BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Camping Saka

Aku sejak remaja sangat aktif di kegiatan ekstra kurikuler. Pramuka, PMR, Drumband aku ikuti semua. Saat ini, sambil kuliah di salah satu PTS Malang, aku mengaktifkan diriku menjadi pembina Pramuka. Namaku Rahardian. Aku seorang mahasiswa berumur 22 tahun. Karena menyukai kegiatan outdoor, tubuhku lumayan terbentuk karena penjelajahan, panjat tebing hingga acara lainnya. Selain menjadi pembina Pramuka di Gudep sekolah, aku juga mengikuti Saka Bahari, bagi Pramuka yang menyukai kegiatan olah raga air atau bahari.
Suatu hari, Saka Bahari tempat aku bergabung, mengadakan kegiatan bersama Saka-Saka yang lain. Kegiatan ini diselenggarakan dalam acara berkemah di hutan selama lima hari.
Sebelum berangkat ke lokasi, semua peserta berkumpul di sekretariat Saka untuk pembagian regu dan penjelasan mengenai medan yang dilalui dan tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan tiap regu serta group. Dalam reguku, ada Doni, Budi, Heri, Andika, Hadi, Rio.

Setelah mengepak perlengkapan dan meletakkannya ke dalam bis, kami naik dan mulai menuju lokasi perkemahan. Doni ternyata memilih duduk disampingku. Ia tampak sangat antusias mengenai perjalanan ini, ia bertanya banyak hal dan pembicaraan itu cukup mengakrabkan kami berdua. Setelah beberapa lama, aku mulai memperhatikan bahwa Doni bisa dibilang cukup berotot dibandingkan remaja lain seusianya. Kulitnya juga putih dan wajahnya cukup tampan dan manis. Pakaiannya menunjukkan kalau dia anak orang yang cukup berada. Saat pandanganku mengarah pada celananya, aku cukup terkejut karena tonjolan yang ada di tengah pangkal kedua pahanya tampak lebih besar daripada punyaku sendiri. Padahal aku cukup bangga dengan ukuran "rudal"-ku yang bisa mencapai 16 cm. Semakin lama aku semakin penasaran tentang ukuran rudalnya itu, tapi aku belum berani menanyakan kepada Doni. Tidak tahu kenapa, rudalku itu lalu pelan-pelan bangun.

Karena kami berangkat kira-kira jam 9.30 pagi, jadi sesampainya kami di sana sudah cukup siang. Panitia menjelaskan sekali lagi tentang tugas-tugas masing-masing regu. Selanjutnya acara pun dimulai. Setiap regu mulai menelusuri rute yang ditetapkan. Setelah hari hampir gelap dan kami telah menemukan tempat yang cukup luas, kami kemudian membangun dua tenda, satu untuk perempuan dan satu untuk laki-laki. Setelah selesai membuat tenda dan beres-beres, kini giliran untuk berganti baju.

Saat Doni melepas bajunya, aku bertambah yakin kalau anak ini sering berlatih beban, otot-ototnya tebal dan membentuk. Aku masih mengawasinya, ia lalu melepas celananya dan.. Oh! ternyata ia tidak memakai celana dalam. Aku rasa itulah yang membuat tonjolan yang tampak lebih besar dari punyaku. Kulihat kontol Doni yang sedang "Tidur", ternyata sedikit lebih besar dari punyaku. Doni telanjang bulat sekarang, sedangkan Doni hanya menggunakan celana dalam saja. Aku sendiri sudah sering melihat tubuh Doni yang cukup seksi telanjang saat berkemah dan kami cukup akrab. Tapi tidak terjadi apa-apa, meskipun aku dengan susah payah menahan nafsuku, setiap kali Doni memperlihatkan perutnya yang rata. Yang sangat menarik perhatianku kini adalah remaja pria ini.. Rambut hitam yang cukup tebal menghiasi sekeliling kontol Doni, demikian juga di ketiaknya.
"Lho, Mas, nggak ganti baju?" suara Doni mengagetkanku.
"Oh, ya. Nanti saja", ujarku sambil mencari bajuku di tas.

Aku baru sadar kalau belum membuka selembar pun pakaianku. Rupanya aku terlalu sibuk memperhatikan tubuh Doni. Kutunggu mereka semua keluar, dan saat mulai berganti baju, aku sadar bahwa ereksiku sudah penuh, dan dari luar celana jeans-ku tampak tonjolan yang cukup besar. Aku jadi bertanya-tanya apakah Doni atau Hadi tadi menyadari bahwa aku sedang terangsang.

Malam itu seperti acara perkemahan yang lain, diisi dengan main musik, menyanyi, dan ngobrol. Tapi semua tak berlangsung terlalu lama karena kami semua lelah dan ingin segera tidur. Kami dapat telentang dengan cukup leluasa, karena tenda kami hanya diisi tiga orang, sedang di tenda cewek diisi empat orang. Di sebelahku Doni yang tidur dengan cepat sekali, dan di sampingnya lagi Doni. Meskipun aku juga merasa sangat capai, tapi aku hampir tidak bisa tidur karena teringat akan tubuh Doni yang putih mulus dan berotot. Dari tempatku, aku tidak bisa melihat keadaan Doni, hal ini lalu membuatku berfantasi yang bukan-bukan. Untunglah akhirnya aku bisa juga tidur meskipun tidak begitu nyenyak.

Esok paginya ternyata aku dan Doni ketiduran, yang lain sudah mandi dan sedang makan. Akhirnya setelah makan, aku dan Doni bertugas untuk mencari kayu bakar, karena sudah habis untuk menghangatkan makanan kami. Teman-temanku menunjukkan jalan untuk mencapai sungai, bila kami ingin mandi.

Aku dan Doni kemudian pergi ke dalam hutan. Kira-kira satu jam kemudian, kami sudah masuk hutan cukup dalam dan kayu yang kami kumpulkan juga cukup untuk hari itu. Aku mengajaknya kembali ke kemah, tapi Doni rupanya ingin mandi dulu.

"Memangnya kamu bawa handuk?"
"Iya, tadi waktu Mas Ferry ngambil parang, aku ngambil handuk. Ayolah Mas, sama-sama nanti handuknya kan bisa gantian."
"Nggak lah, aku ngasih kayu ini dulu, biar temen-temen nggak nyariin kita."
"Okelah, sampai nanti ya Mas!"

Kami berpisah di situ dan aku berbalik menuju kemah. Tapi setelah dua-tiga menit aku baru sadar kalau Doni anak baru, jangan-jangan dia tidak bisa kembali dan tersesat dalam hutan. Lalu aku tinggalkan kayu bakar di sana dan kembali menyusul Doni. Ia sudah tidak tampak lagi, aku langsung pergi ke sungai yang diceritakan temanku tadi.

Di sana, aku menjumpai Doni sedang berdiri di tepi sungai membelakangiku dan.. telanjang. Aku putuskan untuk mengamatinya dulu sebelum menyusul. Aku ingin melihat seluruh tubuh Doni yang seksi sekali lagi. Semua ingatan tentang Doni yang sedang melepas bajunya memenuhi ingatanku dan pelan-pelan kontolku ereksi. Tiba-tiba aku perhatikan, tangan kanan Doni berada di depan tubuhnya sehingga tidak bisa kulihat, tapi aku yakin kalau tangan itu sedang bergerak maju dan mundur dengan pelan.. Doni sedang onani di depan mataku! Melihat pemandangan itu, aku pun tak sabar lagi. Nafsu memenuhi diriku dan aku nekad.
Aku berjalan menuju bocah seksi itu sambil memanggil namanya. Doni menoleh ke arahku dan tampak sangat terkejut. Aku bisa lihat kalau dia agak terengah-engah, dari dadanya yang kembang-kempis. Saat aku sudah di sampingnya, aku lihat kontolnya masih tegang, bahkan pucuknya sudah berwarna merah tua. Yang mengejutkanku, ukurannya berlipat dari kemarin, melebihi ukuran kontolku saat tegang, mungkin sekitar 18 cm.

"Eh.. e.. Mas Ferry nggak jadi kembali ya? Kenapa?" tanya Ferry dengan suara yang agak tersengal.
"Iya, soalnya badan nih rasanya gerah. Kamu nggak merasa gerah?" Aku lalu mulai melucuti pakaianku sampai akhirnya bugil seperti Doni. Doni sepertinya memperhatikan tubuhku, mungkin karena ini yang pertama kalinya ia melihat aku bugil.
"Doni, kok bengong? Gerah nggak?"
"Oh, oh.. iya gerah."
"Ya pasti, soalnya kamu habis mainin onani keke sih."
"Ma.. main?"
"Mas Ferry lihat kok tadi." Aku melihat wajahnya, dia menunduk mungkin malu ketahuan.
"Udah, gitu aja dipikirin. Mas Fer juga sering kok main sendiri. Tapi lebih seru kalau kita main berdua."

Doni tampak terkejut dan sebelum dia mencerna lebih jauh ucapanku, aku mendekapnya dengan erat. Doni berontak, tapi aku mendekapnya lebih erat lagi. Aku merasakan kontol Doni yang panas dan tegang menekan perutku.

"Mas Fer, lepas, Mas! Apa-apaan nih?" Doni setengah berteriak.
"Sstt.. tenang aja! Kita main onani bersama. Pasti seru dan enak! Aku udah nggak tahan..!"
"Mas, jangan..!!! Kayak homo ajah!" Kini suara Doni lebih mirip erangan daripada teriakan, dan ini membuatku semakin terangsang.
“Enggak kok. Cuma maen-maen lah”jawabku sambilkuraih rudalnya dan aku kocok-kocok..
Dia terus meronta dalam pelukanku yang kuat sambil bergumam, "Mass.., jangann.., Mass..!"

Erangan Doni membuatku makin ganas. "Aduh, Mas! Ahh.. uuhh..!"
"Jangan, Mas! Ini.. ini.."Penolakan Doni sangat lemah. Tentu kuanggap ini sebagai peluang, bahwa Doni mengizinkan aku mengeksplorasi alat vitalnya.
Kuputuskan mengambil langkah lebih jauh, kupegang rudal Doni yang dari tadi tegang dan berkedut-kedut di dalam genggamanku. Kuelus pelan, dan kemudian aku genggam sebelum akhirnya aku jongkok dan aku kulum.

Doni tersentak sedikit, ia berusaha mengangkat kepalaku, "Stop yah, Mas! Mau diapain punyaku??..Ahh.. uuhh..!"
"Udah, Mas! Aku.. ini.."
"Ini nikmat khan Doni? Hmm?" sambungku sambil terus memompa kontol putih itu.
"Ohh.. iya, Mass.. teruss.. enakk.."

Kulihat Doni memejamkan matanya sambil menengadah, menikmati betul-betul kuluman dan jilatan lidahku pada rudalnya. Tampaknya kerjaku sangat baik.. Perlahan kurasakan kedua tangannya turun dari kepalaku, meyusuri punggungku dan sampai pada kedua pantatku. Doni meremas-remasnya, seirama dengan hisapan mulutku pada kontolnya.

Beberapa saat kemudian, Doni menggeliat, hampir lepas dari dekapanku.
"Mass.. bentar lagi nih.. aku.. nggak kuatt..!"
"Agghh!"

Crott.. crott.. crott..! Rudal Doni memuntahkan peluru maninya, membasahi mulutku. Sebagian menyembur menerpa tubuhku dan tubuhnya sendiri pula. Air maninya yang hangat terasa sangat nyaman di dada dan perutku. Tubuh padat Doni menggelinjang, mengisyaratkan kenikmatan yang Doni rasakan. Tubuhnya yang berotot dan dibasahi keringat dan menggeliat, memberiku pengalaman erotis dan membuat nafsuku bergelora, wajahku terasa panas. Aku terus memompa kontol Doni, aku ingin menguras isinya. Dan satu tembakan lagi keluar.. menyentuh daguku.. Kukulum terus kontol Doni yang mulai lemas.

"Mass.. ahh.. enakk.. enak bangett..!"
Kulihat wajah Doni yang tersenyum puas dan merona merah. kontol Doni terus kuremas dan terasa semakin lemas..
"Aduhh.. Mas! Ampun! Enak banget! Terusin..!"
Kueratkan lagi kulumanku pada kontolnya, agar Doni benar-benar puas.
"Ohh! Ampun.. ahh!" dan akhirnya Doni jatuh terduduk dihadapanku. Pasti seluruh tubuhnya lemas, sampai-sampai kakinya tak mampu menopang dirinya sendiri.

Doni masih tersengal-sengal, mencoba mendapatkan udara lebih banyak, menghimpun tenaganya lagi.. Tapi aku sudah tidak tahan. kontolku yang sedari tadi tegang, kuusapkan pada tangannya. Dia tersentak dan menolak. Aku memohon “Gantian juga lah. Kau juga pengen keluar”.
“Wuah..jangan mas. Aku belum pernah”jawab Doni.
“Makanya, dicoba ya…”pintaku sambil meraih tangan Doni agar mengocok kontolku. Dia dengan setengah hati mengocok kontolku. Awalnya ga enak, tapi kucoba merasakan. Selang agak lama, aku rengkuh kepala Doni agar mendekat ke kontolku. Dia menggeleng. Aku paksa. Dia agaknya mulai luluh. Ku arahkan kontolku ke mukanya, kuusapkan pada pipinya, dan lalu kumasukkan dalam mulutnya. Kehangatan rongga mulut Doni terasa sungguh nikmat. Doni terbelalak, nampaknya ia masih susah bernapas. Kurengkuh kepalanya, dan kugerakkan maju mundur. Doni sudah bisa beradaptasi, lidahnya ternyata juga terampil memanjakan batang kejantananku.

Dia terus mengulum kontolku, dan sekali lagi meremas pantatku. Aku memanjakan diriku sendiri dengan memencet-mencet puting susuku. Dan aku meratakan sperma Doni yang tadi membasahiku dengan tanganku yang lain. Ohh.. sungguh nikmat.

"Ahh.. Doni.. kamu pinter bangett.. Ayo.. terusinn..!"
Beberapa detik kemudian aku merasakan denyutan di zakarku.
"Doni.. aku.. aku.. mau.."
Doni semakin ganas mengulum kontolku dan dengan segera spermaku membanjiri mulut dan tenggorokannya.
"Oohh! Yess..! Ahh..!"

Begitu banyak.. hingga sebagian ada yang menetes keluar dari sudut-sudut bibirnya. Aku pejamkan mata, merasakan betul kenimatan yang kurasakan, ketika Doni menjilati pusarku dan terus ke atas, menjilati sisa-sisa spermanya sendiri. Dan ketika sampai di dadaku, Doni mengulum dan menggigit puting susuku, dan saat itu satu tembakan lagi keluar dari kontolku mengenai kontol Doni. Kami lalu berciuman sekali lagi, merasai sperma kami yang telah bercampur.

Kami turun ke sungai bersama-sama, membersihkan tubuh kami yang basah oleh keringat, mani, dan air liur. Aku baru saja keluar dari sungai dan hendak mengeringkan tubuh dengan handuk Doni, ketika Doni memanggilku.

"Mas Fer, makasih! Main berdua emang enak banget!" kata Doni dengan senyum lebar yang bagiku sangat manis.
"Suka ya? Aku mau kok kalo diajak main lagi."
"Boleh ya, Mas Fer! Tapi kalau boleh aku mau yang lain nih!"
"Oh ya? Apaan?"

Doni ikut keluar dari sungai, tampak lebih seksi karena kilatan matahari yang memantul di tubuhnya yang basah. Setelah "Kerja berat" yang dilakukan kontolku, kini ia mulai ereksi lagi. Doni mendekatiku, memelukku, lalu tangannya bergerak ke bawah. Kedua tangannya membelah pantatku, dan ia berbisik, "Doni mau ngerasain punya Mas Fer yang ini..Sekalian aku pengen tau rasanya menyodomi cowok"

Aku tersenyum, lalu kudorong dia ke sungai, dan aku ikut terjun ke dalam. Aku bersiap memulai permainan baru kami..

0 komentar: