BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Double Impact

Sampai detik ini, aku masih bingung dengan jati diriku, akan orientasi seksualku. Ketika kumelihat sosok pria gagah, berkulit bersih dan berkumis serta bercambang. Darahku begitu menggelegak. Namun saat melihat wanita seksi dengan pakaian mini, berkulit putih montok dan berpayudara besar, akupun begitu bernafsu. Kuanggap, aku sebagai pria kebanyakan, manusia yang punya naluri seks terhadap hal-hal yang bersifat sensual. Namun, karena sadar akan akibat dan resiko yang aku tanggung, jika aku berhubungan seks dengan wanita, maka pandanganku lebih beralih ada pria-pria tampan.

Daripada aku harus berurusan dengan kehamilan pacar cewekku, tentu aku lebih aman jika melakukan onani bersama dengan teman priaku. Dan ini membuatku lebih banyak bergaul dengan teman-teman pria. Sering saat renang, aku memperhatikan bentuk tubuh mereka, hingga jendolan di celana renag mereka. Di mana saja dan kapan saja, saya selalu memuaskan pandanganku dengan menikmati tubuh indah para pria. Diam-diam saya berharap bakal ada pria homo yang menyadari keberadaanku dan mengajakku berkencan. Tapi tentu agak susah jika penampilanku seperti kebanyakan pria yang lain.

Meski Kota Malang bukan termasuk kota yang langganan banjir seperti kota Jakarta, Surabaya dan kota lain. Tapi daerah Sawojajar yang menjadi area perumahan tempatku tinggal ini, memang terkenal suka banjir jika hujan besar mengguyur. Ortuku berniat meninggikan rumah, dan hari ini memanggil tukang untuk memperbaiki rumahku. Karena ortu bekerja, maka urusan mengawasi para tukang diserahkan padaku.

Sejak jam 8 pagi, dua orang pekerja bangunan sudah sibuk memulai pekerjaannya. Tampang mereka lelaki sekali. Meskipun kulit mereka agak gelap akibat sinar matahari, namun mereka terkesan macho. Mereka memperkenalkan diri, Romli dan Junar. Romli lebih tua, sekitar tigapuluhan sedangkan Junar lebih muda. Nampaknya mereka teman baik. Diam-diam, saya sering mengintip mereka bekerja dari balik jendela kamarku.

Kunikmati tubuh mereka yang berotot and berkilauan akibat keringat yang tertimpa cahaya matahari. Aahh.. Lama aku mengamati ke dua tukang itu. Andai saja saya dapat meraba tubuh mereka. Lalu sebuah ide mesum muncul di benakku. Kebetulan saat istirahat siang, mereka beristirahat di teras samping, tepat di luar kamarku sambil bercanda dan minum kopi. Tak susah bagi mereka jika mereka ingin mengintip jendelaku.

Maka saya pun menelanjangi diriku dan berbaring di ranjangku. Kontolku sudah menegang duluan, membayangkan apa yang akan terjadi berikutnyaSambil menyetel VCD porno, saya mulai memainkan kontolku. Sengaja kusuarakan erangan tertahanku agar Romli dan Junar mendengarnya.

"Aahh.. Oohh.. Mm.. Uuhh.. Hhoohh.."
Dan ternyata mereka mendengarnya!
Dari sudut mataku, saya mengintip ke arah jendela. Romli dan Junar, dengan mulut ternganga, memandangiku lekat-lekat. Sengaja aku terus menyibukkan diri mengocok kontolku tanpa melihat VCD. Kudengar Romli berbisik.

"Gile banget! Dia lagi ngloco sambil liat VCD."
Tapi beberapa saat kemudian, mereka menghilang. Saya kecewa sekali, tapi berhubung tanggung maka saya meneruskan masturbasi.
Ternyata kulihat kedua tukang itu berpindah lokasi di jendelaku satunya, dan mereka mengintip tontonan video pornoku. Sengaja kusetel VCD porno biseks dengan 3 orang cowok yang ketiganya juga melakukan gay seks dengan pemain cowok lainnya.
Tiba-tiba muncul ide nekatku, karena birahiu sudah begitu memuncak. Kusingkap tirai jendela, dan kulambaikan tanganku pada Romli dan Junar agar bergabug denganku di dalam kamar. Awalnya mereka terkejut dan malu-malu. Tapi aku terus berkeras dan memanggil nama mereka. Akhirnya mereka mau masuk ke kamarku dan duduk menonton video porno itu. Aku yang masih telanjang, meneruskan masturbasiku di belakan mereka. Lalu aku minta mereka untuk ikut onanai bersama-sama dneganku. Dan anehnya, mereka menurut dan mulai melepaskan celana mereka dan masing-masing meremas kontol masing-masing. Kini keduanya telah bugil dengan tubuh masih bersimbah keringat. Untuk pertama kalinya, saya berkesempatan untuk melihat kontol mereka yang tegang berdiri. Panjangnya sekitar 15 cm, cukup lumayan untuk kontol cowok macho. Kepala kontol mereka yang ungu kemerahan seolah teracung begitu kerasnya.

Jantungku berdegup kencang, gugup sekali. Namun saya juga amat senang karena rencanaku berhasil. Lalu ketika kegiatan onani itu berjalan beberapa menit, kuhampiri Romli. Sambil terus mengocok kontolku, kucoba meraba-raba kontol Romli. Dia hanya diam dan memandangiku. Di matanya jelas terpancar nafsu birahi yang menggebu-gebu.

Lalu dengan sigap, kuambil alih kontol Romli dan aku kocok kontolnya. Ternyata dia pasrah. Inilah saatnya aku akan beraksi, ujarku dalam hati.
Dengan penuh, saya menciuminya tengkuk Romli dan itu membuatnya menggelinjang pasrah. Akhirnya semakin kupercepat kocokan di kontol Romli.

Agar dapat berbagi rata, kualihkan perhatianku pada Junar. Ternyata kontol Junar tak disunat. Jadi aku harus menarik kulupku ke bawah terlebih dahulu. Kepala kemerahan yang basah dengan precum pun muncul. Sebutir precum nampak menyembul keluar dari lubang kencing Junar yang sempit.

"Mm.. Seksi sekali," aku berkomentar.

Lalu dengan perlahan, aku mencoba menunduk dan mencoba menjilat kontol Jura. Kulihat reaksinya terkejut sesaat, naun karena rasa nikmat yang dirasakannya, dia hanya diam pasrah. Sementara tangaku yang satunya tetap menggenggam kontol Romli dengan kocokan-koncokan konstan.

Romli menghentikan kocokan tanganku di kontolnya. Dengan pandangan penuh nafsu, dia mengontrol kepalaku dan membimbingnya turun. Saya amat memuja tubuhnya. Cepat-cepat kujilati tubuh kekarnya yang penuh keringat itu. Benar-benar tubuh maskulin yang amat sempurna, bagaikan patung Yunani kuno. Sungguh sulit dipercaya tubuh indah seperti itu adalah milik seorang abang tukang bangunan. Dadanya kujilati dan sempat kukulum salah satu putingnya yang berwarna coklat tua. Dapat kurasakan bulu-bulu halus di putingnya menggelitik mulutku. Aahh.. Nikmat sekali.

Romli nampak puas dengan servis jilatku. Tubuhnya berkilauan dengan air liurku, dan dia pun makin ngaceng. Kontolnya menusuk-nusuk tubuhku, seolah ingin melubanginya. Saya tahu apa yang dia mau. Maka tanpa ragu, saya pengulum kontolnya. Begitu bibirku mengatup di antara batang kontolnya, bau khas laki-laki menusuk hidungku.

Jelas sekali Romli malas membersihkan kontolnya. Bau pejuh kering bercampur dengan keringat serta air kencing berpadu menjadi satu. Saya merasa seperti disihir. Tanpa takut dan ragu, saya mulai memompa kontolnya dengan mulutku. Kuberikan servisku yang terbaik. Kujilati kepala kontolnya, lalu lubang kontolnya, dan juga bagian bawah kepala kontolnya. Romli mengerang-ngerang kenikmatan, sambil meremas-remas dadaku. Romli mengerang keenakan saat dia rasakan kepala kontolnya yang amat sensitive bergesekkan dengan dinding dalam mulutku. Aahh.. Hangat dan basah.

"AARRGH!! Ya, hisap terus kontol gua.. Hisap gue.. Kontol Romli memang lumayan bagus, lurus, tegak dengan warna senada.. Ayo, hisap yang kuat.. Aarrgghh.."

Mendengar erangannya, saya menjadi semakin terangsang, apalagi kontol Junar masih dalam remasan tangaku. Muncul ide gilaku, Ah, tak terbayang nikmatnya senadainya aku menghisap kontol cowok sambil kontolku juga dihisapin pula. Ku rengkuh kepala Junar dan kuarahkan ke selangkanganku. Ternyata dengan sigap Junar melahap dan melumat kontolku. Kontolku terus berdenyut, dan melelehkan cairan precum. Semuanya habis dijilat Junar. SLURP! SLURP! Begitu bunyinya.

Semakin lama Junar menghisap kontolku, semakin besar keinginanku untuk ngecret di dalam mulutnya. Tekanan di dalam biji pelerku makin besar dan pelan-pelan pejuhku mulai mengalir naik. Astaga, sebentar lagi saya akan ngecret! Nafasku mulai memburu dan nampaknya Romli dan Junar mengetahuinya. Dengan cekatan, Junar menekankan jari-jarinya tepat di bawah kontolku kuat-kuat. Dan pada saat itu pula, saya ngecret.

"MMPPHH!! UUGGHH!! MMPPHH!! MMPPHH!!" Orgasme mengguncang tubuhku.

CRROOTT!! CCRROOTT!! Kurasakan kontolku menembakkan pejuh berkali-kali, namun aneh, kenapa tak ada pejuh yang mengalir keluar. Ternyata tekanan jari Junar yang membuat spermaku tidak mengalir keluar. Setelah semuanya berakhir, saya terduduk lemas, tapi saya tetap menghisap kontol Romli dengan semangat. Junar sibuk menjilati sisa precum pada kontolku. Erangan-eranganku tadi tertahan oleh kontol Romli yang tersumpal di dalam mulutku. Erangan-eranganku bergetar-getar di dalam rongga mulutku dan merangsang kontol Romli. Tak pelak lagi, kini giliran Romli untuk menumpahkan cairan kontolnya.

"UUGGHH!! Bangsat! Gue mau ngecret.. Bersiaplah.."
Dengan penuh tenaga, Romli memegang kepalaku lalu pinggulnya didorong maju sehingga kontolnya nyaris menyumbat kerongkonganku.

"AARRGGHH!!" Dengan jeritan yang memekakkan telinga, Romli pun menumpahkan semua isi biji pelernya tepat ke dalam kerongkonganku.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Saya tak perlu menelannya sebab kepala kontolnya langusng menembakkan pejuhnya ke dalam perutku. Cairan hangat kental dari kontolnya meluncur turun kerongkonganku. Rasanya erotis sekali. Sambil mengejang-ngejang, Romli menghentak-hentakkan pinggulnya dan tetap mengerang.

"UUGGHH.. AAGGHH.. OOHH.. AARRGGHH.." CRROTT!! CCRROOTT!! CRROOTT!! Dan akhirnya semuanya selesai. Tapi semua belum berakhir.

Junar memeluk tubuhku dan menggulingkannya. Dia lalu segera berbaring di samping tubuh telanjangku secara menyamping. Tubuhku menghadap ke arah lain dengan pantatku menghadap kontolnya. Tiba-tiba, dengan bernafsu, dia memelukku dan menarik tubuhku kuat-kuat.

"AARRGGHH!!" teriakku. Junar sendiri hanya menyuarakan "MMPPHH!!" saat kontol besar miliknya menghunjam masuk ke dalam lubang pantatku yang masih sempit. Dengan sedikit ludah yang dilumurkan ke kepala kontol Junar, dia membenamkan kepala kontolnya ke bongkahan pantatku. Masuk perlahan hingga akhirnya kontol itu melesak dan terjepit lubang anusku.

Tanpa ampun, kepala kontol itu menarik lubang anusku lebar-lebar. Karena dilakukan dengan kasar sekali, aku kesakitan, saya meronta-ronta namun Junar memegangku dengan kuat. Romli terangsang sekali melihat rasa sakit yang kualami; kontolnya kembali ngaceng.

"AARRGHH!! Sakit, Bang! Ampun," ratapku meski kurasakan sensasi nikmat diantara rasa sakit itu. Ah sensasional !!!.

Sambil tetap menyodomiku, Junar berusaha untuk berkata di antara helaan napasnya.

"Kamu suka ga?.. UGH! . ARGH! OOHH! Aku baru tau rasanya ngentotin cowok.. ARGh!"

Saya hanya dapat pasrah. Rasa sakit di anusku dan sengatan rasa nikmat karena entotan itu semakin bertambah parah saja. Kontol Junar menghajar pantatku tanpa ampun. Air mataku terus mengalir keluar, membaurkan rasa sakit dan nikmat yang tiada terkira. Sungguh, saya sangat menyukainya. Junar sedang memakai tubuhku untuk kepuasan seksualnya. Entah kenapa, tapi pikiran itu malah membuatku semakin terangsang.

Selama beberapa saat, saya merasa seperti akan buang air besar. Tekanan dalam ususku bertambah besar. Lalu saya teringat akan sebuah artikel yang kubaca bahwa ketika pertama kali disodomi, perasaan palsu itu memang muncul karena usus tertipu dan mengira kontol yang sedang menyodomi itu adalah kotoran manusia.

Tiba-tiba kontol Junar mengenai sesuatu jauh di dalam tubuhku.

"AARGGHH!!" erangku.

Begitu organ itu tersentuh, tiba-tiba saya merasa 'kesetrum'. Gelombang orgasme yang luar biasa menyapu seluruh tubuhku, seakan-akan saya sedang orgasme. Memang G-spotku yang tersentuh, dan itu memberikan nikmat yang tiada taranya, mulutku ternganga menikmatinya. Romli menatapku dengan mata berbinar-binar, ingin mencicipi pantatku, namun Junar tak mengizinkannya sebab dia sedang sibuk ngentotin saya. Maka Romli pun menemukan ide hebat.

"Jun, Kamu berbaring di bawah dan dia di atas. Lalu aku bakal bergabung dengan kamu," katanya.
"Aku pengen mraktekin yang di video porno itu. Dan keliatannya enak, tuh."Romli menunjuk TV yang sedang memutar video pornoku.
"Gile kamu. Tapi bleh juga, dua kontol menghajar anus nih anak" sahut Junar terengah-engah.

Saya agak takut mendengar ide Romli, namun saya juga terangsang. Doble-fuck terdengar erotis. Sakit tapi nikmat. Maka Junar pun berguling sambil tetap menyodomiku. Kini dia berada di bawah dan saya menimpa tubuhnya. Kontolnya masih tertanam di dalam lobang pantatku, memompaku tanpa ampun. Pada saat tulah, Romli menimpa tubuhku.

Bibirnya menempel pada bibirku dan pria tukang itu kembali menciumiku. Sambil mencium, Romli memposisikan kontolnya tepat di bawah kontol Junar yang sedang sibuk memompaku. Tiba-tiba Romli memaksakan kontolnya masuk. Kontol itu, dibantu oleh cairan precum, mulai membuka luang anusku lebih besar lagi. Kurasakan lubangku tertarik semakin lebar, seakan ingin robek.

"AARRGGHH!!" erangku, sakit sekali.

Hal itu tidak mudah sebab lubangku ketat sekali. Romli hampir frustasi namun dia pantang mundur. Pelan tapi pasti, kontolnya membor lubangku. Begitu ada celah, kepala kontol Romli menyelip masuk dan terus memaksa masuk.

"AARRGGHH!! Ampun, Bang!" rengekku lagi berakting seolah aku ksakita, agar mereka berdua semakin terangsang. Padahal aku merasakan hal ternikmat yang belum kurasakan sebelumnya.
"Sstt.. Diam aja. Nikmat sekali kok. Bayangkan dua kontol gede di lobang kamu. Enak lagi," bujuk Romli.

Untuk mengekspresikan rasa nikmat itu saya tetap menjerit dan menjerit. Akhirnya PLOP! Kontol Romli masuk! Kini lubangku terasa penuh sekali. Kedua kontol itu berebut tempat di dalam anusku, sesak sekali rasanya. Junar dan Romli pun mendesah keenakkan. Kemudian, secara bergantian, mereka memompa pantatku. Ritme mereka adalah jika Junar menusuk masuk, maka Romli akan menarik keluar; dan begitu sebaliknya. Mereka kompak sekali sampai-sampai saya terlena dibuatnya. Aku melayang-layang karena kenikmatan yang kurasakan dari dinding anusku yang menjepit dua kontol gede itu.

Memang awalnya ada rasa sakit. Namun, hanya dalam hitungan detik rasa sakit itu pelan-pelan memudar. Sungguh nikmat sekali!! Satu lubang ketat diisi DUA KONTOL sekaligus! Bayangkan! Tubuhku terguncang-guncang, mengikuti irama sodokan kontol mereka. Tubuh Romli yang besar dan berotot menimpa tubuhku dan menahannya di sana. Kira-kira setengah jam berlalu. Mereka memang sengaja menahan laju ejakulasi mereka untuk memperlama permainan. Oh, mereka sungguh tahu cara memuaskan sorang gay 'bottom' sepertiku. Namun, semua hal mesti berakhir, begitu pula permainan panas ini.

Kontol Junar mulai berdenyut-denyut tak karuan. Denyutannya menggesek-gesek kepala kontol Romli dan memicu denyutannya. Berdua mereka mengerang-ngerang seakan-akan sedang dalam kesakitan yang teramat sangat. Ekspresi muka mereka pun menunjukkan rasa sakit. Namun mereka tidak kesakitan sama sekali. Sebaliknya, mereka sedang dilanda rasa nikmat yang amat teramat sangat. Rasa nikmat yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

"UGH! Oohh.. Hhoosshh.. Oohh.. Aahh.. Gue.. Oohh.. Mau kke.. Hhooshh.. Keluar," erang Junar, kedua tangannya mencengkeram pinggangku kuat-kuat.
"Aahh.. Gue juga.. Oohh.. Hhoosshh.. Uugh.." balas Romli.

Semakin lama, tubuh telanjang Romli yang menggairahkan itu semakin menekan tubuhku. Tak ayal lagi, perutnya yang kotak-kotak itu menggesek-gesek kontolku. Kontolku terperangkap dan tergesek-gesek mengikuti sodokan kontolnya. Secara tak langsung, Romli sedang men-coli kontolku dengan perutnya!

"ARGh! Gue sampe," teriak Junar dan muncratlah pejuhnya. CRROTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!
"AARRGGHH..!! Erangnya, panjang sekali seperti lolongan serigala.

Kepala kontolnya menggembung sedikit dan terus-menerus menembakkan pejuhnya. Kontan saja perutku dibanjiri cairan lava putih yang mendidih. Ejakulasi Junar memicu ejakulasi Romli. Pria ganteng itu pun mulai mengejang-ngejang dan berteriak-teriak.

"UUGGHH!! OOHH!!" CRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Tubuhnya berguncang-guncang dan gerakannya memicu orgasmeku.
"AARRGGHH..!!" erangku saat kepala kontolku mulai menembakkan pejuh.

CCROOTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku tersemprot mengotori tubuhku dan tubuh Romli. Berhubung pejuhku amat banyak, sebagian mengalir turun dan mengotori ranjangku serta tubuh Junar yang berada di bawahku. Bertiga kami mengerang-erang, terguncang-guncang, dikuasai nafsu birahi homoseksual.

"AAGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH!!" Dan semuanya berakhir beberapa saat kemudian.

Tubuh kami basah dengan keringat bagaikan mandi uap, dan kami kesulitan menghela napas. Rasanya capek sekali, namun juga nikmat. Kami puas sekali. Terutama Romli dan Junar, karena mereka akhirnya dapat mencicipi enaknya ngentotin cowok Chinese sepertiku.

Begitu Romli mencabut kontolnya, pejuhnya meleleh keluar dari lubang pantatku. Dan saat saya mengangkat tubuhku, kontol Junar terlepas diikuti dengan lelehan pejuh yang jauh lebih banyak lagi. Perutku menggembung karena pejuh, rasanya penuh sekali. Romli tersenyum nakal padaku.

Tanpa dikomando, Junar dan Romli mengangkat tubuhku lalu mereka membawaku keluar kamar dan masuk ke kamar mandi. Di sana, saya terpaksa harus berjongkok bermenit-menit hanya untuk mengeluarkan pejuh mereka dari lubang pantatku. Setelah itu, kami mandi bertiga sambil saling meraba-raba. Tak ayal lagi, kontol kami pun ngaceng lagi.

"Waduh, tegang lagi nih," keluh Romli, matanya mengerdip nakal padaku.
"Mau lagi?" Langsung saja, saya mengangguk.

Tanpa basa-basi lagi, mereka kembali menyodomiku. Masih dengan double fuck tapi kali ini smabil berdiri. Saya hanya dapat mengerang-erang, nikmat sekaligus kesakitan karena perlakuan kasar, sambil berpegangan erat-erat pada tubuh Romli ketika Romli menancapkan batangnya ke dalam tubuhku. Sementara itu, Junar menyodok lubangku dari belakang. Aahh nikmatnya double fuck! Tak lama kemudian, kami pun mencapai klimak dan.. Pejuh mereka kembali membanjiriku. Oh sungguh hari yang tak terlupakan! Andai double fuck ini dilakukan dengan pelan dan penuh perasaan, tentu sensasinya akan berbeda!!!

0 komentar: