BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Hukuman Bapak Kos

Sore itu Zaki tengah bergumul dengan pacarnya. Namun suara gedoran di pintu kos nya membuat Zaki terhenti melakukan aktivitas cumbuannya dengan Lusi. Untunglah tadi pintu kosnya dia kunci sebelum dia berbuat mesum dengan Lusi. "Zaki! Buka pintunya! Buka!" teriak Devan sambil menggedor-gedor pintu kamar Zaki. "Ehm.. Ada apa mas.." kata Zaki tergopoh-gopoh sedikit membuka pintu kamarnya buat bapak kosnya yang masih muda itu.

Kondisi Zaki nampak berantakan saat dia membuka pintu kamarnya, mukanya memerah dengan nafas terengah-engah terlihat dari dada bidangnya yang bergerak naik turun, badannya yang basah berkeringat hanya mengenakan celana boxer penutup kontolnya yang jelas sekali besar menonjol menunjukkan keperkasaannya. Kondisi seperti apa lagi yang bisa ditunjukkan Zaki, pria playboy yang wajahnya mirip Rio Febrian itu tengah menyetubuhi gadis SMA yang baru beberapa minggu lalu jadi pacarnya saat tiba-tiba Devan menggedor pintunya.
"Apa yang kamu lakuin di rumah kosku Zak?" tanya Devan sambil menyeruak masuk di ikuti dengan teman-teman kosnya yang lain.

Gadis bernama Lusi yang kerap kali dibawa ke kamarnya itu nampak berdiri di samping ranjang tergopoh-gopoh mengancingkan pakaiannya, kondisinyapun tak jauh beda dengan Zaki, berkeringat hingga membuat rambut lurus sebahunya hampir basah, putingnya nampak jelas tercetak di seragam putihnya. Rupanya karena terburu-buru, membuat Zaki dan Lusi hanya sempat mengenakan pakaian seadanya, celana dan kaos Zaki masih berserakan di lantai, bahkan Lusi tak sempat mengenakan bra dan celana dalamnya. Gadis itu nampak ketakutan, mukanya pucat, badannya yang di balut kemeja putih dan rok abu-abu itu bergetar.
"Kalian berbuat mesum yah? Di rumahku ini. Iya Zak?" tegas Devan sambil mengambil celana dalam berenda milik Lusi yang berserak tepat di hadapannya.

Zaki bingung tak tau harus menjawab apa karena kondisi kamarnya memang demikian, dan yang lebih membuatnya bingung kenapa hal ini baru dipermasalahkan padahal hampir tiap hari dia mengajak cewek-ceweknya ke kamar dan hampir setiap kali juga mereka dientoti di dalam kamarnya. Tampang kesal dan bingungnya bergantian memandangi muka Devan dan teman-teman kosnya yang memasang tampang marah, hanya Lusi yang menunduk ketakutan di samping tempat tidur.

"Kamu pikir kosku ini hotel mesum apa? Kosku ini tempat baik-baik tau, kos mahasiswa untuk belajar, bukan kos mesum!" berang Devan memandang tajam Zaki dan Lusi bergantian.
"Kamu makin lama makin gak tau aturan!" lanjut Devan lagi.
"Bukan gitu mas... Saya..." kata Zaki pelan mencoba menjelaskan sesuatu.
"Kenapa? Kamu mau mengelak. Saya punya bukti Zak, HP ini sudah merekam semuanya!" ucap Devan sambil menunjukkan rekaman di HP yang digenggamnya.

"Tapi mas..." ujar Devan setelah melihat rekaman kegagahannya menggumuli Lusi, tubuh telanjangnya bergerak naik turun di atas tubuh telanjang Lusi. Kalau saja bukan rekaman dirinya, pasti dia bakal konak seperti saat menonton bokep yang jadi hobby nya, tapi kali ini benaknya menciut seketika karena yang ditonton itu rekaman dirinya.
"Bukan saya saja yang kamu rugikan Zak, tapi teman-teman kamu yang lain juga merasa terganggu, kamu pernah mikir itu gak?" sengaja hanya Devan yang tegas bicara karena dia sebagai pemilik kos jadi sudah lumrah dia mendisiplinkan anak kosnya.

"Jangan pikir karena membayar sewa lantas kamu bebas ngelakuin apa aja. Saya akan meng-upload ini langsung ke youtube biar tersebar sekalian."
"Mas.. Jangan.." sontak Zaki dan Lusi langsung terkaget, mukanya makin pucat ketakutan.
Devan tak menghiraukan ucapan Zaki dan Lusi yang memelas. Bahkan bapak kos muda itu menyerahkan cd Lusi ke genggamannya dan keluar dari kamar Zaki dan diikuti anak kos yang lain. Tapi Devan dikejar Zaki dan Lusi yang memohon mohon agar video mesumnya tidak disebar sebarkan.

Lalu Zaki dan Lusi sepakat untuk meminta waktu dan membicarakan masalah itu secara baik baik. Zaki dan Lusi meminta damai. Lusi menangis ketakutan dan merengek agar Zaki membujuk Devan untuk membatalkan ancamannya.
Lalu Devan menyuruh Zaki datang sendirian ke ruangannya. Lalu Zaki masuk ke kamarnya dan setelah membereskan kamarnya, dia berrgegas menuju ke ruangan Devan, bapak kosnya itu.
"Saya gak suka dengan sikap kamu yang jelas meremehkan saya, tapi keputusannya juga tergantung sikap kamu, gimana?" jelas Devan menjawab pertanyaan Zaki akan kemungkinan pembatalan penyebaran video mesumnya dengan Lusi itu.

"Please Dev. Tolong aku. Aku minta damai." pinta Zaki memelas memandangi bapak kosnya itu.
"Kamu udah keterlaluan Zaki. Dan di dunia ini tidak ada yang gratis," ucap Devan sengaja memancing kesombongan Zaki.
"Aku akan membayarnya, berapa yang Bapak Kos mau?" tawar Zaki.
"Itulah kebodohan kamu Zak, kamu menganggap semua bisa di beli dengan uang." ucap Devan.
"Nggak Mas, bukan itu." bela Zaki.

"Udahlah Zak, kau gak usah mengelak. Kita sudah lama kenal dan kita semua sudah tahu kau siapa. Kalau kau bisa membujuk cewek-cewekmu dengan uang, hal itu gak berlaku bagi aku. Keadilan gak bisa dibeli dengan uang Zak, jangan kau kotori rumah kosku ini dengan suapanmu. Bukti udah cukup kuat Zak, ditambah rekaman di hp ini, gak ada sela buat kamu." tegas Devan mulai muncul semangat jaksanya.
"Nggak Dev, bukan itu maksud aku. Anggap aja aku beli rekaman itu," ucap Zaki membela diri sekaligus berusaha membujuk.

‘Kamu arogan sekali. Mentang mentang kamu kaya ya.” ujar Devan.
"Ok! Ok! Sorry! Sorry mas... Apa yang Mas mau? Aku bakal lakuin apapun asal keep rekamannya.." ucap Zaki berusaha tenang dan menyerah.
"Hukuman! Kamu harus tetap dihukum Zak" ucap Devan sambil kembali bersandar di dinding.
Sejenak kamar kembali sunyi, Zaki dan Devan sibuk dengan pikiran masing-masing, setidaknya pura-pura memikirkan penyelesaian. Zaki masih berdiri putus asa di tengah kamar. Sementara Devan tengah sibuk mengup-load video mesum Zaki dan Lusi tadi secara diam diam.

"Ok kalau gitu! Aku punya usul Zak. Kamu harus pasrah dan mau aku apa-apain. Maka video kamu ma Lusi bakal nyebar?" ucap Devan dingin sambil mempermainkan panah mouse pc nya dan menunjukkan hasil up-load videonya.
"Apa! Hehe.. Mas becanda kan? Mas gak bener-bener mau menggagahi aku kan? Guys, kita sama-sama cowok, gak mungkin!" tanya Zaki dengan tawa garing benar-benar tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Kenapa nggak? Aku liat bokep kayaknya enak ngentotin pantat cewek, kamu juga punya pantatkan?" ucap Devan dingin.
“Ahhhh.. ga mungkin,” teriak Zaki.
"Tenang Zak, aku ada jalan lain, aku serahin kau ke RT dan polisi." ucap Devan mengeluarkan ide yang lain.

Mempermalukan diri dengan menyerahkan pantatnya dibobol Bapak kosnya, tak pernah terbesit dalam benaknya, membiarkan rekamannya tersebar sama saja dengan menghancurkan martabatnya sendiri juga keluarga besarnya dan Lusi sekeluarga, di arak orang sekampung juga sama ga enaknya. Terlebih jika masuk penjara dan diperkosa kumpulan penjahat-penjahat di dalam penjara.

"Gimana Zak? Aku tekan 'OK', kamu pasrah ama aku, atau kamu lebih milih di arak orang sekampung dan diserahin ke polisi. Sudah pernah dengar belum kalau orang di LP bakal pesta nerima penjahat kontol kayak kamu?" tanya Devan yang semakin membuat Zaki pucat.
Zaki berpikir keras untuk menemukan cara agar bisa menghindar dari pilihan but=ruk itu, tapi otaknya sudah buntu. Memang biasanya dia selalu bisa menemukan jalan untuk mendapatkan tubuh gadis-gadis yang diincarnya, jalan menghindar dari kecurigaan pacar-pacar yang mencium perselingkuhannya juga lancar muncul di otaknya, tapi sekarang otaknya mandul tak bisa menelorkan ide-ide cemerlang. Dia begitu kalut, wajah cantik Lusi yang pucat berurai air mata terbayang jelas dimatanya.

"Ok! Aku pilih opsi yang pertama!. Silahkan mas gagahi tubuh saya" tantang Zaki menatap nanar mata Devan sambil melepaskan kaos dan celananya, hingga telanjang bulat.
Rupanya dia telah kehabisan akal.
"Tidur di situ dan kangkangkan kakimu!" bentak pemilik kosnya dengan suara bergetar tegas sambil menunjuk ke ranjang.

Zakipun menurut merebahkan tubuhnya dan mengangkangkan kedua kakinya saat Devan menanggalkan kaos dan celana pendeknya. Jantungnya berdetak keras membayangkan kontol mas Devan yang akan mengobrak-abrik anusnya yang sempit. Devan sudah mendekati tubuhnya dan hanya melihati bongkahan pantatnya yang bulat sambil mengocok kontolnya tapi tak juga menyentuh tubuh Zaki, dipandangnya cowok berbadan kekar penuh otot yang membuat hatinya semakin menciut.
"Ayo mas tunggu apa lagi?!"tanyanya sudah tidak sabar, bukan tak sabar menginginkan kontol Devan menembus pantatnya tapi tak sabar ingin segera menyelesaikan urusannya ini.
"Sabar dong Zak, nafsu banget kamu.."goda Devan sambil membelai paha kokohnya terkangkang lebar yang langsung disusul tawa ngakak pria-pria lain yang juga harus dipuaskannya malam ini.
"Mas! Mas! Licinin dulu dung, pantatku kan bukan memek yang bisa keluarin pelumas!" Zaki panik ketika Devan baru saja hendak mencobloskan kontolnya.

"Plin plan kamu. Tadi maunya cepet sekarang lain. Sini jilat kontolku biar licin." ejek Devan sambil naik ke ranjang dan menyodorkan kontolnya yang sudah siap menghunus.
"Pake lotion aja mas, masak aku disuruh ngemut kontol cowok sih."protes Zaki, dendamnya semakin membara mendengar permintaan Devan yang semakin ngelunjak.

"Banyak omong! Buka mulutmu!" bentak Devan sambil mencengkeram dagu Zaki memaksa mulut Zaki terbuka dan langsung di sarangkan kontolnya ke dalam mulut di depannya.
"Aduh! Jangan kena gigimu goblok!" protes Devan ketika gigi Zaki menyakiti kontolnya.
Zaki mengatupkan bibirnya dan terpaksa menerima saja kontol Devan bergoyang keluar masuk mulutnya. Zaki tak mengerti kenapa mas Devan yang dikenalnya sebagai bapak kos yang ramah dan murah senyum tiba-tiba kasar dan membentak-bentaknya, yang yang membuatnya tak mengerti lagi kenapa lama-lama lidahnya seolah hidup menjilati kontol cowok lain yang terbenam di dalam mulutnya, tetesan cairan asin precum Devan yang terasa mencanduinya, membuat lidahnya semakin lincah menyapui kontol Devan yang terbenam hingga jembutnya kasar menggesek bibir Zaki.

"Oooohhhh... Pengalaman kamu yah? Pinter banget ngemut kontol... Siniin pantatmu!" ucap Devan sambil menarik kedua paha Zaki hingga pantat Zaki terdongak ke atas tepat di bawah wajahnya.
"Hhhmmmm..."
Erangan tertahan keluar dari mulut Zaki yang tersumbat kontol Devan, badan Zaki terlonjak merasakan segumpal daging lembut dan hangat menyapu celah pantatnya.
"Fffuuhhh.... Bakal enak nehhh..."ucap Devan melihat lubang mungil yang ada di hadapannya, ditiupi dan diludahi kerutan indah itu kemudian dilelet-leletkan jarinya di daerah di antara bulatan pantat Zaki.

Sebagai seorang playboy, Zaki sudah biasa dia mendapatkan jilatan lidah di dada dan perutnya, jilatan di buah pelirnya juga sudah lazim dirasakannya, tapi dia baru kali ini merasakan sesuatu menggelitiki selangkangan dan di belahan pantatnya. Zaki tak percaya Devan lubang pintu keluar kotorannya diobok obok oleh jari Devan tanpa jijik. Dan dia tak percaya area yang baru disentuhnya hanya ketika membersihkan sisa kotorannya, ternyata bisa memberikan kenikmatan yang dahsyat, desahannya kembali keluar merasakan ujung jari Devan yang juga mencucuki kerutan lubang pantatnya.

"Enak Zak.. Tenang ini bukan apa-apa..." goda Devan melihat Zaki tak hentinya mendesah.
Badan Zaki mulai berkeringat, kontolnya perlahan membengkak setiap kali jari lembut Devan mendarat di pintu anusnya, terlebih kini telunjuk Devan dirasakan menusuk dan menjelajahi rongga anusnya, memijit dan menggelitik sesuatu di dalam pantatnya yang terasa begitu nikmat dan menggelinjang. Cairan bening dan kental langsung mengucur dari bibir kontolnya. Jari kedua dan ketiga dirasakan menggesek anusnya menyusul telunjuk Devan menggelitik seluruh permukaan rongga pantatnya.

"Cukup. Sekarang siapin pantatmu nerima kontolku Zak."ujar Devan menarik kontolnya dan berpindah ke depan kangkangan Zaki.
"Mas.. Pelan yah.."ucap Zaki memelas saat Devan mengganjal bawah pantatnya dengan bantal.
"Iya.." jawab Devan singkat sambil serius menempelkan ujung kontolnya tepat di kerutan anus Zaki yang sempit.

"Aaaahhhrrrgggg... Stop... " Zaki menjerit, anusnya yang sempit terasa robek dipaksa menerima kontol Devan yang besar. Dia merasakan lubang anusnya belum rileks menerima benda keras nan kenyal itu.
"Yaah.. Teriak aja Zak... Kalau enak bilang enak. Kalau sakit bilang sakit. Biar Lusi tau kalo cowoknya dientotin kontol."ucap Devan.
Zaki langsung menciut menyadari Lusi ada di kamar yang tak jauh dari tempatnya sekarang.
"Belum apa-apa Zak. Ssshhh... neh juga baru kepalanya dong..." ucap Devan sambil meremas pahanya dan menahan tubuh Zaki agar tak menghindar.
"Pelan..... Aarrgghhhh......." Zaki meringis dan memelas, kontolnya yang tadi tegang mulai melemas karena konsentrasinya dipusatkan pada lubang anusnya.
"Makanyaaahhh... Jangan dilawan... Bodohh.. Rilekas aja." umpat Devan sambil meludahi kontolnya sendiri agar lebih licin dan kembali melanjutkan dorongannya.
"Nikmati aja..Jangan pura pura. Dasar Playboy Cap Tokek hehe.." ledek Devan dengan nada emosi yang kentara sekali.

"Eeerrqqqhhhhh....." Zaki terus mengerang kesakitan, setiap mili kontol Devan yang menembus masuk membuat anusnya terasa terbakar. Namun disisi lain, dia merasakan rasa nikmat akibat gesekan kontol itu di anusnya.

Zaki yang tadi sempat terlena kembali marah melihat seringai Devan, otot-otot yang terbentuk sempurna di badan Devan menyadarkannya bahwa lelaki yang memakai topeng kebaikan itu tengah memperkosanya. Zaki tak rela digagahi musuh-musuh dalam selimutnya tapi dia tak bisa menghindar karena tangan Devan memegang kuat pahanya yang terbuka lebar, dengan sekuat tenaga Zaki mengetatkan otot anusnya tapi sia-sia saja, kontol Devan malah semakin kuat terus menerobos masuk, anusnya terasa terbakar dan robek tapi sesakit apapun dia tak berani berteriak, tangannya meremas sprei yang menjadi alas tidurnya, giginya menggigit bibirnya sendiri, matanya terpejam rapat. Walaupun ada sensasi nikmat saat batang kontol itu menelusupi lubang anusnya.
"Shit! Sempit banget..." desis Devan.

Devan melihat rasa sakit yang tergambar di wajah Zaki, sebenarnya dia merasa kasihan, tapi kalau gak sekarang kapan lagi dia bisa merasakan pantat pemuda jantan setampan Zaki yang selalu mengingatkannya pada Rio Febrian. Dia jadi teringat rasa sakit yang dulu dirasakannya saat guru renangnya membobol pantat SMP nya dan dia yakin Zaki juga akan ketagihan begitu merasakan kenikmatan yang sama seperti yang dirasakannya. Kontolnya terus dihunuskannya meskipun tahu Zaki berusaha menentangnya, wajah Zaki yang meringis menahan jeritannya dengan tubuh menegangkan semua otot-ototnya membuat Devan semakin bernafsu dan kuat mendorong pinggulnya.
'Kita lihat siapa yang akan menang.' tekad Devan dalam hati.

"Ooooohhhhh... Anjing!! Kau tak bisa... Menahan kontolku Zak..." ejek Devan penuh kemenangan, digesak-gesekkan jembutnya ke selangkangan Zaki sebagai bukti kontolnya telah terpasak dalam pantatnya.
"Ahhhh...shit!!" umpat Zaki, suaranya pelan bergetar dan matanya nanar penuh amarah.
"Eeeeehhhhh... Hhhmmmm...." erangan yang berbeda mulai keluar dari mulut Zaki ketika batang kontol Devan melesak semakin dalam.
Pantatnya yang tadi terasa panas perlahan berganti nikmat ketika kontol Devan bergerak semakin cepat menggesek dinding anusnya, kontolnya kembali mengeras merasakan prostatnya dihantam kontol Devan yang perkasa.
Erangan tersiksa juga berganti dengan desahan dan erangan kenikmatan anusnya dihajar kasar oleh kontol Devan yang pejal menggodanya, tangannya kini malah mengocoki kontolnya sendiri. Akal sehatnya telah tersingkir oleh nafsu yang membakarnya.

"Kamu sukaaaahhh... Pantatmu di hajar kontolkuuuuhhhh... Kayak gini... Haaaaahhhhh..." ucap Devan beringas menghentakkan kontolnya lebih cepat.
Tubuh Zaki semakin kelojotan menerima entotan Devan yang semakin liar, paha-paha kokoh Devan keras menampar bulatan pantatnya, tusukan-tusukan kontol Devan yang semakin cepat dan dalam menembus prostatnya memberikan sensasi kenikmatan baru yang langsung menerbangkannya ke awang-awang. Kontolnya yang terbebas menggantung terus mengucurkan precum mendadak semakin mengeras dan membengkak.

"HHHHMMMM.... HHHHHHMMMM.... AAAARRHHHHHHHH...." erang Devan saat tanpa terkendali spermanya akan tumpah lebih cepat.
Badan Zaki yang telentang mendadak menggelepar seiring semburan-semburan sperma dari kontolnya yang mendarat di dada dan perutnya, kakinya menegang, otot-otot anusnya berkontraksi meremas-remas kontol Devan yang segera menembakkan spermanya ke dinding anus Zaki. Beruntung mulutnya tersumbat kontol, karena Zaki yang tergolong heboh saat ngesek selalu melenguh keras saat orgasme.

"ARRRRRRRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!....."
Devan mengerang tertahan, tubuh berototnya menegang membenamkan kontolnya dalam-dalam, dan spermanyapun merembes keluar begitu kontolnya di cabut setelah orgasmenya usai.
Rupanya anus Zaki terluka karena anusnya melawan saat di bobol kontol pejal Devan, ada noda darah di kontol Devan dan rembesan sperma dari pantat Zaki.

Saat Zaki tengah menikmati ejakulasi Devan, Lusi tengah mondar-mandir di dalam kamar Zaki. Dia tak tenang menunggu kedatangan Zaki dan mendengar hasil dari perundingan mereka. Terlebih setelah mendengar kegaduhan saat tadi Zaki berantem dengan Bapak Kosnya membuatnya semakin takut berita yang dibawa Zaki tak akan seperti yang dia harapkan. Ingin rasanya dia menyusul Zaki ke kamar Devan, tapi dia juga takut kehadirannya hanya akan semakin memperkeruh keadaan, terlebih tadi Zaki telah melarangnya keluar kamar apapun yang terjadi.
"Nungging dong Zak.."ucap Devan sambil mengocok kontolnya sendiri yang masih menegang terus meski sudah muncrat.
Zakipun mengubah posisinya dari telentang jadi nungging di atas ranjang.
“Tadi kamu merasakan enak juga kan?”ledek Devan. Nih kontol aku belum lemas pengen nusuk lagi.
"Iya... Tapi sedikit pelan ya." jawab Zaki.

"Tenang aja.. Kontolku bakal bikin kamu keenakan terus.. Makanya rilex aja, jangan dilawan."bujuk Devan yang sudah memposisikan kontolnya di belakang pantat Zaki.
Sementara tangan kirinya meremas pantat Zaki, tangan kanan Devan menggenggam kontolnya dan menelusupkannya ke pantat Zaki. Sisa semburan sperma Devan tadi di anus Zaki membuat Devan tak perlu melumasi kontolnya dengan ludah. Begitu kepala kontol Devan mulai memasuki lubang pelepasannya, Devan terus mendorongnya masuk perlahan.

"Aaaahhhhh.... Pelan Dev..." jerit Zaki pelan, kontol ini kembali terasa menyakiti bibir anusnya.
"Eeeehhhh... Kamu benar-benar belum pernah disodomi ya Zak... Sssshhh... Sempit banget...." desah Devan merasakan anus Zaki sangat mencengkeram kontolnya.
Meskipun anusnya tadi sudah dibuka dan dibobol oleh kontol pejalnya, Devan merasa pantat Zaki masih cukup susah ditembusnya lagi. Kontol Devan yang sekarang lebih pejal dan lebih tegang memang terasa begitu beda. Zaki merasa kontol Devan sekarang terasa begitu keras dan kaku menembus anusnya sedikit demi sedikit. Dengan susah payah dia menahan sakit hingga akhirnya kontol Devan terbenam seluruhnya.

Jojopun mulai menggoyang perlahan, ritmenya begitu pelan dan teratur keluar masuk pantat Zaki yang menungging, Zaki merasakan gerakan Devan begitu lembut menggesek dinding-dinding anusnya. Berbeda dengan saat Devan mengentoti anus Devan dengan kasar dan cepat, sambil meremas-remas pantat Zaki, pinggul Devan menggoyang pantat di depannya dengan perlahan, Devan tak ingin menyakiti Zaki yang baru kali itu dirojok kontol.
"Hhhmmmm... Eeeeehhhh...." Zaki kembali mendesah keenakan.

Rongga pantatnya yang dibelai-belai kontol Devan terasa semakin gatal, dia mulai ikut menggoyangkan pantatnya memutar kontol Devan yang terbenam dalam anusnya. Devan mengartikan goyangan Zaki sebagai tanda kesiapan Zaki menerima sodokan yang lebih kuat, ditingkatkan tempo sodokannya semakin cepat dan cepat.
"Oooohhh.... Enak banget pantat cowok... Ooohhhhh...." Devan kenikmatan terus menggoyang pinggulnya dengan tempo sedang.
"Aaaahhhh....Dev.... Aaaahhhh....." Zaki mendesah gelisah, dia begitu tertekan harus menahan desahannya.

Sodokan Devan yang bertahan dalam tempo sedang membuatnya menggila, ingin rasanya meminta Devan mengentoti pantatnya lebih cepat tapi Zaki masih malu, takut di bilang homo karena begitu menikmati sodokan kontol. Mulutnya bisa menahan tapi pantat Zaki mengingkari, pantatnya bergoyang berputar-putar dengan kontol Devan sebagai porosnya. Devan menyadari hal itu tapi dia terus menahan temponya, dia puas melihat Zaki tersiksa menahan gairahnya. Kelakuannya itu tak hanya membuat Zaki gelisah namun pantatnya yang membulat dan padat itupun bergoyang goyang.
"Kamu bilang apa Zak?" Devan mendengar gumaman lirih dari bibir tebal Zaki.
"Aaaahhhh... Entoti aku...." jawab Zaki masih dengan suara lirih.
"Hah? Kamu bilang apa?" teriak Devan keheranan..

"Eeeehhhh... Entoti pantatku Dev... Lebih keras Aaaahhhh..." pinta Zaki lebih jelas.
Dengan terpaksa Zaki mengakui begitu nikmatnya dientot kontol lelaki dan lebih dari sekedar entotan lembut dan goyangan, Zaki menginkan kontol itu menghentak-hentak menghajar anusnya dan menembus prostatnya.

"Ooohhhh... Playboy ini minta dientot lebih keras?..." tanya Devan sambil menghentikan goyangannya yang membuat Zaki kehilangan dan memaju mundurkan pantatnya.
"Eeehhh... Kayak gini Zak... Keras... Cepat... Heeehhh..."ucap Devan.

Di saat yang lain menertawakan rengekan Zaki yang sudah mirip budak kontol, Devan langsung menghentakkan kontolnya cepat dan keras memenuhi permintaan cowok yang sedang dientotnya.
"Aaaahhhh... Aaaarrrggggg...." Zaki langsung mendesah keras tapi dipelankannya lagi volume suaranya ketika sadar bisa saja erangannya menembus tembok dan sampai ke telinga Lusi.
“Suka kontol Zak???..... Keras gini.... keras lagi.... Hah... Kontol!!!.....” umpat Devan sambil mencengkeram pinggang Zaki dan menghajar pantat tempat kontol gedenya bersarang.
“Hu uh... kontol kamu.... entotin... Yeahh..... Oooohhh...... Setan.... bener-bener dahsyat kontol kamu Dev....”

Digigiti bibirnya menahan lenguh kenikmatannya, tubuh Zaki bergoncang terdorong sodokan kontol Devan, tangannya terasa lemas menahan badannya, kepalangya dihempaskan ke bantal di bawahnya yang langsung diremas dan digigitnya, pantatnya semakin menungging ke atas. Nafsu telah panas membakar tubuhnya, dia lupa akan egonya sebagai playboy, lupa bahwa dia menyerahkan pantatnya karena ancaman, tekanan batinnya sudah musnah, kini yang ada hanya tekanan-tekanan kontol Devan di prostatnya yang membuatnya ketagihan.

Sejenak Zaki terkejut menyadari jika dirinya sedang digagahi cowok, yang dia tahu dia begitu kenikmatan dientoti kontol Devan dan dia tak mau pusing dengan memikirkan hal lain.
"Aku keluar... KELLUAAARRR.... AAAARRRGGGGHHHHHHH......"
Tiba-tiba Devan menghentak kuat membenamkan kontolnya ke dalam pantat Zaki dan Zaki merasakan anusnya ditembaki cairan yang panas dan kuat.
" AAAARRRGGGGHHHHHHH......"

Badan Zaki ikut kelojotan menerima tembakan sperma Devan, tubuhnya menegang menahan ejakulasinya sendiri agar spermanya tak keluar. Malu jika sampai ketahuan Devan jika dirinya juga menikmati permainan itu.



0 komentar: