BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 13 Juli 2009

Asrama Mahasiswa

Aku masuk salah satu Universitas Negeri terkenal di Malang. Karena ortuku ingin aku berhasil dalam kuliahku, beliau memasukkanku di asrama Kopma, dengan alasan kegiatanku akan terbatas karena ada kontrol dari kepala asrama.

Aku menempati kamar blok A tingkat 3 ruang A-12 yang dihuni 4 orang cowok. Sungguh kurasakan berbeda sekali kehidupan di asrama dengan kos apalagi dengan kehidupan di rumah. Di asrama Kopma ini mengenal jam malam, dimana hanya sampai jam 10 malam saja penghuni asrama bisa di luar asrama. Selebihnya tak ada toleransi, atau terpaksa tidur di pos Satpam atau menggelandang. Padahal biasanya jam 10 malam aku baru mulai keluar dan mulailah kehidupan malamku.

Rutinitas di asrama, setelah makan malam hingga tengah alam, selain belajar adalah ngobrol.Terkadang sambil main kartu, nonton acara sepakbola rame rame hingga nmonton film di TV hingga dinihari.
Selain itu, tidak banyak yang tinggal di Asrama setelah hari Jumat siang dan Sabtu, dalam setiap minggunya. Karena kebanyakan penghuninya ikut acara kampus di luar kota, atau sedang pulang kampung. Asrama kembali terisi setelah hari Minggu sore atau Senin. Begitu terus rotasinya, setiap minggunya. Namun, aku salah satu mahasiswa yang tidak sering pulang di akhir pekan, karena rumahku di pulau Manado Sulawesi. Biaya perjalananlah yang membuatku tidak terlalu sering pulang kampung.
Temen sekamarku di blok A-12 lt 3 ini, Aditya, Jhony dan Herman adalah anak Fakultas Hukum dengan beda semester dan jurusan. Namun kami mulai akrab satu sama lain. Suatu malam, di hari Jumat kebetulan Herman sedang pulang kampung. Jadi tinggal kami bertiga di dalam blok A lantai 3 ruang 12 ini.

"Fer, kamu emang belum punya cewek ya..." tanyaku pada Aditya.
Mata Aditya yang sipit mirip orang tionghoa ini cukup tajam dan menusuk sekali saat aku tanya seperti itu.
"Belum. Memang kalau mahasiswa semester 3 dah harus punya cewek?" kila Aditya.
"Ya nggak sih. Itu artinya ada dua. Kamu nggak laku atau kamu nggak mau. Itu saja!" kataku menimpali.
"Nah kalau kamu gimana?" aku tanya ke Jhony. Dan dijawab dengan gelengan kepala Jhony.
Aku tahu kedua cowok berbadan kekar ini belum punya gandengan juga sampai saat ini. Badan mereka sama-sama kekar, hanya bedanya kalau Aditya kulitnya putih sedangkan Jhony kecoklatan.
Dua jam sudah kami mengobrol dan waktu mendekati jam 12 malam. Itu waktu kami harus mematikan lampu kamar sebagai tanda bahwa kami memulai jam tidur. Aditya mendekat ke saklar lampu utama untuk kamar kami dan menurunkannya. Karena ada peraturan jam 12 malam sudah harus tidur, dan biasanya ada pengecekan ke tiap kamar oleh petugas blok.
"Jhon, majalah yang tadi dah dibaca”,tanya Jhonny
"Belum. Tuh di lemari”,jawab Aditya
"Aku baca ya”jawab Aditya lagi. Aku hanya menguping saja pembicaraan mereka sambil sibuk membaca novel.

Lalu aku lihat Jhonny membuka bungkus majalah dan membacanya di ranjang. Sejenak kemudian, Aditya menyusul ikut nimbrung melihat majalah itu juga. Aku sempat melirik ke arah majalah yang dibaca mereka berdua. Nampak sekilas ada gambar seorang lelaki duduk dan memegang paha lelaki lain di sebelahnya. Saat dibuka lembar berikut, tergambar dua lelaki yang memiliki tubuh bagus itu telah bugil. Kedua lelaki itu tampak berciuman mulut. Lama mereka memperhatikan lembar demi lembar majalah itu. Aku semakin penasaran dengan gambar gambar di majalah itu. Aku berfikir, jangan-jangan dua anak ini gay. Tapi aku tidak mau bereaksi berlebihan, jadi aku tetap pura pura sibuk membaca novelku.

"Huahh panas nih!" tiba-tiba Jhony mengipaskan tangannya lalu membuka t-shirtnya. “Iyah neh. Gerah banget”,timpal Aditya sambil mengikuti membuka bajunya juga. Deg! Akhirnya kedua cowok ini telanjang dada dan hanya memakai celana pendek saja. Aku melirik badan mereka sungguh bagus dan berbentuk. Lalu mereka membuka lembar majalah itu lagi. Nampak gambar satu pria sedang mengoral kontol pria yang lain. Ekspresi yang dioral nampak nikmat sekali.
"Jhon, punya lo lagi tegang ya?" tanya Aditya tiba-tiba pada Jhony.
Mau tak mau aku juga ikut melihat ke arah kontol yang tertutup celana abu-abu itu. Di sana kontol Jhony tampak menonjol di balik celana.

"Iya nih. Kenceng banget. Kalau gak keberatan aku mau telanjang aja ya...!" ucap Jhony dengan nada menggantung.
"Gak apa-apa. Buka aja. Aku bebas aja kok," jawaban Aditya.
Lalu Jhony memelorotkan celananya. Kontolnya nampak teracung keras dan dengan santainya tetap melanjutkan melihat majalah itu. Wahh…gila nih, pikirku. Aku bingung harus bagaimana.
"Wah gede juga Jhon!" komentar Aditya tak tulus.
Akhirnya aku melirik dan memperhatikan sekilas. Tak kusangkal memang kontol itu kelihatan besar dan panjang. Tegang keras tegak menempel di permukaan perut Jhony yang tetap kelihatan kotak-kotaknya meskipun duduk. Jhony mulai membalik majalahnya kembali. Perhatianku terpecah antara membaca novelku, melirik adegan di majalah dan kontol Jhony.
Wajah Aditya kelihatan memerah. Sepertinya dia menahan sesuatu. Lalu memandang Jhony.
"Jhon..., boleh?" katanya.

Jhony mengangguk kecil. Kontol keras itu didekatkan ke arah Aditya. Sekejap kontol itu digenggam tangan kanan Aditya. Aku terlonjak kaget melihat kejadian dahsyat yang tak pernah kusangka akan terjadi secara langsung di depan mataku. Secara reflek tubuhku tegak dan mundur. Aku menampakkan wajah protes. Gila ajah, mereka melakukan kegiatan itu di depanku. Lututku lemas, badanku gemetaran. Di hadapanku Jhony telanjang dengan kontolnya di dalam genggaman dan kocokan tangan Aditya yang membungkuk di samping dipan. Seperti tak peduli kehadiranku, mereka begitu asyik dengan permainan mereka. Jhony menikmati kocokan Aditya dan ekspresinya mirip di majalah. Aku terduduk melongo di pinggir dipan menyaksikan kegiatan asyik masyuk kedua jenis insan berkontol sama ini dengan melongo. Aku berusaha menenangkan dan menguasai diri.

"Gi.. gila kalian!" kataku tak bergerak.
"Dekat sini. Kamu boleh ikutan kok. Kita Cuma onani bareng kok," sambung Aditya yang melepas kontolnya dari genggaman tangan Jhonny. Kontol itu nampak mengkilat tertimpa sinar yang memaksa masuk dari antara kisi-kisi jendela sebelah atas.
Mataku masih melekat ke tubuh kekar dua temanku ini, yang kini justru semakin mendekatkan tubuh masing-masing. Beberapa saat kemudia, Aditya berdiri dan saat berdiri, kelihatan Aditya juga tak bercelana lagi. Tangan Aditya menggenggam kontolnya sendiri dan bergerak mengocok. Lalu sebentar saja mereka terlihat saling memegang kontol temannya satu sama lain.
Kugelengkan kepalaku agak keras. Mimpikah aku dengan semua hal ini? Ternyata semua masih ada. Sama nyata dengan sebelum menggeleng kepala.
Aditya rebah di atas tempat tidur, sambil tangannya terus mengocok kontol Jhony. Pantat Aditya yang liat itu bergerak lembut karena gerakan dia. Sebentar saja punggung Aditya terlihat mengkilat oleh keringat. Sementara aku masih duduk menonton.

Tak tahu aku harus berlaku apa. Meninggalkan mereka dan lapor ke kepala asrama ataukah aku harus berteriak teriak. Badanku seperti kena sihir dan tak bisa bergerak. Tapi untuk tetap di depan mereka, aku diserbu rasa jengah. Rasa bersalah kalau kalau mengganggu.
Entah kenapa kontolku tiba-tiba ikutan tegang, sampai sakit rasanya karena aku memakai celana jins ketat. Aku bingung karena wajahku memerah menahan malu dan birahi melihat adegan sejenis ini. Ini ruginya punya kulit putih.
"Kamu tegang juga ya?" tanya Jhony memperhatikan selangkanganku. Tiba tiba Jhony bergerak ke arahku dan tangannya mengarah ke selakanganku. Jendolan selangkanganku terpegang sejenak olehnya. Aku dengan gerak reflek menepis tangan itu.
Jhony menghela nafas dan tersenyum kecut. Sementara aku merasakan perasaan yang bergemuruh, karena ada rasa takut dosa, ada rasa ingin tahu, ada nikmat, ada malu, semua bertarung di dalam pikiranku.

Lalu Johny mendekat ke arahku lagi. Kuperhatikan, pangkal kontol Johny ditumbuhi rambut keriting yang lebat berwarna hitam. Lalu dengan perlahan tangan kanan Jhony kembali bergerak perlahan. Dan dengan lembut tangannya sudah di atas pahaku dan sikunya sudah menyentuh jendolan kontolku.Rasanya nikmat kurasakan sehingga kubiarkan.
"Udahlah..Kita onani bareng aja yuk..." ajak Aditya.
Akupun mulai membiarkan tangan Jhonny yang mulai meremas resleting celanaku. Aku merasakan rasa nikmat ketika ada gesekan tersebut. Aku terdiam merasakan gesekan tangan Jhony di area sensitifku itu sambil memejamkan mata. Ada rasa malu bercampur nikmat kurasakan, dan itun membuatku terdiam kaku. Lalu tanpa kusadari resleting celanaku sudah terbuka dan ikat pinggangkupun sudah melonggar. Dengan cepat, kontolku mencuat keluar dari celana dalam yang kupakai. Nampak dia mengintip di sel-sela pinggiran celana dalamku. Aku bingung bersikap dan tanganku secara reflek menutupi celana dalamku. Namun dengan sigap tangan Jhonny menepis tanganku.

Sejenak, Aditya menarik tangan Jhonny sehingga akupun turut mendekat ke arah Aditya juga di kasur. Lalu kurasakan tangan Aditya membantu Jhonny membukakan celanaku, hingga akhirnya kontolku pun berada dalam genggaman tangan Jhonny.
Ada rasa hangat, rasa geli dan nikmat saat tangan itu memutar mutar bagian kepala kontolku. Sejenak kulihat tangan kiri Johny bergerak memegang kontol Aditya. Demikian juga tangan Aditya bergerak memegang dan mengocok kontol Jhony. Jadilah kini, tiga kontol tegang terangsang itu dikocok oleh dua tangan milik Jhony dan tangan Aditya. Lama kegiatan memelintir, mengelus dan mengocok kontol itu dilakukan dua cowok ini terhadapku dan pada kontol temannya. Tak lama gerakan tangan Aditya semakin cepat dan kasar. Lalu sebentar kemudian tubuh Jhony mengejang dan bergetar.

“Aku hampir keluar neh. Tolong stop dulu”,pinta Jhonny. Lalu dia merubah posisi dan langsung melahap batang kontol Aditya. Aku tersentak oleh ulah Jhony ini. Belum hilang rasa tegang dan shock ku karena onani bersama, kini kusaksikan adegan oral seks oleh cowok terhadap cowok lainnya. Upss…aku bingung melihat hal ini. Namun belum hilang keterkejutanku, tiba tiba Aditya ikutan berubah posisi dan langsung mengulum batang kontolku yang masih dikocok oleh Jhony. Aku tersentak, ada rasa hangat yang begitu nikmat kurasakan saat lidah itu menyentuh ujung kepala kontolku. Biji pelerku yang menggelantungpun dia pegang dan diangkat, lalu dijulurkan lidahnya untuk mulai menjilatinya. Aku melenguh semakin kuat, karena merasakan sensasi geli dan nikmat pada dua buah biji pelerku. Aku menggelinjang gelinjang karena tubuhku bergetar menahan rasa nikmat yang begitu hebat. Jhony ersenyum dan melanjutkan libasan lidahnya disekujur biji pelerku.

Aku semakin kuat melenguh, dan itu membuat Jhony kini bergerilya hingga akhirnya aku mencapai pangkal kontolnya bagian bawah. Dia mainkan ujung lidahnya menjilati bagian antara pangkal kontol bawah dengan biji pelerku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang mengalir, namun sedikit. Rupanya precumku sudah keluar, pertanda ada rangsangan dari birahiku. Jhony sepertinya sangat suka precum sehingga lidahnya kini bermain di lobang kencingku dan menjilati precumku yang terus mengalir keluar. Mungkin rasa asin precumku membuatnya semakin ingin melumat habis batangnkontolku. Aku mulai suka lobang kencingku dikilik-kilik seperti ini dan berkali-kali aku menghembuskan nafas yang berat dan memburu.

Apalagi saat seperti dia memasukkan kepala kontolku ke dalam mulutku. Aku menggeram. Dia menghisap kuat-kuat kepala kontolku sehingga aku menggelinjang tidak keruan. Jhony meletakkan kepalanya di paha ku yang berbulu sehingga hidungnya menyentuh samping batang kontolku. Dia semakin menguatkan sedotanya pada kontolku dan jemarinya juga memilin batang kontolku.
Sementara jari-jari Jhony mengelus dan meraba pantatku. Bahkan belahan pantatku juga dikiba kibakkan seolah dia sedang membelah bongkahan pantatku itu. Aku mendesis karena aku merasa hampir akan segera memuncratkan pejuhku. Jadi Jhony merapatkan kedua bibirnya saat tubuhku semakin mengejang, seolah dia tak membiarkan dia menarik kontolku dari mulutnya karena dia ingin menelan pejuhku.

Sementara itu, sambil menikmati hisapan dan sedotan mulut Jhony pada kontolku. Aku menyaksikan adegan Aditya melakukan hal yang terhadap kontol Jhony. Batang kontol berurat itu maju mundur didalam kuluman mulut mungil dan sapuan lidah Aditya. Sementara tangan Aditya juga tidak tinggal diam, dia menghisap kontol Jhony sambil tangannya terus sibuk mengocok kontolnya sendiri.
Aku menggeram dan kemudian tanpa sadar aku menghujamkan batang kontolku melesak lebih dalam multnya hingga langit langit tenggorokan Jhony. Hal itu kulakukan karena ternyata jari telunjuk Jhony bersaha menusuk nusuk menembus lubang anusku. Ada rasa nikmat saat ujung jari itu menembus lubang anusku dan menggeseki dinding ususku. Aku sungguh tidak kuat dengan rasa nikmat yang ditimbulkan dari perpaduan tusukan jari du dan Lesakan yang begitu dalam kontolku ini sampai bulu-bulu jembutku menggelitik bibir Jhony. Crot .. crot .. crot pejuhku menyemprot langit-langit mulut Jhony, sebagian ada yang langsung masuk ke tenggorokandia dan banyak yang meleleh-leleh keluar. Aku menggelepar dan tubuhku bergetar getar mengikuti semburan spermaku.

Setelah aku terdiam karena lemas, mereka bedua beridi dan kini seolah dipandu masing-masing memegang batang kontol lawannya. Jhony memegang dan mengocok kontol Aditya. Sementara tangan Aditya sibuk memilin milin dan menggenggam keras kontol Jhony. Kocokan mereka tepat di atas wajahku, sehingga seolah olah spera yang akan mereka keluarkan memang di arahkan ke wajahku. Aku yang sudah lemas tak berdaya, hanya menyaksikan saja ulah mereka berdua. Setelah lama kulihat kocokan yang semakin keras dan berirama itu. S

esaat tubuh mereka berdua mulai bergetar. Kontol Jhony mulai teracung tegang diikuti tubuh bergetar Jhony dan akhrinya crott..crottt..sperma itu muncrat tepat di wajahku. Mulut, hidung dan mataku terkena semburan sperma itu. Rasa hangat sperma kurasakan diikuti bau yang khas. Aku hanya menahan kaget dan menghela hafas dalam dalam karena tak pernah kualami hal ini. Seluruh wajahku tersirami oleh hujan sperma. Jangankan berminpi, selintas terpikirpun tidak, bahwa wajahku akan mendapat banyak semburan sperma. Belum hilang keterkejutanku, kembali kurasakan beberapa semprotan sperma hangat menyembur dan mendarat di rambut, kening hingga leher dan dadaku. Bahkan tepat di bibirku, ada satu semprotan yang membuatku ikut mencicipi rasa sperma pria. Kali ini sperma Aditya menyembur lebih banyak dibandingkan sperma Jhony. Muka, rambut dan leher hingga dadaku penuh dengan cairan sperma yang sebentar kemudian mulai meleleh dan mengalir menetes ke samping wajahku.

Sesaat mereka berdua lalu berbaring di sampingku kemudian menciumi wajahku hingga cairan sperma itu semakin rata di mukaku.
“Lain kali kita coba cara yang lain yah”,sepertinya kamu menikmati sekali”, bisik Aditya. “Mungkin kita coba nusuk ke lubang pantatmu pake yang lebih enak”,bisik timpal Aditya ke telingaku. Ohhh….

0 komentar: