengan diikuti kejutan dan denyutan pada batang kontolnya. “Mas…maafkan aku…aku ga tahan mas….kontolmu begitu enak dan hisapan mulut mas pada kontolku membuatku menggelepar ingin memuntahkan magma spermaku mas…oh…ga kuat mas….terusss..mas…….”
Di dalam mulut saya terasa kepala kontolnya berdenyut untuk kemudian lidah saya merasakan cairan asin yang hangat di mulut saya. Gerakannya memasuk keluarkan kontolnya kemudian agak tidak terkontrol dan suara erangannya terdengar lebih kuat. Saya tahu pada fase inilah dia mencapai puncak dari kenikmatannya. Saya menyukai sensasi ini. Saya biarkan cairan mani dia memancar memenuhi rongga mulut saya, sebagian mengalir keluar dan sebagian lagi masih keluar membasahi pipi saat kontolnya saya keluarkan dari mulut. kontol itu sekarang dalam kondisi teregang sempurna, warnanya merah segar dan basah oleh cairan lengket yang dihasilkannya sendiri. Pada saat kontolnya saya pegang di tangan, denyutannya masih terasa dan dari celah-celah lubangnya masih menetes sedikit cairan bening.
Saya dekatkan amplop ke kontolnya dan saya oleskan cairan itu ke permukaan lekat amplop. Dia sedikit mengaduh kegelian. Saya pegang glans kontolnya dengan gerakan memeras sehingga ada setetes kecil lagi yang keluar. Kali ini saya gunakan untuk mengoles perangko.
Percaya atau tidak, 'lem' dari 'botol'nya itu benar-benar bisa melekatkan kertas !
Sambil membersihkan diri saya berbisik di telinganya "Kalau begini, saya nggak perlu beli lem lagi ...

0 komentar: